Baca tanpa iklan
Adapun tarif parkir mobil Rp 10 ribu dan sepeda motor Rp 5.000.
Di sekitar lokasi banyak warung yang menyediakan beragam penganan. Kamar kecilnya juga bersih.
Wisatawan bisa mendirikan tenda untuk menunggu datangnya matahari terbit. Bisa membawa tenda sendiri atau menyewa dari warga sekitar.
Selain camping, Sunrise Point Cukul sangat seksi bagi pencinta fotografi. Banyak spot foto yang menarik.
Ketika matahari terbit, pengunjung bisa mengambil foto dari berbagai angle, termasuk wahana untuk selfie yang sudah disediakan.
Sebelum matahari terbit, fotografer biasanya membidik pemandangan Galaksi Bima Sakti (Milky Way) di langit di sekitar objek wisata.
Jika cuaca cerah, langit di sekitar Cukul menyajikan hamparan bintang. Gemerlapnya bisa disaksikan dengan jelas karena minim cahaya di daratan.
Nurrihsan, seorang pengunjung, mengaku sudah hampir 10 kali mendatangi Sunrise Point Cukul.
Dia biasanya berangkat dari Kota Bandung pada pukul 03.00 dengan mengendarai sepeda motor.
“Saya berburu foto. Banyak angle yang bisa diambil. Sebelum matahari terbit, fotografer juga bisa membidik Milky Way,” kata pria yang akrab disapa Ihsan ini.
Pada Minggu pagi itu, Ihsan mengajak anggota Letshunting, komunitas yang berisikan para pencinta fotografi untuk berburu foto yang menarik.
Sebelum memasuki waktu subuh, mereka mengabadikan Bima Sakti dengan didampingi fotografer Dudi Sugandi.
Pada Senin (17/8/2020), dengan wadah Kelasgarasi yang didirikan Dudi, Ihsan mendampingi lima pencinta fotografi untuk berburu foto di Cukul.
Lima orang itu adalah peserta pelatihan fotografi yang digelar Kelasgarasi.
Mereka rela mengeluarkan uang Rp 750 ribu, khusus untuk mendapat pelatihan dari mentor di Cukul.
“Selain pelatihan, para peserta sudah mendapat akomodasi, makan, dan biaya masuk ke Cukul,” ucap mahasiswa perguruan tinggi swasta di Kota Bandung, ini.
Sunrise Point Cukul dikelola warga sekitar. Lokasi wisata ini mulai ramai diserbu pengunjung sebelum pukul 05.00.
Bahkan, beberapa pengunjung sudah mendirikan tenda sejak malam demi menanti terbitnya matahari. (agung yulianto wibowo)