Pilu 2 Guru di Subang di Hari Guru, 35 Tahun Mengabdi Status Masih Honorer, Sempat Digaji Rp 5 Ribu

Penulis: Ahya Nurdin
Editor: Seli Andina Miranti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Unung Aminah saat mengajar Murid SDN Pamanukan Sebrang 1

Laporan Kontributor Tribunjabar.id, Subang, Ahya Nurdin

TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Unung Aminah(56), guru honorer SD Negeri Pamanukan Sebrang 1, sudah puluhan tahun mengabdi jadi sebagai honorer.

Keikhlasannya dan semangatnya mengajar murid sekolah dari sejak 35 tahun lalu tak perlu diragukan lagi.

Unung terlihat begitu semangatmengajar sekalipun hanya digaji pas-pasan bahkan jauh dari layak.

Hal tersebut tak membuat Unung menyerah, bahkan dirinya tetap mengaku ikhlas menghabiskan masa tua dan sisa hidupnya untuk terus mengabdi dengan ikhlas mengajar anak kelas 1 SD Negeri Pamanukan Sebrang, Kabupaten Subang

Baca juga: 50 LINK Twibbon Hari Guru Nasional 2023 Terbaru, Gratis dan Desain Menarik, Bagikan di FB dan IG

Unung Aminah menceritakan dirinya mengajar sejak tahun 1988 sampai saat ini statusnya masih sebagai guru honor dan harapanya menjadi Guru PNS juga sudah pupus karena usianya yang sudah lebih dari setengah abad.

"Saya mengajar sejak tahun 1988 lalu, saat itu masih digaji Rp 5 ribu perbulan. Namun Alhamdulillah, saat ini gajinya sudah capai Rp 1 Juta perbulan berkait kebijakan Kepala Sekolah," ujar Unung Aminah, Sabtu(25/11/2024)

Unung mengatakan, upah yang diterima sebagai guru honorer tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ditambah perubahan jaman yang terus meningkatkan tarap hidup manusia.

"Ya, upah segitu memang jauh dari lkata ayak dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Apalagi saat ini seiring perkembangan jaman harga kebutuhan pokok terus meningkat mahal," katanya

Ia juga mengatakan, saat ini seluruh gajinya berasal dari dana BOS yang dibayarkan tiga bulan sekali.

"Semua gaji saya bersumber dari dana BOS," ucapnya

Lanjut Unung, dirinya merasa lelah dan putus asa, sudah 35 tahun Ibu yang memiliki 1 orang anak ini mengabdi sebagai guru honorer di SD Negeri Pamanukan Sebrang 1, Desa Pamanukan Sebrang, Kecamatan Pamanukan Subang.

"Jalani saja dengan ikhlas, dan saya akan tetap bertahan mengajar sebagai guru honor di Sekolah Negeri Pamanukan Sebrang 1 hingga akhir hayat," katanya

Senasib dengan Unung, Nurati (57) dengan hati dan keikhlasan yang tulus, tetap bertahan menjadi seorang pendidik yang berstatus honorer.

Pahlawan tanpa tanda jasa ini rela mengabdikan diri dan tetap bekerja dengan penuh pengabdian meski belum mendapatkan kesejahteraan yang layak.

Baca juga: 50 Kata-kata Bijak Hari Guru Nasional 2023 yang Penuh Arti, Bagikan di WhastApp hingga Instagram

"Meski gaji kecil tidak menjadi alasan bagi saya untuk berhenti merajut mimpi penerus bangsa di Pantura Subang," ujarnya

Nurati mengaku, berusaha semampu mungkin mengajar di Sekolah Dasar Negeri Pamanukan 1 tersebut dan berharap anak didiknya bisa membaca, menulis, dan berhitung.

"Kami di sini tidak berpikir soal besar atau kecilnya gaji atau status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), motivasi kami adalah pengabdian tulus demi masa depan anak-anak," ucap Nurati, guru honor yang mengajar murid kelas 1.

Nurati Saat mengajar Murid SDN Pamanukan Sebrang 1 (Tribun Jabar/ Ahya Nurdin)

Kendati pendapatannya tak seberapa, guru honorer tua ini mengaku tetap menjalankan profesinya itu sampai saat ini.

"Semua pengabdian ini saya lakukan dengan ikhlas dengan niat ibadah," katanga

Unung dan Nurati sempat beberapa kali mengikuti tes seleksi CPNS. Namun, ia tak kunjung bisa menggapai menjadi seorang PNS.

Hal itu jadi kenyataan pahit yang diterimanya di usia tua. Kini, Unung dan Nurati berharap pengabdian panjangnya dihargai.

"Setidaknya, minimal pemerintah mengangkat para penerusnya dengan memprioritaskan waktu pengabdian para guru," ujarnya.

Nurati juga mengaku sadar diri dengan usianya yang sudah hampir kepala 6 tak mungkin jadi PNS.

"Kalau jadi PNS kayanya sulit, karena terganjal umur. Usia saya sekarang sudah 57 tahun, artinya sudah tidak ada harapan. Saya hanya berharap dihargai jerih payah 35 tahun ngajar tanpa pamrih. Setidaknya pemerintah dapat lebih menghargai guru yang lainnya yang pengabdiannya sudah berpuluh-puluh tahun," tutupnya (*)

Berita Terkini