Menguak Rahasia Gunung Kuda: Jejak Perang Rajaguluh-Cirebon, Fosil Laut, dan Misteri Nama Koromong

Gunung Kuda bukan sekadar gugusan bukit sunyi di perbatasan Cirebon dan Majalengka. 

Tribuncirebon.com/Adhim Mugni
GUNUNG KUDA - Gunung Kuda di Cirebon, menyimpan sejarah. 

Laporan Kontributor Adim Mubaroq

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Gunung Kuda bukan sekadar gugusan bukit sunyi di perbatasan Cirebon dan Majalengka. 

Gunung yang menjadi bagian dari gugusan Gunung Koromong ini menyimpan cerita panjang yang membentang dari zaman perang kerajaan, temuan ilmiah Belanda, hingga luka akibat tragedi longsor yang masih membekas di benak warga.

Ketua Yayasan Galur Rumpaka Majalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana atau yang akrab disapa Naro, mengungkapkan Gunung Kuda punya nilai sejarah tinggi, terutama saat menjadi titik penting dalam konflik antara Rajagaluh dan Kesultanan Cirebon pada abad ke-16.

“Ketika terjadi peperangan antara Rajagaluh dan Kerajaan dengan Kesultanan Cirebon, itu dibantu oleh Kerajaan Demak, itu pun jadi tempat peristirahatan pasukan Cirebon dan Demak ketika akan melakukan penyerangan terhadap Rajagaluh.

"Ketika mereka beristirahat di situ, kuda-kudanya dicancang di gunung itu, makanya disebut Gunung Kuda,” kata Naro saat ditemui di Majalengka, Rabu (4/6/2025).

Menurut Naro, perang antara Rajagaluh dan Cirebon yang dibantu oleh Kesultanan Demak terjadi sekitar tahun 1500-an. 

Rajagaluh, yang kala itu merupakan salah satu kerajaan penting di wilayah timur Majalengka, akhirnya takluk secara total dalam peperangan tersebut.

Baca juga: Masih Ada 4 Jenazah, Pencarian Korban Gunung Kuda Cirebon Dihentikan Dulu, Tanah Bergerak 4 Meter

“Nah kan saat itu pun terjadi peperangan antara Cirebon yang dibantu oleh pasukan Demak dan Rajagaluh, dan saat itu memang Rajagaluh kalah luluhlantak oleh pasukan Cirebon dan Demak. Ya abad 16 tahun 1500-an,” ujarnya.

Tak hanya sarat cerita sejarah, Gunung Kuda juga menarik perhatian dunia ilmiah. Pada masa kolonial, seorang dokter dan peneliti Belanda bernama Dr Von Koeningswald sempat mengadakan riset di kawasan ini setelah kunjungannya ke pabrik gula Parung Jaya di Leuwimunding.

Dalam risetnya, Koeningswald menemukan banyak sekali fosil hewan laut di sekitar Gunung Kuda. Ia bahkan menyebut gunung ini sebagai “lumbung fosil” karena banyaknya sisa kehidupan laut purba yang terpendam di dalam batuan gunung.

"Bahkan dokter Koningswaard ini menyebut Gunung Kuda sebagai lumbung fosil karena terdapat banyak fosil-fosil. Jadi wajar lah misalnya Gunung Kuda dijadikan atau dieksploitasi batu," ungkap Naro.

Penemuan itu membuat dokter Koningswaard menjuluki Gunung Kuda sebagai lumbung fosil, karena melimpahnya sisa-sisa makhluk laut purba yang terjebak dalam lapisan batuan gunung.

Ia menyebut bahwa batu-batuan di kawasan tersebut kaya akan unsur kapur, yang terbentuk dari proses jutaan tahun sejak masa Gunung Kuda diyakini masih berada di dasar laut.

"Nah fosil-fosil hewan laut tersebut jika kemudian jutaan tahun kemudian bisa menjadi batu yang sedikit mengandung kapur," kata Naro.

Gunung Kuda sendiri merupakan bagian dari gugusan Gunung Koromong, sebuah rangkaian perbukitan yang dinamai berdasarkan bentuknya yang menyerupai alat musik gamelan. Disebut Koromong karena gunung-gunungnya bentuknya mirip kemong atau gong kecil dalam gamelan.

Baca juga: Keluarga Korban Longsor Gunung Kuda Cirebon Minta Pencarian Terus Dilakukan Sampai Ketemu

Menurut Naro, gugusan ini terdiri dari beberapa gunung seperti Gunung Bendera, Gunung Kerud, Gunung Goong, dan tentu saja, Gunung Kuda.

"Kenapa disebut Gunung Koromong? Ya bentuknya seperti koromong. Koromong itu Kemong alat musik dan juga goong kecil lah. Jadi disebut gugusan Gunung Koromong. Nah gugusan gunung  ini adalah gugusan Gunung Koromong," katanya.

Tragedi Longsor di Gunung Kuda

Longsor yang terjadi pada Gunung Kuda Jumat (30/5/2025), telah menjadi tragedi pilu.

Gunung ini bukan sekadar bongkahan batu di perbatasan Majalengka dan Cirebon, ia adalah saksi sunyi lintas abad. Di lerengnya, pasukan Demak pernah mencang-cang kuda sebelum menggempur Rajagaluh. 

Di perutnya, jutaan tahun lalu makhluk laut purba pernah berenang dan meninggalkan fosil yang kini tertanam dalam batu kapur, dan di lerengnya nyawa-nyawa tergulung dalam dekapan longsor.

Gunung Kuda menyimpan kisah dan luka dalam satu napas alamnya. Ia seolah memangkas jejak generasi lama yang hanya menambang, dan memanggil generasi baru untuk menggali kebijaksanaan serta mulai mendengarkan bisikan jiwanya. (*)

Artikel TribunJabar.id lainnya bisa disimak di GoogleNews.

IKUTI CHANNEL WhatsApp TribunJabar.id untuk mendapatkan berita-berita terkini via WA: KLIK DI SINI

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved