Laporan Wartawan Tribun Jabar, Tiah SM
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengantisipasi banjir cileuncang dengan cara memelihara 48 daerah aliran sungai (DAS) saat musim kemarau.
Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung pun tetap bersiaga 24 jam saat hujan melanda di Kota Bandung dan sekitarnya.
"Awal tahun renovasi kirmir, perbaikan saluran dan sejenisnya. Kemarin sudah mapag hujan, pengerukan sedimen dan sampah di titik-titik banjir. Kita lakukan di banyak lokasi hingga ratusan titik," ujar Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung, Yul Zulkarnaen, di Balai Kota Bandung, Jumat (17/9/2021).
Menurut Yul, pengerukan sedimentasi dan pengangkutan sampah menjadi hal yang rutin dilakukan.
Sebab, masih banyak masyarakat tetap membuang sampah ke sungai.
Utamanya barang-barang nonorganik yang kerap ditemui dengan ukuran sangat besar.
Yul, mengatakan pengangkutan sampah dan pengerukan sedimentasi menjadi langkah sangat efektif untuk mengurangi terjadinya luapan air saat datang musim hujan.
Karena membuat air sungai mengalir lebih lancar dari hulu ke hilir.
"Pengerukan sedimen berpengaruh sekali. Rutin dilakukan di titik tertentu. Kita pantau kalau sedimennya sudah tinggi, kita keruk. Setahun bisa empat atau lima kali," ujarnya.
Yul mengklaim, hanya tinggal 10 titik yang masuk dalam daftar pemantauan ketat lantaran kerap terjadi luapan air sungai saat musim hujan tiba.
Sebelumnya, di Kota Bandung ini tak kurang dari 68 titik kerap terjadi genangan air cukup tinggi.
Dari pendataan terakhir pada 30 Juli 2021, Yul menyebutkan, 10 titik tersebut yakni di Jalan Cibaduyut tepatnya di dekat terowongan batas kota.
Di Kopo Citarip (dengan 13 kejadian) dan Terusan Pariskoja-Soekarno Hatta (10 kejadian).
Selanjutnya, di Simpang Soekarno Hatta-Gedebage (6 kejadian), Pasar Induk Gedebage (4 kejadian), Jalan Rumah Sakit (4 kejadian), Margacinta di depan Kompleks Bunga Bakung (4 kejadian), dan Jalan A.H. Nasution tepat di kawasan Cikadut (4 kejadian).
"Sisanya itu ada di Rancabolang daerah Margacinta. Itu ada laporan tiga kejadian dan di depan Apotek Jaya juga tiga kejadian," ujar Yul.
Selain pengangkatan sampah dan pengerukan sedimen secara rutin, Yul memastikan titik luapan air sungai ini juga semakin berkurang seiring masifnya pembuatan kolam retensi dan optimalisasi lahan perbukitan dalam tiga tahun terakhir.
Yul mengatakan, petugas DPU di setiap unit pelaksana teknis (UPT) tetap siaga selama 24 jam penuh apabila memerlukan penanganan mendadak ketika terjadi luapan air sungai.
"Kita punya banyak peralatan yang bisa digunakan penanganan banjir. Backhoe untuk pengerukan dan pengangkatan sampah, loader mobile pump untuk menyedot air. Kita ada tim siaga banjir piket 24 jam apabila terjadi hujan," ujarnya. (*)