Makna Teras Cihampelas bagi Pengunjung Setianya, Diharapkan Tidak Dibongkat Seperti Usulan KDM

Langkah Rian (29) tak surut walau harys berhadapan dengan rintik hujan yang membasahi kawasan Cihampelas, Kota Bandung, Minggu (6/7/2025) sore.

Penulis: Nappisah | Editor: Giri
Tribun Jabar/Gani Kurniawan/arsip
ILUSTRASI - Sejumlah pekerja mengerjakan pembangunan fasilitas di Teras Cihampelas (Skywalk Cihampelas) Tahap Dua, di atas Jalan Cihampelas, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (10/6/2023). Pengunjung dan pedagang berharap agar Teras Cihampelas tidak dibongkar. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Langkah Rian (29) tak surut walau harys berhadapan dengan rintik hujan yang membasahi kawasan Cihampelas, Kota Bandung, Minggu (6/7/2025) sore.

Mengenakan jaket tipis dan membawa payung, ia tetap menyusuri undakan menuju Teras Cihampelas. Di tengah lapak-lapak yang sebagian tertutup terpal dan suasana yang lebih senyap dibandingkan masa jayanya, Rian justru merasa tenang.

“Saya masih suka ke sini. Memang sekarang lebih sepi, tapi mungkin itu juga yang bikin saya betah. Lebih santai, bisa duduk-duduk, ngobrol,” ujar Rian saat berbincang dengan Tribunjabar.id, Minggu.

Ia menyebut, saat ke Teras Cihampelas kerap memesan segelas kopi sachet dari satu warung kecil di ujung teras.

Teras Cihampelas pernah menjadi magnet wisata belanja dan kuliner di Bandung. Skywalk yang membentang di atas Jalan Cihampelas ini dulu ramai oleh pengunjung dari berbagai daerah.

Kini, meskipun aktivitasnya tak seramai dulu, tempat ini masih menyimpan daya tarik tersendiri setidaknya bagi mereka yang punya kenangan di sini.

Baca juga: Ketua DPRD Bandung Minta Usulan Bongkar Teras Cihampelas Dikaji dengan Libatkan Ahli Tata Kota

“Saya pertama ke sini waktu kuliah, sekitar tahun 2017. Dulu ramai banget, sampai malam pun susah cari tempat duduk. Sekarang sepi, tapi hawanya tetap khas Bandung banget,” kata Rian.  

Ia menyebut tempat ini memiliki kenangan tersendiri baginya. Tujuh tahun lalu, tempat ini didatangi pertama kali begitu ia merantau ke Kota Bandung bersama belasan temannya dari Malang. 

"Dulu hits banget, suka dijadikan tempat foto-foto. Makanya saya sama teman-teman dari Malang pengen datang ke sini. Dulu Bandung banyak tempat foto instagramble-nya," kata dia. 

Kini, Rian telah menetap di Kota Kembang untuk bekerja di daerah Dago. Tak jarang ia masih mengunjungi Teras Cihampelas bersama teman-temannya untuk sekadar bertukar cerita dan nongkrong hingga malam hari. 

“Selama masih ada pedagang, masih ada kopi, saya akan tetap ke sini,” imbuh Rian.

Ia tak menampik perlunya perbaikan di Teras Cihampelas. Tetapi dia berharap agar tempat ini tak dihilangkan sepenuhnya.

“Dibanding dibongkar, mending diperbaiki saja. Teras Cihampelas ini kan ikonik,” ucapnya.

Baca juga: Teras Cihampelas Diusulkan Dibongkar karena Masalah Penetapan Tata Ruang, Sementara Direvitalisasi

Bukan cuma dari Rian, harapan agar Teras Cihampelas tak dibongkar sesuai usulan Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, juga diungkap Ana,pedagang yang sudah bertahun-tahun berjualan di sana. Di tengah isu pembongkaran, dia tampak cemas.

“Pastinya kami tidak terima. Padahal kemarin saat kampanye janji politik, waktu itu ada wacana mau direvitalisasi. Kami sangat menunggu momen itu dan senang,” ujar Ana, Minggu.

Menurut Ana, kondisi Teras Cihampelas memang sudah perlu diperbaiki. Atap bocor, lantai rusak, dan air hujan yang menetes ke jalan di bawah kerap membuat pengendara terganggu.

“Memang fasilitas harus dibenahi. Tapi bukan berarti harus dibongkar total,” ucap dia.

Teras Cihampelas, yang dulu menjadi ikon wisata kreatif Kota Bandung, memang tak seramai dulu. Tapi bagi Ana dan puluhan pedagang lainnya, tempat ini masih menyimpan harapan.

“Pengunjung masih ada, walau tak sebanyak dulu. Tapi kalau dibongkar, kita harus dagang di mana? Di bawah itu katanya bikin macet. Saya melihat ini seperti ngawang-ngawang, tidak pasti. Dibongkar atau direvitalisasi,” tuturnya.

Kekhawatiran Ana bukan tanpa alasan. Banyak pedagang yang trauma dengan relokasi yang tidak berjalan mulus. Mereka takut kehilangan pelanggan, pendapatan, bahkan kehilangan mata pencaharian.

“Jujur takut kalau harus dibongkar. Kalau nanti pindah, apa lebih baik atau justru makin sepi?” ucap Ana.

Ia berharap pemerintah tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Menurutnya, Teras Cihampelas bukan sekadar tempat berdagang, tetapi juga bagian dari identitas wisata Kota Bandung.

Baca juga: Ketua DPRD Bandung Minta Usulan Bongkar Teras Cihampelas Dikaji dengan Libatkan Ahli Tata Kota

“Harapannya pemerintah tegas memperhatikan ini sebagai salah satu objek wisata. Jangan langsung dibongkar. Lebih baik dibenahi,” katanya.

Alasannya bertahan di tempat itu sederhana, ia masih ingin tetap mencari nafkah untuk keluarganya. 

"Namanya juga dagang, pasti sepi atau ramai itu biasa," ujarnya. 

Ia menuturkan, saat Teras Cihampelas masih berjaya, Ana meraup omzet jutaan setiap harinya. 

Keuntungannya pun tak ingin ia nikmati seorang diri, Warga asal Cihampelas ini mengajak keluarganya untuk ikut membuka lapak. 

"Dulu sampai jualan tape di sini, sekarang udah enggak. Laris manis, semakin malam semakin ramai. Kalau sekarang jam delapan kadang sudah tutup." 

"Sebetulnya masih ada yang datang malam ke sini. Tapi nongkrong nya di sini dikawasan yang dagang, kalau ke depan atau belakang, kan, lampunya suka padam jadi gelap," jelas dia. 

Kini, dia tak lagi berjualan tape. Ana memilih membuka warung kecil di lapak sederhana miliknya. Ia menjajakan snack hingga mi rebus/goreng dan nasi dengan lauk pauk seperti ayam, ikan, tempe, tahu. 

"Harganya per porsi Rp 10 ribu-Rp 25 ribu, tergantung pilihan pelanggan, harga juga menyesuaikan," imbuhnya. 

Dibanding sebelum pandemi, omzet yang didapatnya memang belum menyamai untuk kembali mendapat jutaan rupiah per hari. 

"Sekarang sudah ratusan ribu juga bersyukur. Ada untuk modal dan untung sedikit," kata dia. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved