Anak 3 Tahun Jadi Korban Kekerasan Seksual di Garut, Bupati: Sedih dan Prihatin

Ia menuturkan bahwa perlindungan dan pendampingan terhadap korban akan dilakukan oleh Pemkab Garut.

tribunjabar.id / Sidqi Al Ghifari
SEDIH - Bupati Garut Abdusy Syakur Amin mengaku sedih dan prihatin atas terjadinya peristiwa kekerasan seksual terhadap anak di wilayah selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sebut sejumlah tim sudah dikerahkan ke lokasi untuk mendampingi keluarga korban. 

Laporan Kontributor Tribunjabar.id Garut, Sidqi Al Ghifari 

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Kasus kekerasan seksual terhadap anak kembali terjadi di wilayah selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Seorang anak perempuan yang diketahui berusia 3 tahun menjadi korban tindakan keji tersebut.

Peristiwa itu direspon oleh Bupati Garut Abdusy Syakur Amin, ia mengatakan merasa sangat sedih dan prihatin atas kejadian tersebut.

"Saya sedih dan prihatin ya mendengar kabar ini, hari ini bu wakil bupati sudah ke lokasi untuk melihat langsung korban," ujarnya kepada Tribunjabar.id, Rabu (5/3/2025).

Ia menuturkan bahwa perlindungan dan pendampingan terhadap korban akan dilakukan oleh Pemkab Garut.

Pihaknya juga telah menerjunkan sejumlah tim dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA).

"Semoga proses hukumnya segera tuntas," ucapnya.

Sebelumnya, seorang ibu asal wilayah selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, membagikan kisah pilu yang dialami anaknya yang masih berusia 3 tahun.

Melalui akun media sosialnya, ia mengungkapkan kronologi kejadian tragis yang menimpa buah hatinya.

Video tersebut diketahui diunggah di Facebook dengan akun Permana Nur Hidayatullah, Selasa (4/3/2025).

Dalam video, sang ibu tampak menangis sembari memohon keadilan atas peristiwa yang dialaminya.

Dengan menggunakan bahasa Sunda, ia memulai curhatannya dengan meminta doa dari teman-temannya di media sosial untuk keluarganya yang sedang menghadapi cobaan berat.

"Awal mulanya tanggal 16 Januari 2025 jam 12 siang, anak saya mengeluh sakit kemaluan," ujarnya.

Ia menceritakan bahwa setelah suaminya pulang kerja, mereka memeriksa kondisi anaknya dan menemukan adanya lebam di bagian kemaluannya.

Terkejut dengan temuan itu, ia mengaku panik dan segera membawa anaknya ke bidan terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

"Pas di bidan Puskesmas di sarankan harus di visum, harus lapor dulu ke polisi, saya di situ bingung kenapa dengan anak saya," tuturnya.

Ia lalu memilih untuk kembali ke rumah dan berusaha mencari tahu penyebabnya dengan bertanya kepada teman-teman anaknya di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.

Dalam proses itu, sang ibu menemukan salah satu teman anaknya yang diduga mengetahui kejadian yang menimpa buah hatinya.

"Saya syok, ternyata anak itu tahu bahwa anak saya luka, saya juga kaget ketika ada tetangga saya yang mengaku hal yang sama," ungkapnya.

Menurut pengakuannya, tetangganya juga pernah mencegah anaknya keluar rumah karena sang anak sempat bercerita bahwa pakaiannya pernah dilepas oleh seseorang.

Orang yang dimaksud ternyata adalah kakek dari teman anaknya.

"Saya coba tanya temannya anak saya itu, benar yang melakukan itu adalah kakekmu?, dia kemudian mengiyakan,"

"Saya kaget, langsung gemetar ingin menangis," ucapnya.

Sang ibu kemudian mencari tahu peristiwa tersebut dengan melibatkan linmas desa mendatangi rumah terduga pelaku dengan maksud mencari kebenaran atas peristiwa yang menimpa anaknya.

Tak ada hasil yang didapatkan setelah pertemuan itu, ia kemudian hanya disuruh untuk melakukan pengobatan terhadap anaknya.

"Saya di situ tak banyak bicara, karena situasinya rame (tidak kondusif),"

"Yang bikin saya sakit hati adalah ucapan pihak keluarga terduga yang bilang bahwa jika terduga pelakunya, nanti biaya berobat akan ditanggung berdua," jelasnya.

Tak lama kemudian, ia menyebut meminta bantuan aparat TNI-Polri di desanya untuk mengantar melakukan visum terhadap anaknya. Hingga akhirnya resmi melapor ke kantor polsek untuk melakukan visum.

Polsek menyarankan anaknya itu dibawa langsung ke Polres Garut untuk didampingi oleh unit Perlindungan Perempuan dan Anak.

"Di Polres anak saya ditemani polwan, ditanya dan anak saya akhirnya mengakui siapa pelakunya, sampai tiga kali anak saya bilang pelaku kakek itu," ucapnya.

Di akhir video yang diunggah jadi 9 bagian itu, tangis sang ibu korban pecah, ia menyebut tidak akan ada orang tua yang ikhlas anaknya diperlakukan seperti itu.

Ia kemudian meminta agar pelaku segera ditangkap, saat ini ucapnya polisi tengah kesulitan mengungkap kasus tersebut lantaran tidak cukup bukti.

"Saya harus gimana, harus nyari bukti apalagi supaya anak saya dapat keadilan," ungkapnya dengan derai air mata.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved