Dedi Mulyadi: Tak Akui Hasil Pemilu 2019, Prabowo Berarti Tolak Hasil Pileg 2019

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Tim Kampanye Daerah pasangan Joko Widodo - Maruf Amin untuk Jawa Barat, Dedi Mulyadi bersama Presiden Jokowi.

Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Ketua Tim Kampanye Daerah pasangan Joko Widodo - Maruf Amin untuk Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengatakan sikap Prabowo Subianto yang menolak hasil Pemilu 2019, berarti juga tidak mengakui perolehan suara calon legislatif semua partai, termasuk peroleh suara Partai Gerindra.

Hal ini, ucap Dedi Mulyadi ,berdasar pada dilaksanakannya Pilpres dan Pileg secara serentak dalam Pemilu 2019.

Pesta demokrasi ini menjadi satu paket kegiatan yang dipertanggungjawabkan oleh lembaga penyelenggara pemilu 2019, yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU), dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten kota, hingga tingkat KPPS.

Dedi mengatakan penyelenggaraan dan pengawasan Pemilu 2019 ini berjenjang dari tingkat pusat sampai kelurahan atau desa.

Maka ketika hasil pemilu dianggap curang, pemahaman itu berlaku paralel, yaitu berlaku bagi pemilihan presiden, DPD, DPR RI, hingga DPRD tingkat provinsi, dan kabupaten/kota.

HASIL Real Count Versi BPN Prabowo-Sandiaga Berubah, Dulu Bilang 62 Persen, Sekarang Ngaku 54 Persen

Prabowo Subianto Tegaskan Tolak Hasil Penghitungan Suara Pilpres 2019 KPU, Ungkap Bukti Kecurangan

"Penolakan terhadap hasil pemilu, berarti penolakan terhadap satu paket kegiatan. Bukan hanya penolakan terhadap hasil pilpres tetapi juga hasil pemilihan DPD dan anggota legislatif dari pusat sampai daerah. Berarti, konsekuensinya menolak hasil pileg di berbagai daerah," katanya dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu (15/5/2019).

Jika Prabowo hanya menolak hasil Pilpres 2019, sementara pemilihan legislatif diterima, maka sikap tersebut menurut Dedi Mulyadi sangat membingungkan.

“Kalau dianggap pemilu curang, berarti pileg juga curang. Kalau pileg curang, berarti mereka yang mengalami peningkatan suara legislatif hari ini diperoleh dari hasil kecurangan. Kan konsekuensinya itu," ujarnya.

Dedi Mulyadi menyindir sikap kubu Prabowo yang bahagia suara partainya mengalami peningkatan.

Bahkan, katanya, sudah mengakui terlebih dulu dan mengumumkan jumlah kursi yang diraih partainya. Saking bahagianya, kata Dedi, sebagian dari caleg yang lolos tersebut ada yang menggelar syukuran.

HASIL Situng KPU Pileg DPR 2019, Update Per 7 Mei, PDIP di Posisi Pertama, Gerindra ke Berapa?

Raihan Suara DPRD Provinsi Pemilu 2019 Gerindra di Kota Tasikmalaya Ungguli Parpol Lainnya

“Saat KPU mengesahkan hasil pileg, maka semuanya bahagia. Bahkan, banyak yang sudah syukuran tapi giliran pilpres, menolak, ya nggak bisa. Harus konsisten, kalau menolak pilpres, ya menolak pileg juga. Tidak bisa sepotong-sepotong," kata ketua DPD Golkar Jawa Barat ini.

Kubu Prabowo, kata Dedi Mulyadi, harus memahami bahwa dalam pemilu terdapat aspek logis, yakni calon presiden memiliki dampak elektoral terhadap partai pengusung.

Misalnya, ketika Jokowi-Maruf menang di suatu daerah, maka suara PDI-P mengalami kemenangan.

"Itu sebelumnya sudah diprediksi oleh riset yang diumumkan lembaga survei. Ada efek elektoral yang akan ditimbulkan pilpres. Yang paling menikmati kan PDI-P dan PKB. Sementara Golkar hanya bisa bertahan dan kami terima itu sebagai sebuah konsekuensi dalam berpolitik," katanya.

Berita Terkini