Syarif Bastaman Sebut China Jadi Kekuatan Luar Biasa Karena Jalankan Konsep Trisakti dan Pancasila

Syarif Bastaman berharap Pancasila dapat di implementasikan dalam sebuah tindakan nyata ketimbang hanya dibahas dalam sebuah ide maupun gagasan.

istimewa
TRISAKSTI DAN PANCASILA - Para peserta Seminar Nasional Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dalam rangka memeringati Hari Lahir Pancasila di Gedung UNPAD, Jalan Dipatikur, Minggu (1/56/2025). Dalam seminar ini dijelaskan tentang perlunya menerapkan konsep Trisakti dan Pancasila. 

TRIBUNJABAR.ID - Indonesia harus bisa menjalankan secara kaffah bagaimana konsep Trisakti dijalankan.

Sebab, jika tidak ideologi Indonesia yakni Pancasila tak bisa berjalan secara utuh terlebih pada sila keempat dan kelima.

Hal ini diungkapkan salah satu tokoh nasional,  Syarif Bastaman, dalam acara Seminar Nasional Majelis Musyawarah Sunda (MMS) dalam rangka memeringati Hari Lahir Pancasila di Gedung UNPAD, Jalan Dipatikur, Minggu (1/56/2025).

Syarif Bastaman berharap Pancasila dapat di implementasikan dalam sebuah tindakan nyata ketimbang hanya dibahas dalam sebuah ide maupun gagasan.

"China itu terbukti berhasil karena menjalankan Trisakti secara kaffah atau keseluruhan," 

"Berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan,"

"Coba dilihat dari tolak ukur itu, China menjalankan semua," ucap pria yang akrab disapa Kang Iip.

Baca juga: Jay Idzes Kaget Melihat Gaya Bermain Beckham Putra dan Stefano Lilipaly, Ini Tanggapan Sang Kapten

Untuk memulai itu semua, kata dia, semua pihak harus segera memulai aksi dan tindakan. Sebab, dari segi ekonomi jarak antara orang kaya dan miskin semakin jauh.

"Sekarang ini, gap (jarak) antara si kaya dan si miskin semakin melebar. Berdasarkan data PBB jumlah rakyat miskin kita di angka 171 juta, meski kemudian oleh BPS angka kemiskinan itu diturunkan menjadi 30 persen. Ukuran standarnya diturunkan. Ini kan akal-akalan sangat serius, " ucap Syarif.

Syarif Bastaman menilai bahwa dengan kondisi ini, jelas terlihat sila kelima dalam Pancasila yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tidak berjalan. 

Padahal esensi dari Pancasila adalah masyarakat Indonesia harus mendapatkan keadilan dalam segala aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan politik.

"Saat saya ke China, saya lihat bagaimana kemajuan mereka. Kemajuan mereka karena Cina menjalankan konsep Trisakti dan Pancasila dengan baik. Sekarang mereka menjadi kekuatan yang luar biasa," ujarnya. 

Begitu juga dengan peran Sunda dalam kancah Nasional. Menurut dia, saatnya para tokoh Sunda memiliki suatu gagasan tentang bagaimana mensejahterakan rakyat dengan membangun sistem. 

"Kita tidak lagi berbicarakan siapa tokohnya. Tapi apa yang dihasilkan yakni sebuah sistem untuk mensejahterakan rakyat, " Ujar Syarif Bastaman

Sementara itu, Pinisepuh Majelis Musyawarah Sunda (MMS), Prof Dr. Ganjar Kurnia, DEA mengatakan walau pun dinilai sudah sangat berkontribusi terhadap lahirnya Pancasila, Urang Sunda diharapkan dapat terus berkontribusi melalui berbagai macam perbaikan di wilayah Tatar Sunda (Jawa Barat).

Dengan selesainya permasalahan di Tatar Sunda, hal tersebut  sudah menjadi bentuk perhatian terhadap negara karena Tatar Sunda mencakup sebagian penduduk Indonesia dengan jumlah kurang lebih sebanyak 50 juta jiwa.  

Baca juga: Satu Rumah di Kota Bandung Ambruk karena Cuaca Ekstrem, Farhan Minta Warga Waspada Perubahan Cuaca

"Kalau menanyakan bagaimana kita (Urang Sunda)  harus terus berkontribusi terhadap Indonesia setelah terwujudnya Pancasila salah satunya berbenah saja di Tatar Sunda, dengan menyelesaikan masalah di daerah yang jumlah penduduknya  mencapai 50 juta tentu sebagian permasalahan di Indonesi akan ikut selesai," ucap Ganjar.

Menurut Ganjar, dalam urusan melahirkan gagasan Pancasila, masyarakat tidak pernah sekalipun kehabisan ide, akan tetapi, ia merasa, masih belum banyak diantara pihak yang berhasilkan mengimplementasikan semua gagasan tersebut.

Oleh karena itu, ia berharap, hal tersebut dapat  menjadi perhatian bagi MMS dalam menyikapi momen Hari Lahir Pancasila ini, tentu dengan melakukan sebuah tindakan yang lebih mengarah kepada tindakan nyata.

"Ini menjadi persoalan yang harus menjadi perhatian juga bagi MMS, urang resep ngariung tapi prakna naon? (Kita senang berdiskusi tapi tindakannya apa?) Begitu juga dengan gagasan pancasila harus menjadi ideologi tindakan, apa benar Pancasila sudah menjadi ideologi tindakan atau belum? Karena praktik korupsi masih dimana-mana," tegasnya.

Sebagai informasi acara Seminar Nasional MMS Meneguhkan Pengamalan Pancasila Dalam Tata Kelola Negara "Pamikiran Kabangsaan Jeung Kanagaraan Ki Sunda Keur Indonesia"  tidak hanya di hadiri beberapa narasumber saja seperti , Guru Besar Sejarah UNPAD Prof Dr. Reiza D. Deinaputra, Rektor Universitas Koperasi Indonesia (IKOPIN), Prof Dr.Ir. Agus Pakpahan dengan moderator, CEO Koran Gala, Noe Firman.

Melainkan juga turut dihadiri Ketua DPRD Jabar, Buky Wikagoe, Wakil Ketua DPRD Jabar Ono Surono dan Kesra Pemprov Jabar Asep Sukmana.

Selain itu seminar ini juga dihadiri keluarga tokoh pahlawan nasional dari Tatar Sunda sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi mereka dalam sejarah pendirian bangsa. Di antaranya keluarga besar Inggit Garnasih (diwakili Tito Asmarahadi), KH. Ahmad Sanusi (Neni Fauziyah), serta turunan dari R.A.A. Wiranatakusumah, Mr. Iwa Koesoemasumantri, dan lainnya.

Dalam kesempatan ini, Guru Besar UNPAD sekaligus ketua TP2GD sekaligus  Prof Dr. Reiza D. Deinaputra telah menerangkan bagaimana peran serta Urang Sunda dalam turut serta melahirkan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia dimana ia juga menyebut secara histori, tanggal 1 Juni 1945 merupakan hari lahirnya konsep Pancasila.

Sedangkan Hari Lahir Pancasila yang dikenal saat ini disebut jatuh pada tanggal 18 Agustus 1945.

Baca juga: ASEAN All Stars Menang, Justru Kakang, Riski dan Timnas Indoneisa yang Disorot Media Inggris

"Kapan hari lahir Pancasila? Maka  kita bicara bicara tentang dua hal ini. Jadi kalau kita bicara 1 Juli, itu betul hari lahir Pancasila tapi koma (belum selesai), meskipun Kepres 24/2016 menyebutkan rentan peristiwa, tapi tidak jernih menjelaskannya seperti apa,"  

"Tapi kalau kita bicara historisitas, maka 1 Juni itu hari lahir Pancasila, koma sebagai istilahnya konsepnya. Dan kalau kita bicara hari Pancasila yang sebenarnya, maka mau tidak mau yang betulnya adalah adalah 18 Agustus 1945. Karena itulah Pancasila sebagaimana yang kita kenal sekarang," ujar Reiza.

Mengenai kiprah Urang Sunda dalam masa kelahiran Pancasila, Reiza mengungkapkan setidaknya ada  7 orang Sunda yang menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Mereka adalah Abdul Halim, Raden Oto Iskandar Di Nata, Raden Djenal Asikin Widjaja Koesoema, Raden Kosoemaatmadja, Raden Asikin Natanegara, Raden Samsoedin, dan Ahmad Sanoesi.

Sementara itu, Buky Wikague meneybut implementasi Pancasila yang sedang banyak digalakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi adalah menerapkan Panca Waluya, yakni sikap bener (benar), bageur (baik), cageur (sehat), pinter (pintar), dan singer (kreatif).

“Contoh ideologi tindakan ini berusaha dijadikan solusi konkrit, semisal kenakalan remaja yang kian menjadi, agar Panca Waluya, ya dimasukkan barak militer. Ini ditambah dengan falsafah Sunda, silih asih asah asuh, dan silih wawangi,” katanya. 

Majelis Musyawarah Sunda (MMS) adalah kaukus kebudayaan dan kenegaraan yang terdiri dari para tokoh Sunda lintas wilayah, profesi, dan generasi.

Sejak dideklarasikan di Gedung Sate pada 8 Juli 2024 dan dimusyawarahkan di Universitas Padjadjaran pada 13 Oktober 2024, MMS telah berkembang menjadi wadah strategis yang terdiri dari 13 Presidium, 76 Pinisepuh, 350 Panata Pikir (Dewan Pakar), dan puluhan anggota Panata Gawe (Badan Pekerja) dengan visi besar: Sunda Mulia, Nusantara Jaya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved