Tragedi Longsor Pekalongan

Daftar Korban Tewas Longsor di Petungkriyono Pekalongan Hingga Sore Ini, Sudah 20 Jenazah Ditemukan

Petugas kembali mengangkat 3 jenazah korban longsor di Petungkriyono, Pekalongan, Rabu 22 Januari 2025.

Editor: Ravianto
Istimewa
Banjir dan tanah longsor melanda Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Berita terakhir 16 orang dinyatakan tewas. 

Nasirin dan belasan orang lainnya pun tergulung tanah longsor hingga tertimbun.

"Tiba-tiba ada bunyi letusan dari dalam, begitu (bunyi) dos langsung, lumpur berselibat, tergulung semua. Saya alhamdulillah masih dikasih umur. Ketika saya bangun, saya udah (terlempar) 200 meter dari kafe itu, saya lihat kafe udah rata semua, ke mana ini larinya," pungkas Nasirin.

Langsung bangkit dari timbunan tanah, Nasirin berdiri.

Nasirin tersentak melihat temannya juga ikut bangun.

"Kebetulan teman saya bangun (Nasirin bilang) 'kita mau nyari hidup ke mana za?'. Ya udah kita lari, kita neduh ke pemancingan, kita merangkak, lumpur udah segini (dada orang dewasa)," kata Nasirin.

Langsung melarikan diri dari kafe tersebut, Nasirin dan temannya pun berjalan merangkak ke arah pemancingan.

Di sana Nasirin bertemu dengan puluhan orang yang juga sedang berteduh.

Namun rupanya di momen itu, Nasirin kembali terancam maut meski sempat bernapas lega.

Nasirin dan temannya kembali tertimpa longsor dan banjir.

"Kita ke pemancingan, ada yang neduh 30 orang, histeris lihat kita masih hidup, akhirnya dikasih minum, disuruh masuk ke pemancingan. Enggak lama setelah itu 5 menit, ada bunyi lagi, air masuk semua, banjir, akhirnya histeris, di jalanan numpuk. Saya sama teman saya berdua 'ini mau ke mana za, kalau di sini kita mati'," ujar Nasirin.

Tak menungu waktu lama, Nasirin akhirnya memutuskan lari bersama temannya sambil bergandengan tangan lantaran banjir bandang menerjang kawasannya.

Nasirin dan temannya pun berlari guna menyelamatkan diri.

Awalnya Nasirin sempat berpikir hendak berlindung di rumah sekretaris desa.

Tapi melihat kondisi rumah dan areanya, Nasirin memutuskan untuk terus berlari.

"Di persimpangan rumahnya Pak Sekdes, kita mau naik tapi masih rawan, begitu kita lurus, lari sejauh mungkin. Begitu sampai di tembelan, jembatan itu udah putus. Udah kita pasrah. Kita balik pasti udah tertimbun longsor jalanannya, ternyata betul udah rata. Jadi pemancingan udah tertutup, rumah Sekdes dan pendeta udah pindah sejauh mungkin, enggak ada manusia udah hilang semua," ungkap Nasirin.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved