Timbunan Sampah Elektronik Terus Meningkat, Pemerintah dan Swasta Didorong Edukasi Masyarakat

Timbunan sampah elektronik pada 2023 mencapai 2,1 ton dan diprediksi akan mencapai 4,4 juta ton pada 2030.

Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Giri
Tribun Jabar/Nazmi Abdurrahman
DISKUSI JAGA BUMI - Suasana diskusi Jaga Bumi, "Yuk, Bijak Kelola Sampah Elektronik," yang digelar di Jalan Dago, Kota Bandung, Kamis (12/5/2025).  

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Timbunan sampah elektronik pada 2023 mencapai 2,1 ton dan diprediksi akan mencapai 4,4 juta ton pada 2030.

Berdasarkan statistik Global E-waste Monitor pada 2024, kenaikan sampah elektronik lebih cepat lima kali lipat ketimbang capaian daur ulangnya.

Selain itu, laporan yang sama menyebut jumlah timbulan sampah elektronik sedunia mencapai 62 miliar kilogram. 

Dari jumlah tersebut, hanya 22,3 persen yang berhasil dikumpulkan serta didaur ulang secara ramah lingkungan. 

Leader of World Cleanup Day Indonesia, Andy Bahari, mengatakan, banyak masyarakat yang belum teredukasi terkait e-waste dan masih membuang di tempat pembuangan akhir (TPA). Sehingga timbunan sampah elektronik terus meningkat.

Kondisi itu diperparah dengan belum banyaknya tempat khusus untuk pembuangan sampah elektronik

"Sampah elekronik itu ada di mana-mana dan belum ada solusinya. Sangat disayangkan masih banyak yang buang sampah elektronik ke TPA dan belum ada sistem pengelolaan khusus e-waste," ujar Andy, Kamis (12/6/2025). 

Founder of Asah and Co-founder Parongpong, Gadis Prawewari, juga mengungkapkan, solusi pengelolaan sampah elekronik masih belum ada. 

Baca juga: Bupati Dony Ahmad Munir Minta Replikasi Pengelolaan Sampah Banyumas di Sumedang

Padahal, jumlah sampahnya diprediksi akan terus meningkat seiring banyaknya masyarakat yang menggunakan peralatan elektronik.

Masyarakat, kata dia, masih banyak membuang bekas barang elektronik ke TPA secara langsung, tidak melewati proses daur ulang.

"Saya sempat mampir ke TPA Leuwigajah di Bandung dan warga di sekitar sana pun masih banyak yang membuang sampah sembarang, termasuk sampah elektronik," katanya. 

"Karena itu, masih perlu upaya edukasi yang intensif kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah elektronik. Kita harus memberitahu bahwa sampah elektronik itu tidak melebur di tanah," tambah dia.

Saat ini, kata dia, satu di antara perusahaan yang sudah memiliki perhatian terhadap sampah elektronik adalah erafone. Perusahaan ritel dan distribusi gadget seluler di Indonesia, bagian dari Erajaya Digital yang menghadirkan tempat daur ulang khusus drop box untuk sampah elektronik

Pihak erafone mengeklaim telah berhasil mengumpulkan dan mendaur ulang lebih dari 1.900 unit gawai dari awal 2025 ini.

Group Chief of HC, GA, Litigation, & CSR at Erajaya Group, Jimmy Perangin-angin, mengungkapkan, secara lingkungan, kegiatan tersebut memberikan dampak nyata yaitu mengurangi emisi karbon hingga 467 kg CO₂, menghemat energi sebesar 854 kWh, serta mengurangi kebutuhan lahan TPA/landfill sebesar 10 m⊃2;.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved