Mencicipi Brengkes, Rasa yang Dibangkitkan dari Dapur Masa Lalu di Jantung Batik Panembahan Cirebon
Brengkes dijual seharga Rp 35 ribu untuk lauk saja, dan Rp 40 ribu jika lengkap dengan nasi dan kerupuk udang.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Di sebuah sudut yang tersembunyi di antara riuh rendah pertokoan batik Jalan Panembahan Utara, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, berdiri sebuah rumah makan yang tak hanya menyajikan makanan, tapi juga meracik kenangan.
Namanya Kambas Table, tempat di mana rasa, sejarah dan cinta berkelindan dalam semangkuk hidangan yang nyaris terlupakan, bernama Brengkes.
Bukan bangunan mewah yang menyambut setiap pengunjung.
Hanya dinding-dinding sederhana yang bersenyawa dengan aroma ketan gurih dan kelembutan angin pagi dari halaman belakang.
Namun dari dapur yang sederhana itu, tangan-tangan yang bekerja dengan sepenuh hati mulai menghidupkan kembali resep warisan orang tua yang telah lama terkubur oleh zaman.
Dialah Rere Barara, pemilik Kambas Table, perempuan yang tak hanya menjajakan makanan tapi juga menggugah rasa-rasa tua agar kembali bertahta di lidah anak negeri.

“Ya, sebenarnya Brengkes ini adalah menu favorit keluarga, khususnya orang tua saya,” ujar Rere lirih, matanya menatap uap panas yang membubung dari kukusan besar di dapurnya, Kamis (15/5/2025).
Di meja panjang dari aluminium yang masih kinclong, tersusun rapi bahan-bahan, seperti daging sapi yang telah diiris pipih, irisan wortel oranye cerah, cabai merah yang menggoda, telur puyuh mungil yang mengintip malu-malu dari balik mangkok, serta santan dan telur kocok yang kelak menjadi pengikat rasa.
“Dulu, mama saya sering sekali masak ini di rumah."
"Tapi sekarang, banyak yang bahkan belum tahu Brengkes itu apa,” ucapnya, sambil sesekali mengarahkan para pegawainya yang mulai membungkus campuran bumbu dengan cekatan.
Masakan ini bukan perkara instan.
Ada tahapan yang harus dilalui dengan sabar dan cinta.
Brengkes dimasak dengan cara dikukus selama 45 menit.
Zaman dulu, kata Rere, proses ini bisa sampai dua jam lamanya.
Mungkin karena itu pula, hidangan ini perlahan hilang dari meja-meja makan warga Cirebon.
Namun tekad Rere bukan main-main.
Ia ingin menghidupkan kembali menu yang nyaris tinggal nama.
“Dengan dimunculkannya Brengkes ini, saya harap orang-orang, khususnya anak muda, bisa mengenal dan mencintai lagi makanan yang dulunya disukai orang tua mereka,” jelas dia, penuh harap.
Sejak seminggu lalu Brengkes hadir di Kambas Table, animo mulai muncul.
Tak besar, tapi cukup menggembirakan bagi Rere.
"Sehari bisa 10 sampai 20 mangkok. Ada yang makan di sini, ada juga yang bungkus."
"Yang beli pun dari semua kalangan, ada yang muda, ada juga yang sepuh,” katanya.
Brengkes dijual seharga Rp 35 ribu untuk lauk saja, dan Rp 40 ribu jika lengkap dengan nasi dan kerupuk udang.
Harganya bersahabat, rasanya bersahaja, namun penuh makna.
Kambas Table sendiri telah berdiri sejak 2007.
Buka dari pukul 05.30 hingga 17.00 WIB setiap hari, rumah makan ini juga dikenal dengan menu andalannya, yakni ketan gurih ebi dan kelapa tajmpolay.
Namun kini, Brengkes menjadi permata baru dalam deretan menu khas Cirebon yang disuguhkan.
Tak hanya dari lidah pemiliknya, pujian juga datang dari lidah-lidah penasaran yang baru pertama kali mencicipinya.
Seperti Saenah (36), warga Kecamatan Plered, yang datang karena tergoda unggahan di media sosial.
“Sebelumnya belum pernah nyobain makanan Brengkes."
“Pas tahu dari medsos, jadi penasaran. Setelah dicoba ke sini, ternyata enak, menarik juga. Baru kali ini nyobain,” ujar Saenah.
Matanya berbinar saat menyuap Brengkes hangat dari piringnya.
"Rasanya enak, dagingnya empuk, rempahnya berasa banget. Kaldunya juga terasa. Brengkes ini beda sama empal gentong."
"Kalau empal itu lebih sangan, Brengkes lebih ringan dan cocok juga buat yang nggak suka makanan bersantan,” ucapnya.
Saenah mengakui, ia baru tahu bahwa Brengkes merupakan makanan jadul.
Tapi justru dari sanalah daya tarik itu muncul.
“Makanya saya ke sini, pengin tahu rasa dan ceritanya juga,” jelas dia.
Di tengah arus globalisasi dan makanan cepat saji yang kian mendominasi, Rere Barara memilih untuk mengayuh perahu kecilnya ke arah berlawanan, membawa kembali rasa-rasa lama agar tak tenggelam oleh waktu.
“Semoga Brengkes bisa jadi daya tarik baru. Bukan hanya untuk wisatawan luar, tapi juga untuk masyarakat lokal yang rindu dengan masakan rumah penuh kenangan,” kata Rere dengan senyum lembut, sembari menatap kukusan yang masih mengepulkan harapan.(*)
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
Kebakaran Hanguskan Rumah Warga di Pamengkang Cirebon saat Pagi, Diduga Dipicu Korsleting Listrik |
![]() |
---|
Kantin SMPN 1 Sumber Cirebon Terbakar Hebat, Kepsek Ungkap Situasi Belajar Mengajar Hari Ini |
![]() |
---|
Gara-gara Hal Sepele, Kantin SMPN 1 Sumber Cirebon Nyaris Ludes Terbakar, Untung Ada Petugas Damkar |
![]() |
---|
Viral Paksaan Sedekah di Kawasan Makam Sunan Gunung Jati Cirebon, Langsung Ditertibkan Petugas |
![]() |
---|
Jejak Ban dan Puing Mobil Sisa Kecelakaan Maut di Tol Cipali Cirebon, Titik Tabrakan Ditelusuri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.