Hadapi Cuaca Ekstrem, Lima Daerah di Jawa Barat Ini Dapat Warning Khusus dari BPBD

Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam
Editor: Giri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Bencana alam berupa tanah longsor terjadi di Kabupaten Kuningan, Selasa (15/12/2020). Di jawa Barat, ada lima daerah yang mendapat peringatan khusus dari BPBD dalam menghadapi cuaca ekstrem.

Bagian timur Jabar, katanya, yang paling rawan adalah di Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu.

Sedangkan di bagian utara adalah Kabupaten Subang, Karawang, dan Bekasi

"Desa dengan potensi tinggi bencana itu dari 5.000-an desa di Jabar, ada 500-an yang masuk kategori rawan bencana tinggi," ujar Dani.

Untuk mengantisipasi dampak bencana tersebut, BPBD Jabar pun bergerak untuk membuat desa tangguh bencana.

Hingga akhir Januari, sedikitnya 250 desa telah dibekali konsep dan peralatan untuk menghadapi bencana.

"Kita bangun baru 250-an desa tangguh bencana, setengahnya. Kita buat percepatan untuk 250 desa yang lain dengan program fast track, kalau standar Destana BNPB itu ada 16 indikator, nah untuk kondisi saat ini minimal ada tiga indikator dulu, ada satgas, ada peralatan yang stand by dan anggaran yang tersedia. Dengan itu ada indikator yang keempat yaitu indikator pelatihan bagi masyarakat paling tidak tokoh dan relawan pemuda," katanya.

Indikator lainnya, katanya, harus membuat peta rawan bencana di level desa, harus membuat jalur evakuasi, dan rambu evakuasi harus membuat tempat evakuasi.

"Kalau desa tangguh bencana reguler selengkap itu sekarang tiga indikator (satgas, peralatan dan anggaran). Kalau ada anggaran apapun bisa dilakukan. Anggaran bencana itu yang biasanya tidak tersedia. Makanya beberapa bupati membuat perbup, terkait anggaran untuk bencana dalam APBDes," ujar Dani.

Mitigasi sederhana, ujarnya, bisa dilakukan di tingkat desa. Satu di antaranya dengan memeriksa saluran air untuk memastikan tidak ada yang tersumbat atau memeriksa keretakan pada tebing yang berpotensi longsor.

Dani menekankan teori periode golden time untuk meminimalisasi terjadinya korban jiwa, periode yang dimaksud ialah nol sampai tiga puluh menit terjadinya bencana.

Sebanyak 34 persen faktor keselamatan dari bencana bersumber dari kesiapsiagaan individu yang dibentuk oleh pengetahuan dan kemampuan yang bersangkutan dalam melakukan evakuasi.

Faktor lainnya diberikan oleh pertolongan orang-orang terdekat, yakni anggota keluarga yang memiliki kemampuan dan rencana kontijensi yang dilatihkan jika terjadi bencana.

Faktor ini menyumbang 31 persen. Lalu 17 persen dari pertolongan komunitas baik RT, RW atau lingkungan setempat.

"Peran BPBD, tim SAR dan petugas lainnya hanya menyumbang 1,8 persen, karena pada saat golden time mereka tidak berada persis di tempat bencana. Dengan demikian kesiapsiagaan individu, keluarga dan komunitas mutlak diperlukan dalam membangun masyarakat yang berbudaya tangguh bencana," tuturnya. (*)

Berita Terkini