Walhi Jabar Tak Setuju Penggunaan Termal Untuk Atasi Tumpukan Sampah di Kota Bandung

Walhi Jabar, tidak setuju dengan langkah Pemkot Bandung yang menggunakan teknologi termal di 15 TPST untuk menangani sampah

Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
SAMPAH MENUMPUK - Kondisi sampah menumpuk di Pasar Induk Caringin, Kota Bandung, Kamis (24/4/2025). Bukan cuma di Pasar Caringin, sampah juga menumpuk di pasar-pasar lainnya. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jabar, tidak setuju dengan langkah Pemkot Bandung yang menggunakan teknologi termal di 15 TPST untuk menangani sampah setelah jatah pembuangan ke TPA Sarimukti dibatasi.

Seperti diketahui, dari 15 total TPST yang sudah direncanakan, dua lokasi yakni TPST PSM Jalan PSM dan TPST Babakan Sari di Kiaracondong telah memulai tahap konstruksi, dan ditargetkan bisa mulai operasional akhir Mei 2025 mendatang.

Direktur Eksekutif Walhi Jabar, Wahyudin Iwang, mengatakan bahwa penggunakan termal dengan mesin Motah tersebut tidak masalah saat terjadi krisisi atau kedaruratan. Namun pihaknya tidak sepakat jika langkah itu diterapkan permanen.

Baca juga: Produksi Sampah Mencapai 1.500 Ton Per Hari, Erwin Akui Jadi PR Terberat Pemkot Bandung

“Kami tidak sependapat teknologi itu digunakan (permanen) karena akan memunculkan masalah baru terhadap pelepasan emisi. Dari hasil pembakarannya dan residunya pun kami nggak tahu seperti apa, apakah teknologi itu juga bakal sampai ke nol residu atau enggak kan kami tidak tahu,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (27/4/2024).

Menurutnya, dalam penggunaan teknologi termal itu, sampah yang dibakar tidak dalam skema dipilah tetapi semuanya tercampur, sehingga hal Itu yang menjadi dasar Walhi menolak langkah dari Pemkot Bandung tersebut.

“Kenapa kami menolak, ya karena memindahkan masalah baru dan kualitas udara di Bandung Raya itu sudah sangat buruk oleh pembukaan lahan, oleh industri, oleh kondominium, oleh sungai, dan lain sebagainya termasuk tata ruang kota yang buruk,” kata Iwang.

Iwang mengatakan, pelepasan emisi dari hasil pembakaran itu juga tentunya akan berpengaruh pada indeks kualitas udara di Bandung Raya, dan nantinya bisa berdampak terhadap kesehatan masyarakat.

“Maka perlu diingat Bandung Raya kan cekungan seperti mangkok, jadi emisi yang keluar tidak akan keluar dari rona lingkungan Bandung Raya itu sendiri. Itu yang menjadi landasan kami kenapa menolak termal, tapi dalam kondisi kedaruratan tidak apa-apa karena kondisi Sarimukti yang overload,” ucapnya.

Sementara untuk solusinya, kata Iwang, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, harus berani mengujicobakan rekomendasi dari Walhi Jabar dalam menangani sampah tersebut yakni pilah sampah dari sumber.

Baca juga: Diky Candra Lakukan Operasi Plastik, Bukan untuk Percantik Wajah Tapi Demi Hal Mulia Ini

“Pilah dari sumber itu apakah bisa? Tentu saja bisa, jadi beberapa daerah, kampung yang mau didampingi oleh kami, mereka mau kok,” ujar Iwang.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk memilah sampah dari sumber tersebut, yakni memberikan edukasi dan sosialisasi pada tingkat RT/RW, kemudian membatasi pembelanjaan yang menggunakan kantong plastik berlebihan.

“Mulailah memilah sisa-sisa aktivitas belanja yang memunculkan mana plastik, mana botol, dan lain sebagainya,” katanya.

Selain bisa menangani masalah sampah, kata dia, upaya memilah sampah dari sumber juga tentunya
ada nilai ekonomi bagi masyarakat seperti para pemulung bisa diberikan secara cuma-cuma atau bisa dijual oleh mereka sendiri.

“Dan yang ketiga itu memberikan sosialisasi untuk bijaksana memasak untuk kebutuhan konsumsi keluarga. Karena perlu diingat Kota Bandung itu besar masalah sampahnya iadalah food waste dan food loss atau sampah organik, terutama yang di perumahan komersil, di restauran dan sebagainya,” ucap Iwang.

Baca juga: SOSOK Eks Anak Emas Bojan Hodak Bisa Dampingi Nick dan Gustavo, Bikin Pertahanan Persib Makin Kuat

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved