Kesedihan Ibu Valyano SPN Polda Jabar yang Dipecat Sebelum Dilantik, Tak Terima Anaknya Disebut NPD

Ibu Valyano Boni Raphael, siswa SPN Polda Jabar menceritakan kesedihannya melihat sang anak dipecat karena diduga memiliki gangguan kepribadian.

Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Rheina Sukmawati
Tangkap layar YouTube TVR Parlemen
IBU SISWA SPN - Ibu siswa SPN Polda Jabar yang dipecat, Veronica Putri Amalia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi III DPR RI, Kamis (6/2/2025). 

TRIBUNJABAR.ID - Ibu Valyano Boni Raphael, siswa Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jabar menceritakan kesedihannya melihat sang anak dipecat sebelum pelantikan karena diduga memiliki gangguan kepribadian.

Belakangan ini, kabar pemecatan siswa SPN Polda Jabar ini tengah menjadi sorotan viral di masyarakat.

Valyano Boni Raphael diduga mengalami Narcissistic Personality Disorder (NPD) berdasarkan penjelasan dari Ipda Ferren Azzahra Putri, anggota polisi yang bertugas di Bagian Psikologi SDM Polda Jabar.

Video berjalannya Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi III DPR RI antara Polda Jabar dan pihak siswa yang dipecat itu beredar viral.

Adapun, Rapat Dengar Pendapat itu berlangsung pada Kamis (6/2/2025).

Dalam rapat tersebut, ibu Valyano Boni Raphael, Veronica Putri Amalia mempertanyakan keputusan pemcatan anaknya dari SPN Polda Jabar.

Veronica mengatakan bahwa anaknya dipecat pada 3 Desember 2024, enam hari sebelum pelantikan sebagai anggota Polri.

Sang ibu mengakui Valyano Boni Raphael memang pernah dikeluarkan dari TNI AL karena saat itu anaknya memang mengalami depresi. 

SISWA SPN DIPECAT - Tangkapan layar sosok Valyano Boni Raphael yang saat sidang Komisi III DPR RI RDP dan RDPU terkait pemberhentian siswa SPN Polda Jabar pada Kamis (6/2/2025) yang diambil oleh Tribunnews pada hari ini Sabtu(8/2/2025). Inilah sosok Valyano Boni Raphael siswa sekolah polisi negara (SPN) Polda Jabar yang kini tengah jadi sorotan publik, terungkap rekam jejaknya
SISWA SPN DIPECAT - Tangkapan layar sosok Valyano Boni Raphael yang saat sidang Komisi III DPR RI RDP dan RDPU terkait pemberhentian siswa SPN Polda Jabar pada Kamis (6/2/2025) yang diambil oleh Tribunnews pada hari ini Sabtu(8/2/2025). Inilah sosok Valyano Boni Raphael siswa sekolah polisi negara (SPN) Polda Jabar yang kini tengah jadi sorotan publik, terungkap rekam jejaknya (Kolase tangkapan layar youtube TVR PARLEMEN)

Baca juga: Sosok Valyano Siswa SPN Dipecat Jelang Pelantikan Disebut Terindikasi Idap NPD, Rekam Jejak Terkuak

"Status anak kami dikeluarkan dari TNI betul depresi karena saya yang memaksa anak kami waktu masuk TNI, jadi tidak sesuai hati nurani karena dia ingin masuk polisi," katanya.

Namun, menurut Veronica, depresi bukanlah alasan Valyano Boni Raphael gagal lolos polisi. Melainkan, karena buta warna.

"Anak kami tidak bisa masuk polisi karena anak kami buta warna parsial dan bisa masuk TNI dengan jalur menembak. Depresinya anak kami karena memang tidak sesuai dengan keinginan hati nuraninya dia," katanya. 

Veronica juga menyangsikan bila Valyano mengalami depresi selama menjalani pendidikan di SPN Polda Jabar.

"Kalau saya, dikatakan anak saya depresi di SPN, saya rasa tidak mungkin karena itu cita-citanya di polisi atas kehendak dia," katanya. 

Valyano juga disebut dikeluarkan setelah didiagnosis gangguan kepribadian narsistik atau Narcissistic Personality Disorder (NPD). 

"Anak saya dikatakan mengalami gangguan jiwa, NPD, psikopat," kata Veronica

Namun berdasarkan hasil pemeriksaan oleh ahli kejiwaan, kata dia, Valyano dinyatakan sehat. 

"Hasilnya sehat secara pemeriksaan psikolog dan kesehatan jiwa di mana dilakukan oleh dokter," kata dia lagi.

AYAH SISWA SPN - Sosok AKBP Bonifacius Surano menjadi sorotan dalam kasus Valyano Boni Raphael.
AYAH SISWA SPN - Sosok AKBP Bonifacius Surano menjadi sorotan dalam kasus Valyano Boni Raphael. (Kolase Facebook Veronica Amalia Putri dan Youtube TV Parlemen)

Cerita Dugaan Penganiayaan

Selain itu, Veronica juga menceritakan terkait adanya dugaan penganiayaan yang dilakukan kepada anaknya.

"Pada Kamis dini hari anak kami dibawa keluar dari barak oleh orang berbaju hitam-hitam dengan hoodie, anak kami diminta mengikuti selasar SPN," tuturnya.

"Sesampainya di selasar anak kami ditutup dengan penutup kepala hitam," kata dia.

Setelah itu, lanjut Veronica, Valyano Boni Raphael mengalami penganiayaan berupa tamparan yang membuat jahitan di giginya copot. Valyano juga mengaku dicambuk menggunakan lidi.

Baca juga: Sosok AKBP Bonifacius, Terseret Pemecatan Anaknya dari SPN Polda Jabar karena Gangguan Kepribadian

Saat itulah, Valyani Boni Raphael mendengar orang tersebut menyebutkan nama ayahnya.

Diketahui, ayah Valyano merupakan pejabat kepolisian yaitu AKBP Bonifacius Surano yang pernah menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Metro Depok. 

"Yang paling anak saya ingat adalah, kamu anak AKBP Bonifacius ya? Anak saya bingung, kenapa harus ada nama bapaknya disebut," kata Veronica. 

Veronica juga mengaku heran kenapa suaminya dilibatkan dalam hal itu.

"Yang jadi pertanyaan saya, kenapa dia bawa nama ayahnya," tandasnya.

Penjelasan Kabid Dokkes Polda Jabar

Sementara itu, Kabid Dokkes Polda Jabar Kombes Dr. Nariyana menyatakan bahwa Valyano Boni Raphael tidak mengalami gangguan jiwa.

"Siswa dinyatakan tidak mengalami gangguan jiwa. Awal seleksi spesialis jiwa, kasus seperti ini harus kami tingkatkan," katanya.

Sampai kemudian Kabid Dokkes meminta rekomendasi dari sub spesialis Dr Adi Kurnia bersama timnya. 

"Kesimpulannya pada terperiksa Valyano saat ini tidak ditemukan adanya tanda atau gejala gangguan jiwa yang cukup bermakna yang dapat menggangu aktifitas sehati-hari. Terperiksa masih memiliki potensi yang dapat mendukung menjalankan tugas dalam menjalani pendidikannya," katanya. 

Bahkan, berdasarkan hasil pemeriksaan, Valyano juga disebut memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

"Memiliki kecerdasan yang tergolong rata-rata di atas IQ 109 atau skala pm 60. Memiliki fungsi berpikir memadai untuk memahami pekerjaan yang teratur dan struktur," jelasnya. 

Namun memang Valyano memiliki kemampuan menyampaikan ide pikiran, namun cara berpikirnya kurang matang. 

"Terperiksa memiliki kerentanan yang perlu diantisipasi agar mampu menjalani pendidikannya dengan baik yaitu terperiksa memiliki kemampuan untuk menyampaikan ide pikiran yang cukup baik hanya saja cara berpikirnya yang kurang matang dan cenderung mencari solusi yang cepat dan instant ketika menghadapi masalah atau situasi tekanan," katanya,

Selain itu Valyano memiliki kebutuhan besar dalam menonjolkan diri serta validasi dari orang lain. 

"Terperiksa memiliki kebutuhan yang cukup besar dalam menonjolkan diri dan mendapatkan pengakuan orang lain sehingga menjadikan terperiksa rentan untuk mengalami masalah karena sikap dan perilaku yang disalahartikan oleh lingkungan yang belum mengenalnya," jelasnya.

Sumber:

Tribunnews.com

Kompas.com

Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved