Jembatan Apung Cijeruk Patah, Kades Sudah Ajukan Pembangunan Jembatan sejak 2020, Ini Kendalanya

Sebelumnya, jembatan apung itu patah di bagian tengahnya, setelah dihantam derasnya arus sungai Citarum.

Penulis: Adi Ramadhan Pratama | Editor: Ravianto
Dok. Warga
JEMBATAN RUSAK - Kondisi Jembatan Gantung Cijeruk yang menghubungkan Baleendah-Bojongsoang di Kabupaten Bandung setelah tersapu air, Jumat (23/5/2025) malam. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Jembatan apung yang menghubungkan Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang, dan Desa Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, patah di bagian tengah.

Peristiwa itu terjadi pada Jumat (23/5/2025) malam.

Kepala Desa (Kades) Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang, Asep Sunandar mengungkapkan, jembatan apung Cijeruk yang patah, Jumat (23/5/2025) memang kerap dijadikan alternatif.

Sebelumnya, jembatan apung itu patah di bagian tengahnya, setelah dihantam derasnya arus sungai Citarum.

Di mana jembatan itu menghubungkan Kecamatan Bojongsoang dan Baleendah.

"Iya, memang alternatif ke sini. Nah, ada dua di sana jembatan Cijeruk, yang rusak itu jembatan Leuwi Dalem. Kalau hujan pasti ke sini," ujarnya saat ditemui di lokasi, Jumat (23/5/2025).

Asep mengatakan bahwa sebelum kejadian patahnya jembatan tersebut, debit air di sungai Citarum sangat deras. 

Di mana hal itu menyebabkan drum penyangga jembatan apung rusak.

"Saya lihat debit-nya pun cepat. Lagi tinggi. Sementara kan ada tahanan ini drum jadi tekanannya tertuju di tengah itu, jadi miring," katanya. 

Terlepas dari itu, Asep menambahkan sejak tahun 2020, dirinya telah mengajukan pembangunan jembatan tersebut.

Bersama Pemerintah Kabupaten Bandung, pihaknya telah mengajukan ke kementerian terkait. 

"Tahun 2020 sudah mengajukan ke kementrian terkait. Ada anggaran Rp 5 Miliar untuk itu tapi kami terkendala rekomendasi, akhirnya kami coba ajukan lagi dari salah satu program waktu itu di Sumbawa namun masih terkendala karena lahannya milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)," ucapnya.

9 Motor Nyaris Terseret Arus

Akibat patahnya jembatan tersebut, sembilan sepeda motor dan sejumlah warga yang melintas hampir terseret arus sungai.

Namun beruntungnya, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Warga yang juga sebagai saksi mata peristiwa tersebut, Deden Hermawan (58), mengatakan, peristiwa itu terjadi pada sekitar pukul 19.25 WIB.

Hal itu diduga akibat beban berlebih.

"Awalnya memang tidak ada terkoordinasi dari masuk jembatan. Mungkin terlalu banyak kendaraan yang masuk, lalu air besar, kapasitas terlalu besar, berat," ujar Deden saat ditemui di lokasi, Jumat.

Deden menjelaskan, sebenarnya arus lalu lintas di jembatan tersebut memang dibuat satu arah dan dilakukan secara bergantian.

Meski tidak ambruk sepenuhnya, kayu penyangga jembatan itu terlihat patah.

Saat kejadian patahnya jembatan, Deden menceritakan, situasi memang mencekam.

Banyak pengendara yang panik dan berlarian saat jembatan mulai tampak miring sebelum akhirnya patah di bagian tengah. 

"Pada lari, disuruh balik lagi. Sesudah kejadian keliatan miring. Memang enggak langsung patah, yang terjebak, kerendam ada sembilan motor, tapi semua berhasil diselamatkan," katanya.

Di sisi lain, Deden menuturkan, jembatan tersebut memang kerap digunakan warga dan para pengendara sebagai jalur alternatif, terlebih ketika jalan utama Bojongsoang macet dan terendam banjir.

"Mungkin akses jalan hanya dilalui ke sini, sama ke jembatan," ucapnya.(*)

Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Adi Ramadhan Pratama 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved