Kisah Ai Karyati di Pangalengan, Penghasilan Sebagai Pemetik Teh Berkurang Akibat Alih Fungsi Lahan

Ai Karyati (47), seorang pemetik teh di Cinyiruan, Pangalengan, mengeluhkan adanya alih fungsi lahan di wilayahnya.

Tribun Jabar/ Putri Puspita Nilawati
ALIH FUNGSI LAHAN - Ai Karyati (47), seorang pemetik teh di Cinyiruan, Pangalengan. Ai mengeluhkan adanya alih fungsi lahan yang membuat penghasilannya sebagai pemetik teh berkurang. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Ai Karyati (47), seorang pemetik teh di Cinyiruan, Pangalengan, hanya bisa memandang hamparan lahan yang terbentang di depan matanya.

Ia masih ingat betul masa mudanya sebelum menikah hingga kini memiliki tiga orang anak, bagaimana ia bisa hidup dari kebun teh di depannya yang dulu subur makmur namun kini telah berubah menjadi lahan untuk pertanian. 

Menjadi seorang pemetik teh telah dijalani Ai sejak berusia 23 tahun sekitar tahun 2002.

Ia begitu menikmati pekerjaannya sebagai pemetik teh yang dimulai sejak pukup 07.00 hingga 14.00.

Baca juga: FPHJ Minta KDM Tak Tebang Pilih Selamatkan Lingkungan, Eka Santosa: Harus Berlandaskan Aturan

Namun selama satu tahun terakhir, pendapatannya dari teh semakin berkurang seiring dengan hilangnya lahan kebun teh yang dibabat oleh oknum petani ilegal.

“Melihat kondisi kebun teh yang hilang tentu kesal, bisa membuat pendapatan berkurang. Bahkan pekerja musiman diberhentikan karena lahannya habis,” kata Ai saat ditemui di penanaman pohon di Sub Unit Kertamanah Unit Malabar, tepatnya di Blok Pahlawan, Senin (21/4/2025).

Kondisi kebun teh di Cinyiruan, Pangalengan
ALIH FUNGSI LAHAN - Kondisi kebun teh di Cinyiruan, Pangalengan. Saat ini terjadi alih fungsi lahan kebun teh menjadi lahan pertanian yang membuat penghasilan para pemetik teh berkurang.

Ai menyebutkan bahwa biasanya dalam sebulan ia bisa mendapatkan Rp3 juta, namun kini hanya bisa menghasilkan kurang dari Rp1,5 juta karena lahannya habis.

Ia pun bergidik ngeri karena melihat kebun di Cinyiruan dengan luasnya kurang lebih 87 hektare telah beralih fungsi lahan.

Bahkan Ai mengaku melihat langsung bagaimana proses kebun teh ini dibongkar menjadi kebun pertanian.

“Sebenarnya lahan ini sudah diajga oleh pihak perkebunan, tapi di babat saat malam hari. Di pagi hari saya melihat kebun teh sudah berantakan karena proses perusakan terjadi saat malam,” ucap Ai.

Sebelumnya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 2 bersama dengan Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN) menggelar penanaman pohon besar-besaran di Sub Unit Kertamanah Unit Malabar, tepatnya di Blok Pahlawan. Hal ini dalam rangka memulihkan lahan kritis yang sempat mengalami perambahan dan kerusakan akibat aktivitas illegal di area kebun teh

Kegiatan ini merupakan bagian dari program berkelanjutan untuk mengembalikan fungsi ekologislahan sekaligus memperkuat komitmen perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan.

“Saya inginnya dari waktu itu banyak yang mendukung seperti ini. Semoga lahan perkebunan bisa kembali lagi,” kata Ai.

Sejak beralih jadi kebun wortel, Ai pun berpindah lokasi untuk memetik teh dan hanya mendapatkan jalur sedikit karena lahan kebun teh telah dibongkar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved