Kaum Muda Katolik Harus Implementasikan Deklarasi Jakarta-Vatikan: Ini Tujuannya

Dalam pengantarnya, Ketua Umum PP Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma mengemukakan bahwa diskusi digelar untuk dua tujuan.

Penulis: ravi tribun | Editor: Ravianto
dok umat muda katolik
DEKLARASI JAKARTA - Mayong Suryo Laksono, Jurnalis Senior Dewan Pengawas LKBN Antara, dan Penasihat PWKI di Focus Group Discussion (FGD) bertema “Pancasila dan Deklarasi Jakarta-Vatikan: Meneguhkan Semangat Kebangsaan dan Dialog Lintas Iman” di Sekretariat PP Pemuda Katolik di Jalan Pejompongan, Bendungan Hilir, Jakarta, Selasa, 3 Juni 2025. 

Oleh karena itu, Romo yang piawai memainkan saxophone itu pun berharap jangan sampai Deklarasi Jakarta-Vatikan ini menjadi artefak. “Itu bahasa Antropologi yang sangat menohok saya, artefak itu seakan-akan benda mati. Padahal justru ketika ada artefak, lalu munculah kehendak untuk membaca dengan baik, bisa jadi kemudian menjadi legenda yang terus sustainable, tak kenal waktu dan tetap lestari,” ucapnya.

Kata Rm Aloys, “Dalam konteks kita inklusivitas sangat penting. Membuang semua prasangka yang memang tidak mudah. Sembilan belas tahun saya di Semarang dan bergaul dengan masyarakat akar rumput Desa Kendeng dengan segala tarik ulur dinamikanya, tetapi di Pilkada tahun lalu, saya seperti memetik buahnya, itu indikator secara sosial politik jelas di Kota Semarang yang jadi calon walikota memiliki tiga beban: Katolik, Chinese, perempuan lagi. Dengan berbagai serangan di medsos digaungkan bahwa memilih pemimpin yang tidak seakidah itu haram. Tetapi kita bergerak, kita berjuang jangan sampai kota yang sudah kita bangun lama sebagai kota inklusif itu hancur karena itu. Dan, apa yang terjadi kesabaran akar rumput itu dahsyat, akhirnya beliau menang telak, meskipun ada berbagai hambatan baik medsos dan orasi-orasi yang cenderung diskriminatif dan eksklusif. ” katanya.

Artinya, jelas Rm Aloys, “Kalau kita mau sungguh berjuang untuk paradigma-paradigma yang positif dan inklusif itu yakinlah kalau kita gak pernah kalah.”    

Lebih jauh Rm Aloys mengungkapkan bahwa gereja Katolik tidak menolak apapun yang baik, yang benar, yang suci dan indah, yang ada di dalam semua agama dan kebudayaan. “Itu yang menjadi pedoman saya setiap kali saya bergaul, bersilaturahim sehingga kerap kali justru Katolik yang dangkal yang justru sering menyerang saya: 'Romo kok hari minggu di masjid, di pura, di gereja lain, diragukan ke-Katolikannya', sampai seperti itu,” ujarnya. 

“Jadi surat kaleng itu datang bertubi-tubi ketika kita mencoba untuk hadir memberi teladan, tetapi keteladanan pun tidak semudah membalikkan telapak tangan,” imbuhnya.

Maka dari sini, lanjut Rm Aloys Budi Purnomo, konteksnya kaderisasi. “Pengkaderan itu dapat dibangun dalam  bingkai deklarasi ini. Karena yang mendeklarasikan itu organisasi kepemudaan mereka harus bersinergi dengan lembaga-lembaga resmi untuk semakin mengakarkan cita-cita ini, sesuatu yang harus terus diperjuangkan ke depan,” pungkasnya.

Sementara Betaria mengusulkan agar Pemuda Katolik tidak hanya berhenti pada deklarasi tetapi yang lebih penting bagaimana mewujudkannya. “Kita harus berani menyuarakan secara terus menerus dan berkesinambungan, dan minta bantuan Tuhan dengan mendoakan tiap hari doa Fransiskus Asisi 'Jadikan aku pembawa damai', semoga doa itu bisa jadi pegangan kita,” ujarnya. 

Menurut Mayong, jargon-jargon seperti toleransi, kesetaraan, penghargaan terhadap sesama, penghormatan terhadap kemanusiaan, kebangsaan dan sejenisnya itu hanya disuarakan oleh umat minoritas. “Di seberang sana gak ada tuh yang mempersoalkan. Semangat atau prinsip penghargaan terhadap sesama, laki-laki atau perempuan, kayaknya hanya kita-kita saja. Juga toleransi, kebersamaan sebagai warga negara, tidak ada di luar sana, hanya kita yang asyik dengan itu,” ujarnya.

Mayong mempertanyakan apakah umat Katolik akan terus berbusa-busa dengan kata-kata indah tersebut. Yang terpenting, tandasnya, bagaimana menularkan hal itu kepada orang lain.

“Bagaimana di sebelah sana juga terus memperjuangkan hal yang sama. Ini PR kita yang sangat besar, tugas kita bersama. Setidaknya kalau tidak ingin menggangu ya jadilah orang baik sebagai tetangga, syukur-syukur bisa menularkan gagasan atau mempengaruhi hal positif,” ujarnya.

Sebagai penutup diskusi, Iren mengatakan bahwa Deklarasi Jakarta-Vatikan sudah sangat pas dengan Pancasila, bahkan relevan di tataran dunia. “Kalau kita bicara nilai-nilai Pancasila berarti Deklarasi Jakarta-Vatikan itu sudah mengurusi hingga isu-isu internasional. Tinggal penjabarannya harus dirumuskan oleh Pemuda Katolik,” katanya.

Keadilan dan Perdamaian untuk Dunia 
Pada Agustus 2024, sejarah penting terukir saat Paus Fransiskus menandatangani Deklarasi Jakarta-Vatikan bersama para tokoh lintas agama Indonesia dalam pertemuan khusus di Vatikan. Deklarasi ini merupakan inisiatif dari delegasi pemuda lintas agama Indonesia yang diinisiasikan oleh Organisasi Pemuda Lintas Agama yang terdiri dari GP Ansor, Pemuda Katolik, Pemuda Muhammadiyah, GAMKI, Peradah, dan Gema Khonghucu.

Adapun deklarasi Jakarta-Vatikan bertema ‘Keadilan dan Perdamaian untuk Dunia’. Isi deklarasi tersebut yakni:
1. Menjadi generasi muda Indonesia yang selalu mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai energi positif bagi peradaban dunia.
2. Mengajak kaum muda sedunia untuk membangun masyarakat dunia yang berpegang teguh pada prinsip toleransi, solidaritas, dan gotong royong.
3. Mendukung dan menyebarluaskan pandangan dan nilai-nilai yang tertuang dalam Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Kehidupan Bersama (Dokumen Abu Dhabi) untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia.

Deklarasi ini memuat komitmen bersama untuk memperkuat budaya dialog, kerja sama lintas iman, dan solidaritas antar umat manusia dalam menghadapi berbagai tantangan global, termasuk perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan kekerasan ekstrem. Deklarasi juga mengangkat pentingnya prinsip hidup berdampingan yang saling menghargai dan mendorong lahirnya kebijakan publik yang menjunjung tinggi kemanusiaan. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved