Pengamat Ekonomi Soal Perbankan di Era Digital: Gaet Gen Z dan Alpha dengan Strategi Cerdas
Generasi baru, yakni Generasi Z dan Generasi Alpha, tumbuh menjadi kelompok strategis yang akan menentukan arah industri perbankan ke depan.
Penulis: Kemal Setia Permana | Editor: Kemal Setia Permana
TRIBUNJABAR.ID - Transformasi digital bukan hanya mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan teknologi, tetapi juga mendefinisikan ulang ekspektasi terhadap layanan keuangan.
Di tengah perubahan tersebut, generasi baru, yakni Generasi Z dan Generasi Alpha, tumbuh menjadi kelompok strategis yang akan menentukan arah industri perbankan ke depan.
Hal itu diungkapkan oleh pengamat ekonomi yang juga Dosen Prodi Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan BIsnis Universitas Pendidikan Indonesia, Heny Hendrayati.
Heny Hendrayati mengatakan bahwa fenomena digitalisasi kini sudah merambah banyak hal.
"Oleh karena itu, adaptasi terhadap perilaku, preferensi, dan gaya hidup digital generasi ini menjadi hal yang mendesak bagi lembaga keuangan, khususnya perbankan," ujar Heni melalui keterangannya, Rabu (14/5/2025).
Baca juga: Malut United Bakal Rasa Persib, Ciro Alves Oke, 1 Pemain Lagi Deal, 3 Lainnya Dijajaki Termasuk DDS
Heni mengatakan Generasi Z (lahir sekitar 1997–2012) kini telah memasuki usia produktif. Mereka menjadi mahasiswa, pekerja, bahkan pelaku wirausaha. Sementara itu, Generasi Alpha (lahir setelah 2012) akan menyusul dalam satu dekade mendatang.
Keduanya merupakan digital native yang sejak dini telah terbiasa menggunakan perangkat pintar dan terhubung dengan dunia digital.

Heni menyebut jika layanan keuangan tidak dirancang untuk menjawab kebutuhan generasi ini, yang menginginkan kecepatan, transparansi, dan pengalaman pengguna yang intuitif, maka mereka akan lebih memilih alternatif lain seperti fintech, e-wallet, paylater, atau bahkan mata uang kripto.
Dalam konteks ini, kompetitor bank bukan lagi hanya sesama bank, melainkan juga perusahaan teknologi yang lebih lincah dan adaptif.
"Digitalisasi layanan perbankan tidak cukup jika hanya diwujudkan dalam bentuk aplikasi. Yang dibutuhkan generasi baru, kuncinya adalah personalized experience dan value-based engagement. Pengalaman digital yang menyatu dengan keseharian mereka. Salah satu contohnya misalnya pembukaan rekening harus bisa dilakukan dalam hitungan menit, fitur budgeting harus mudah digunakan, dan edukasi keuangan harus dikemas dalam bentuk yang menarik, seperti video pendek, infografis, atau gamifikasi,"
"Selain itu personalisasi menjadi kunci penting. Generasi ini cenderung menolak pendekatan yang generik. Mereka lebih menyukai layanan yang memahami kebiasaan, memberikan rekomendasi yang sesuai, dan berinteraksi dalam bahasa yang dekat dengan keseharian mereka,"
"Bank juga dituntut untuk hadir di dalam ekosistem digital yang akrab dengan generasi muda, mulai dari media sosial, platform e-commerce, hingga aplikasi streaming. Kolaborasi lintas sektor menjadi langkah strategis untuk memperluas jangkauan dan relevansi," ujarnya.
Baca juga: Lawannya Lebih Berduit dan Orang Kuat, Nikita Mirzani Diprediksi Susah Bebas dari Penjara
Kemudian Heni pun menyinggung adaptasi perbankan terhadap Gen Z dan Alpha bisa menjadi strategi cerdas bukan hanya untuk kepentingan bisnis jangka pendek, melainkan juga berdampak besar terhadap peningkatan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.
Melalui pendekatan yang tepat, bank dapat menjadi mitra strategis dalam membentuk generasi yang melek finansial, mampu mengelola keuangan pribadi, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam konteks pembangunan jangka panjang, kehadiran bank yang relevan dengan generasi muda juga akan mendorong stabilitas sistem keuangan. Sebab, kepercayaan terhadap lembaga keuangan formal akan tumbuh seiring dengan pengalaman positif yang dibangun sejak dini.
"Kesimpulannya, generasi Z dan Alpha bukan sekadar calon nasabah. Mereka adalah representasi masa depan industri keuangan itu sendiri. Bank yang mampu membaca arah ini dan segera melakukan lompatan strategis akan bertahan dan tumbuh. Sementara bank yang bertahan pada pola lama berisiko kehilangan relevansi di tengah perubahan yang tak terelakkan," katanya. (*)
pengamat ekonomi
Heny Hendrayati
Universitas Pendidikan Indonesia
perbankan
Generasi Z
generasi Alpha
Ustaz Adi Hidayat Diangkat Jadi Dosen Tetap Prodi Linguistik UPI |
![]() |
---|
Catatkan Kinerja Positif, Bank JTrust Capai Laba Bersih Rp 112,86 Miliar dalam Semester 1 2025 |
![]() |
---|
Dulu Sempat Kuliah di Bandung, Novia Kini Bakal S2 di 4 Negara Pakai Beasiswa, Termasuk di Malta |
![]() |
---|
Fenomena Rojali dan Rohana, Alarm bagi Bisnis yang Tak Mau Beradaptasi |
![]() |
---|
IAI Persis Bandung Berkunjung ke Tribun Jabar, Bincang Dakwah Online hingga Perbankan Syariah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.