69 Karya Mahasiswa Prodi Desain Mode Maranatha Warnai Evolusia In·car·nà·to di NuArt Sculpture Park
Program Studi Desain Mode Universitas Kristen Maranatha kembali menggelar ajang tahunan Graduation Exhibition & Fashion Show
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Siti Fatimah
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Program Studi Desain Mode Universitas Kristen Maranatha kembali menggelar ajang tahunan Graduation Exhibition & Fashion Show bertajuk Evolusia In·car·nà·to, yang berlangsung di NuArt Sculpture Park, Bandung.
Acara yang memasuki tahun ke-15 ini menampilkan 69 karya dari 23 desainer muda dengan tema besar “reinkarnasi” atau “terlahir kembali”, sebagai simbol perjalanan kreatif dan transformasi mahasiswa menuju dunia profesional mode.
Ketua pelaksana Evolusia in·car·nà·to, Grace Carolline, menjelaskan bahwa tema ini lahir dari proses refleksi panjang mengenai perjalanan mahasiswa Desain Mode dalam berkarya.
“Temanya reinkarnasi atau terlahir kembali. Sebenarnya ini kami pilih sebagai benang merah dari berbagai konsep yang beragam. Kami tidak membatasi mahasiswa dalam berkarya, mereka bebas bereksplorasi,”
“Dari beragam ide itulah kami melihat bahwa benang merahnya adalah proses kelahiran kembali, baik dalam ide, proses, maupun semangat,” ujar Grace di NuArt Sclupture Park, Jalan Setra Duta Raya, Jumat (10/10/2025).

Menurutnya, tema ini bukan hanya menggambarkan lahirnya karya-karya baru, tetapi juga menjadi simbol transformasi para mahasiswa yang berjuang dari tahap eksplorasi hingga menghasilkan karya siap jual.
“Ini juga perjalanan mereka sebagai mahasiswa, dari fase mencari jati diri hingga akhirnya mampu merealisasikan karya yang bisa dipasarkan. Jadi ada proses tumbuh dan berkembang di dalamnya,” kata Grace.
Grace menambahkan, pergelaran ke-15 ini menjadi penanda perjalanan panjang Evolusia sebagai bagian dari sejarah pendidikan mode di Maranatha.
Ia sendiri telah terlibat selama lebih dari satu dekade dan menyaksikan langsung bagaimana acara ini terus berkembang.
“Sekarang sudah ke-15, perjalanan yang sangat panjang. Saya sendiri sudah bergabung sejak 11 tahun lalu. Ke depan, kami akan terus melaju, menyesuaikan diri dengan perkembangan iklim dan industri fashion,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa inovasi akan terus menjadi napas utama Evolusia, namun tanpa meninggalkan akar kelokalan yang menjadi identitas kuat para desainer muda Indonesia.
“Kami ingin mahasiswa tetap membawa identitas kelokalan. Itu yang bisa menjadi pembeda dan kebanggaan kita. Banyak daerah yang punya potensi kain dan motif lokal yang belum terekspos. Kami mendorong mahasiswa mengeksplorasi itu agar menjadi napas baru dalam dunia mode,” tuturnya.
Seperti karya yang ditampilkan oleh Felicia Aurelia yang mengambil konsep tradisional.
“Saya memilih kain dengan konsep sustainable fashion dimana prosesnya itu masih dibuat secara manual. Untuk kesulitannya adalah prosesnya yang memakan waktu yang cukup lama sehingga saya harus memperkirakan waktu pembuatannya,” kata Felicia.
Sementara itu Jesslyn Crystalia Kusno mengambil konsep kain tenun dari Nusa Tenggara Timur.
“Tantangan dalam membuat karya ini adalah dalam pengelolaan kain tenunnya sendiri. Karena untuk kain tenun itu banyak warna yang mungkin rada mencolok untuk model ini,” kata Jesslyn.
Kuliner Bandung: Menikmati Hangatnya Semilir Pagi, Sarapan Cumi Asap dan Nasi Kuning |
![]() |
---|
Pemkot Bandung Deklarasi Sekolah Ramah Anak, Ajak Semua Pihak Komitmen Lindungi Anak dari Kekerasan |
![]() |
---|
Cari Tim E-Sport, Road to APAC Predator League 2026 Sambangi Bandung & Kenalkan Laptop Predator |
![]() |
---|
397 Wisudawan Politeknuk STIA LAN Bandung Dikukuhkan, Didorong Bangun Employability Skill |
![]() |
---|
Ratusan Pelaku UMKM Sumedang Dilatih Stafsus Presiden Gunakan AI untuk Tingkatkan Omzet |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.