Rest Area 86 B Tol Cipali Ditutup

Analisis Ahli Geologi Unpad Terkait Munculnya Asap dari Dalam Tanah di Rest Area Tol Cipali

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

REST AREA DITUTUP - Ahli Geologi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Mega Fatimah Rosana menilai, ada berbagai macam kemungkinan soal munculnya asap dari dalam tanah di Rest Area Tol Cipali 86 B arah Jakarta, yang ditutup, Senin (7/4/2025),

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Ahli Geologi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Mega Fatimah Rosana menilai, ada berbagai macam kemungkinan soal munculnya asap dari dalam tanah di Rest Area Tol Cipali 86 B arah Jakarta.

Seperti diketahui, dengan adanya kemunculan asap dari dalam tanah yang diduga mengandung gas alam tersebut Rest Area Tol Cipali itu langsung dilakukan penutupan pada Senin (7/4/2025) sekitar pukul 09.50 WIB.

Mega mengatakan, secara geologi kemunculan asap dari dalam tanah tersebut kemungkinan ada potensi mengandung gas alam di bawah kedalaman tertentu, tetapi untuk memastikan hal itu perlu ada penelitian lebih jauh.

"Ada juga kemungkinan potensi bio gas di kedalaman tertentu. Terus mungkin sebelum dibangun Tol Cipali ada bekas timbunan sampah yang cukup besar, sehingga bisa mengeluarkan asap juga karena bisa memproduksi bio gas juga kan," ujar saat dihubungi, Senin (7/4/2025).

Kemungkinan yang lain, kata dia, bisa juga berhubungan dengan rekahan atau patahan. Namun, terkait hal ini juga tetap perlu ada analisis lebih lanjut karena di daerah itu belum ada informasi tentang ada patahan.

Baca juga: BREAKING NEWS, Asap Muncul dari Tanah, Rest Area 86 B Tol Cipali Ditutup, Pernah Terjadi pada 2023

"Nah terkait hal ini teman-teman dari Badan Geologi atau PVMBG yang lebih kompeten untuk melakukan kajian ini. Apakah berhubungan dengan gunung api atau bukan, tapi kayaknya daerah situ gak ada gunung api aktif kan, kalau ada jauh juga," kata Mega.

Mega mengatakan, nantinya analisis tersebut tentunya akan meliputi pengecekan komposisi kandungan gasnya di laboratorium, sehingga nantinya akan bisa diketahui dan dipastikan dari mana sumber gas itu.

"Jadi kita perlu melihat langsung dari lapangan mulai dari site, ngambil sampelnya, melihat komposisi gasnya, dan kandungan gasnya apa untuk bisa memastikan gas itu," ucapnya.

Sementara terkait langkah pengelola yang menutup rest area setelah muncul kepulan asap dari dalam tanah tersebut dinilai sudah tepat karena mereka memprediksi ada potensi bahaya dari kemunculan fenomena tersebut.

Hanya saja terkait bahaya atau tidak dari kemunculan asap itu, kata Mega, tergantung dari jenis gasnya. Jika gasnya mengandung CO2 atau gas tertentu yang bersifat racun tentunya pasti berbahaya jika terhisap.

"Upayanya sudah betul dengah menutup lokasi karena diprediksi kemungkinan ada potensi bahaya ke depan walaupun belum ada penelitian lebih lanjut. Tapi kan mencegah lebih bagus daripada menunggu kejadian," ujar Mega.

Menurutnya, upaya itu merupakan langkah preventif untuk jaga-jaga jika kemungkinan gasnya beracun dan mencegah adanya warga yang membuang pentung rokok karena bisa terbakar dan menyembur jika mengandung CO2.

"Kemudian jarak berapa ratus meter harus diprediksi kemungkinan menyebar atau bagaimana. Selanjutnya, langsung meminta badan geologi turun ke lapangan untuk ngecek, kan ada yang dari PVMBG atau dari Badan Geologi kalau ini berhubungan dengan bio gas," katanya.

Sedangkan jika berhubungan dengan gas alam, kata Mega, pengelola bisa berkonsultasi Pusat Survei Geologi (PSG) dan geologi lingkungan jika berkaitan dengan bio gas. Namun, Mega menyarankan pengelola konsultasi ke Badan Geologi karena lebih kompeten menangani bidang bidang ini.

"Karena kemungkinan-kemungkinan itu harus dianalisis, nah yang lebih kompeten bisa nanya ke teman-teman geologi, cuma nanti ada berbagai pusat yang kompeten menjawab hal ini," kata Mega. (*)

Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.

IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI

Berita Terkini