Viral! Aksi Bagi-Bagi Bir di Event Lari di Kota Bandung Tuai Kritik, Farhan Buka Suara

Lomba lari di Bandung ramai dibicarakan publik karena diwarnai aksi pembagian bir oleh sejumlah individu kepada para peserta yang lari.

tribunjabar.id / Hilman Kamaludin
Event lari Pocari Sweat Run Indonesia 2025 yang digelar dua hari dan diikuti sebanyak 15 ribu pelari di Kota Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG — Ajang lari bertajuk Pocari Sweat Run Indonesia 2025 yang digelar selama dua hari di Kota Bandung dan melibatkan partisipasi lebih dari 15 ribu pelari, mendadak ramai dibicarakan publik. Penyebabnya adalah insiden tak terduga berupa aksi pembagian bir oleh sejumlah individu kepada para peserta yang tengah mengikuti lomba.

Momen itu menyebar luas melalui unggahan di media sosial, khususnya Instagram. Tak sedikit netizen yang mengecam aksi tersebut karena dianggap melanggar ketentuan hukum daerah, yakni Peraturan Daerah (Perda) Nomor 11 Tahun 2010 yang mengatur tentang larangan, pengawasan, serta pengendalian minuman beralkohol.

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan memberikan klarifikasi bahwa tindakan bagi-bagi bir itu berasal dari salah satu komunitas pelari. Ia menyebut komunitas tersebut telah menerima konsekuensi sosial akibat perilaku yang mereka lakukan di tengah keramaian lomba.

"Kalau urusan komunitas selesaikan secara komunitas. Tapi kan kalau kita lihat dampaknya gak ada, terjaga dengan baik dan itu baru viralnya 2 hari setelah acara," ujarnya saat ditemui di Balai Kota Bandung, Selasa (21/7/2025).

Farhan juga mengungkapkan bahwa saat penyelenggaraan lomba berlangsung, dirinya tidak melihat langsung kejadian tersebut. Ia lebih menitikberatkan perhatian pada dampak lalu lintas yang ditimbulkan karena perlombaan.

"Saya kenal juga beberapa teman-teman di komunitas lari. Saya tanyain nanti tentang bagaimana gitu (bagi-bagi bir). Kalau masalah komunitas, selesaikan secara komunitas," kata Farhan.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa dalam waktu dekat, Pemerintah Kota Bandung akan mengadakan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan event tersebut, termasuk mengenai persoalan kemacetan yang muncul sejak dini hari.

Farhan mengaku terkejut karena kemacetan mulai terjadi sejak pukul 04.30 WIB, terutama di kawasan Jalan Ahmad Yani.

"Saya secara pribadi, ataupun kepolisian juga, Polantas, tidak pernah menduga bahwa jam 4.30 WIB, jalanan Ahmad Yani sudah penuh. Nah, itu yang mesti kita evaluasi," ucapnya.

Farhan menilai bahwa perlu adanya penyempurnaan dalam komunikasi publik, khususnya berkaitan dengan rekayasa lalu lintas dan penutupan jalan. Ia berharap pada penyelenggaraan selanjutnya, masyarakat dapat diberi pemahaman yang lebih matang agar tidak terjadi penolakan atau kebingungan.

"Tapi kalau di Bandung, kepolisian memutuskan tidak boleh ada sterilisasi jalan, kecuali yang benar-benar tertutup seperti di Jalan Merdeka, itu dari jam 12 malam sampai jam 10 pagi itu saja boleh, yang lain gak boleh," kata Farhan.

Dengan polemik yang mencuat ini, Pemkot Bandung bakal menyusun langkah konkret agar pelaksanaan event besar semacam ini tetap bisa berjalan dengan lancar namun tetap menghormati aturan dan kenyamanan warga sekitar.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved