"Siapa yang timbul dia yang ditarik, karena naluri manusia. Gue sempat dijambak, ditarik, dipeluk, dicekik, ditendang kena muka."
Saat situasi tersebut, Ifan Seventeen mencoba untuk tetap bertahan hidup.
Ia meronta agar tidak dijadikan 'pelampung' bagi orang lain.
Akhirnya Ifan Seventeen menemukan alat untuk membantunya tetap mengapung.
Ia melihat meja bulat restoran yang tinggal sebelah.
"Jadi gue pegang itu (meja) tiba-tiba sebelah narik badan. Gue ngomong gini, 'Mas, jangan tarik badan saya, tarik mejanya. kalau tarik badan saya kita mati'. Terus mas ini masih bisa pakai akal sehat, megang mejanya," ucap Ifan Seventeen
Namun, meja tersebut hanya bisa dipakai untuk menopang satu orang.
Begitu dipakai untuk dua orang, meja tersebut tenggelam.
"Di depan datang lagi, makin tenggelam. Masuk lagi (ke dalam air)," katanya.
Setelah kembali tenggelam, Ifan Seventeen hilang harapan untuk hidup.
Apalagi badannya sudah letih karena kepayahan berusaha untuk tetap mengapung.
"Sudah yang pertama bisa survive (bertahan), yang kedua (bisa), yang ketiga punya harapan, meja itu, akhirnya tenggelam kan capek."
Saat badannya semakin jatuh ke dalam laut, Ifan Seventeen pasrah dan berserah diri kepada Allah SWT.
"Ya Allah, ini rupanya, inilah rupanya gue mati. Karena sudah enggak ada harapan," katanya.
Ifan Seventeen merasa peluang dirinya hidup sangat kecil walaupun ia sudah berusaha agar tidak menelan air.
"Karena kalau minum air laut, badan manusia akan rusak dan mati. Kalau pun memang kita pingsan, semua lubang di tubuh otomatis akan menutup. Kita punya waktu 15 menit sampai akhirnya badan kita enggak kuat, air laut dan mati," ujarnya.
Saat itu, Ifan Seventeen dihadapkan dua pilihan. Pilih mati saat itu juga atau berjuang hingga 15 menit kemudian.
"Gue pilihnya 15 menit lagi. Siapa tahu ada nelayan, tim SAR yang nyelametin. Berharap keajaiban saja," katanya.
Saat napasnya hampir habis dan badannya sudah letih, Ifan Seventeen pasrah dengan kematian yang hampir menjemputnya.
Kalimat syahadat hampir ia ucapkan sebagai pertanda siap mati.
"Gue udah sempat (tak bisa napas), oke kita tunggu sebentar lagi gue pingsan, gue enggak sadar, mudah-mudahan 15 menit lagi ada yang tolong. Jadi sudah hampir terucap ya (kalimat syahadat)."