Pesawat Sriwijaya Air Hilang

Apa Itu Antemortem yang Digunakan dalam Proses Identifikasi Jenazah dan Apa Pula Postmortem

Proses itu masuk dalam proses Disaster Victim Investigation (DVI) atau proses identifikasi untuk mengungkap identitas jenazah.

Editor: Ravianto
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas mengidentifikasi kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta - Pontianak yang jatuh di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/1/2021). Temuan bagian pesawat selanjutnya akan diperiksa oleh KNKT sedangkan potongan tubuh korban diserahkan kepada DVI Polri untuk identifikasi lebih lanjut. 

TRIBUNJABAR.ID - Potongan tubuh manusia mulai ditemukan tim penyelam Basarnas dan TNI AL di sekitar lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Potongan-potongan tubuh itu kemudian akan dibawa ke RS Polri Kramat Jati untuk dilakukan identifikasi.

Sebelum diserahkan kepada keluarga, tim forensik rumah sakit melakukan proses ante mortem.

Tim penyelam gabungan dari Ditpolairud, Polda Metro Jaya, Polda Banten dan Pas Pelopor Korps Brimob Polri membantu proses pencarian korban dan tubuh pesawat Sriwijaya Air SJ182 di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Minggu (10/1/2021).
Tim penyelam gabungan dari Ditpolairud, Polda Metro Jaya, Polda Banten dan Pas Pelopor Korps Brimob Polri membantu proses pencarian korban dan tubuh pesawat Sriwijaya Air SJ182 di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Minggu (10/1/2021). (ist)

Lalu apa itu antemortem?

Ante mortem atau antemortem adalah pengumpulan riwayat dan data jenazah korban kecelakaan atau bencana.

Proses itu masuk dalam proses Disaster Victim Investigation (DVI) atau proses identifikasi untuk mengungkap identitas jenazah.

Antemortem berasal dari kata Latin Ante dan Mortem yang berarti sebelum meninggal.

Baca juga: UPDATE Sriwijaya Air Jatuh, 3 Kantong Berisi Potongan Tubuh Manusia Diangkat dari Dasar Laut

Baca juga: Satu Keluarga Jadi Korban Jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182, Yaman Zai Juga Kehilangan Istri & 3 Anaknya

Baca juga: Detik-detik Jatuhnya Sriwijaya Air Diungkap Nelayan, Hanya Berjarak 100 Meter, Mengira Tsunami

Edy menjelaskan dalam proses antemortem dibutuhkan dua sampel data yakni data primer dan data sekunder.

Data primer terdiri dari sidik jari, data pemeriksaan gigi, dan Deoxyribonucleic Acid (DNA).

Sementara, data sekunder terdiri dari data-data pelengkap korban diantaranya data riwayat kesehatan dan informasi pakaian yang terakhir digunakan korban.

Dalam pengumpulan sampel data dari proses ante mortem itu, dibutuhkan data dari keluarga atau orang-orang yang dekat dengan korban.

"Sasarannya yang masuk ke dalam antemortem adalah keluarga atau orang yang dekat dengan korban. Khusus untuk DNA, harus keluarga segaris yakni ibu, ayah, dan anak korban," kata Edy.

Nantinya, lanjut Edy, data antemortem tersebut akan dicocokkan dengan data postmortem.

Perlu diketahui, postmortem adalah pengumpulan data-data korban setelah meninggal dunia.

"Setelah data (antemortem) terkumpul, lalu masuk tahap rekonsiliasi atau matching dengan postmortem. Di situ nanti hasilnya ada dua yakni terindentifikasi atau tidak," kata Edy.

Jika data tidak teridentifikasi, tim forensik akan melakukan pendalaman data hingga ditemukan kecocokan.

"Kalau tidak teridentifikasi, maka akan dilakukan pendalaman terus," ungkap Edy.

(Kompas.com/Rindi Nuris Velarosdela)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Proses Ante Mortem untuk Identifikasi Jenazah"

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved