Soal Pergerakan Tanah di Tol Cisumdawu, Ini Penjelasan Dosen Teknik Sipil ITB

Penulis: Ahmad Imam Baehaqi
Editor: Siti Fatimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PERGERAKAN TANAH - Pergerakan tanah yang terjadi di sekitar Jalan Tol Cisumdawu, tepatnya di Blok Binong–Bojongtotor, Desa Sirnamulya, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, Kamis (23/5/2025).

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pergerakan tanah terjadi di ruas Jalan Tol Cisumdawu KM 177, tepatnya di Blok Binong–Bojongtotor, Desa Sirnamulya, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.

Saat ini, PT Citra Karya Jabar Tol (CKJT), selaku pengelola jalan Tol Cisumdawu di Sumedang baru mengupayakan untuk jangka pendek melalui leveling & scrafing filling overlay menutup areal bumping dan retakan sehingga struktur jalan kembali rata. 

Dosen Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono Wibowo, mengatakan, secara umum kondisi tersebut dapat dilintasi para pengguna jalan tol, dan yang terpenting tetap mengikuti arahan petugas di lapangan.

Baca juga: Pergerakan Tanah Mengancam, Akankah Tol Cisumdawu Sumedang Ditutup? Begini Penjelasan Kapolres

Saat ini, menurut dia, penutupan sementara hanya diterapkan pada satu lajur untuk masing-masing arah, sehingga lajur lainnya dinilai masih aman untuk dilintasi para pengendara di Tol Cisumdawu.

"Bahkan, kalau nantinya diperlukan upaya penanganan lebih besar juga tidak perlu ditutup semuanya, tetapi cukup diterapkan rekayasa lalu lintas, misalnya keluar dari gerbang tol sebelum lokasi yang ditutup, kemudian masuk lagi dari gerbang tol berikutnya," ujar Sony Sulaksono Wibowo saat dihubungi melalui sambungan teleponnya, Jumat (23/5/2025).

Ia mengatakan, rekayasa lalu lintas tersebut juga seharusnya dipertimbangkan dari awal, karena melihat kondisi dampak pergerakan tanah di KM 177 Tol Cisumdawu yang termasuk wilayah Blok Binong–Bojongtotor, Desa Sirnamulya, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.

Selain itu, penanganan jangka pendek tersebut pada dasarnya merupakan langkah antisipasi dampak pergerakan tanah yang lebih besar, khususnya di KM 177 Tol Cisumdawu.

Pasalnya, pola bencana pergerakan tanah relatif lebih mudah dideteksi berdasarkan kajian, dan pengamatan intensif di lokasi, sehingga tidak seperti banjir atau longsor yang biasanya terjadi secara tiba-tiba.

Baca juga: Tol Cisumdawu Sumedang Terancam Pergerakan Tanah, CKJT Siapkan Petugas Jaga 24 Jam di KM 177

"Jadi, pergerakan tanah ini dari polanya sudah terlihat, dan untuk penanganan jangka pendek juga, kan, pasti ada evaluasi, kalau sekiranya berbahaya akan ditutup, tetapi kondisi sekarang masih memungkinkan untuk dilewati meski hanya satu lajur," kata Sony Sulaksono Wibowo.

Namun, pihaknya mengakui, tidak dapat memprediksi penanganan jangka pendek tersebut akan bertahan berapa lama, dan berharap stakeholder terkait segera menanganinya secara lebih lanjut demi keamanan dan kenyamanan pengendara.

Ia mengatakan, permasalahan pergerakan tanah di ruas Tol Cisumdawu diprediksi sejak awal pembangunannya, karena terdapat permasalahan air tanah yang cukup tinggi, dan ditambah perubahan kondisi di atasnya.

Sony menyampaikan, berdasarkan informasi yang diterimanya dalam waktu dekat akan dilakukan pengkajian mengenai pergerakan tanah di KM 177 Tol Cisumdawu untuk menentukan langkah penanganan jangka panjangnya.

"Penanganan jangka panjangnya bisa menggunakan sumber pompa, penguatan lereng, dan lainnya. Saya enggak terlibat dalam kajian tersebut, sekadar tahu saja, karena sebagai dosen teknik sipil harus mengikuti perkembangannya," ujar Sony Sulaksono Wibowo.

Berita Terkini