Tarif Listrik dan Perhiasan Emas Jadi Penyumbang Inflasi Tertinggi di Jabar pada April 2025

Sementara itu, pergerakan harga untuk komoditas kebutuhan pokok lainnya dinilai masih berada dalam rentang yang wajar.

Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
tribunjabar.id / Nappisah
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus (tengah), saat ditemui di Kantor BPS Jawa Barat, Jalan Phh Mustopa No 43, Kota Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat mencatat bahwa inflasi year on year (y-on-y) di Jawa Barat pada April 2025 mencapai 1,67 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,73. 

Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Darwis Sitorus, menyebut, komoditas tarif listrik dan emas perhiasan menjadi penyumbang inflasi maupun deflasi beberapa komoditas dengan andil tertinggi. 

Ditinjau secara month to month (m-to-m) andil inflasi tarif listrik sebesar 0,99 persen, dsn emas perhiasan 0,15 persen disusul oleh bawang merah dan tomat sebesar 0,05 persen. 

“Kalau terkait emas, saya kira masih tergantung pada perkembangan harga secara global. Jadi ini yang menjadi perhatian sebenarnya, karena pengaruh terhadap pembelian dalam negeri juga akhirnya terpengaruh oleh perkembangan harga di internasional,” ujar Darwis dalam konferensi pers, di Jalan Phh Mustopa, Kota Bandung, Jumat (2/5/2025).

Menurut Darwis, lonjakan harga emas yang tercermin dalam andil inflasi secara year on year sebesar 0,54 persen lebih disebabkan oleh faktor eksternal, yakni fluktuasi harga di pasar global. 

Ia juga menambahkan bahwa faktor ini tidak serta-merta mencerminkan adanya tekanan pada daya beli masyarakat.

“Kalau kita amati dari inflasi sejumlah komoditas tadi, secara keseluruhan menurut saya ini belum bisa disimpulkan bahwa daya beli masyarakat sedang turun,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa pada awal tahun 2025, komoditas yang paling berpengaruh terhadap inflasi hanyalah tarif listrik dan emas perhiasan. 

Sementara itu, pergerakan harga untuk komoditas kebutuhan pokok lainnya dinilai masih berada dalam rentang yang wajar.

“Yang lain saya kira masih normal-normal saja,” tambahnya

Selain emas, komoditas lain yang turut mendorong inflasi adalah kopi bubuk (0,18 persen), minyak goreng (0,15%), sigaret kretek mesin (0,10%), dan cabai rawit (0,09%).

Sementara itu, sejumlah komoditas memberikan andil deflasi, antara lain daging ayam ras (-0,23%), tomat (-0,09%), beras (-0,07%), daun bawang (-0,05%), dan telur ayam ras (-0,05%).

Dari sisi wilayah, inflasi tertinggi secara y-on-y terjadi di Kota Sukabumi sebesar 2,74 persen dengan IHK sebesar 109,52. Disusul oleh Kota Depok (1,87%) dan Kota Bogor (1,86%). Sebaliknya, inflasi terendah tercatat di Kota Cirebon hanya sebesar 0,78 persen.

Berdasarkan data inflasi month to month (m-to-m) April 2025, Kabupaten Majalengka mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,36 persen. Kota Cirebon juga mencatat inflasi m-to-m terendah yaitu sebesar 0,70 persen.

Untuk inflasi year to date (y-to-d), Kota Sukabumi dan Kota Bekasi menempati posisi tertinggi dengan masing-masing sebesar 1,78 persen, sementara yang terendah tercatat di Kabupaten Subang sebesar 0,90 persen. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved