Bukti Kuat Kekuatan Doa, 23 Tahun Hilang, Tarsinah TKW asal Gebang Cirebon yang Hilang Itu Kembali

Isu kematian Tarsinah sempat berembus, membuat banyak pihak menganggapnya telah tiada.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Ravianto
eki yulianto/tribun jabar
Setelah 23 tahun tak berjejak dan dinyatakan tak bernyawa, Tarsinah (38) (kerudung biru), anak ketiga dari ibu Sana (80), akhirnya kembali menginjakkan kaki di tanah kelahirannya di Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon usai bekerja sebagai PMI di Malaysia. 

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Setelah dinyatakan hilang selama 23 tahun tanpa kabar, Tarsinah (38), seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, akhirnya kembali ke pelukan keluarganya, Rabu (8/1/2025).

Kepulangan TKW hilang ini menjadi momen penuh haru yang menghapus duka mendalam keluarga yang selama ini terus memanjatkan doa tanpa henti.

Tarsinah adalah anak ketiga dari Sana (80). 

Ia pergi ke Selangor, Malaysia, pada tahun 2002 untuk bekerja. 

Namun, hanya empat bulan setelah keberangkatan, komunikasi terputus. 

Isu kematian Tarsinah sempat berembus, membuat banyak pihak menganggapnya telah tiada.

Baca juga: Sosok Septia TKW Asal Jember di Singapura, Pulang Kampung Lumpuh, Kaki & Tangan Berubah Hitam Pekat

Namun, keluarga tetap yakin bahwa ia masih hidup.

“Selama 23 tahun ini, meskipun banyak yang bilang kakak saya sudah meninggal dunia, saya dan emak selalu berfirasat kalau kakak saya masih hidup,” ujar adik Tarsinah, Waenah (33), saat ditemui di rumahnya, Rabu (8/1/2025).

Waenah menjelaskan, bahwa keyakinan tersebut tidak mudah dijaga di tengah ketidakpastian.

tarsinah kembali
Setelah 23 tahun hilang dan dinyatakan meninggal, Tarsinah (38) (kerudung biru), anak ketiga dari ibu Sana (80), akhirnya kembali menginjakkan kaki di tanah kelahirannya di Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon usai bekerja sebagai PMI di Malaysia.

Namun, ia bersama ibunya terus berdoa dan melakukan berbagai usaha, termasuk menyewa pengacara, meski upaya tersebut sempat menemui jalan buntu.

"Selama itu, kami di rumah selalu menggelar yasinan dan berdoa agar kakak saya bisa pulang."

"Alhamdulillah, akhirnya di tahun 2024 kemarin ada kabar kalau kakak saya masih hidup."

"Hari ini, kami sangat bersyukur dia bisa pulang," ucapnya.

Kepulangan Tarsinah pada Rabu siang disambut antusias oleh ratusan warga Dusun Karangturi yang memadati halaman rumah ibu Sana.

Tradisi "surak" atau saweran dilakukan dengan menyebarkan koin dan mie instan sebagai wujud rasa syukur.

“Ibu sangat bahagia. Alhamdulillah, anak saya pulang,” jelas Sana, dengan mata sembab karena tangis bahagia.

Waenah mengungkapkan, bahwa meskipun keluarga pernah ditawari uang santunan karena dianggap kehilangan anggota keluarga, mereka menolaknya.

"Kami nggak mau menerima santunan karena masih yakin kakak saya hidup," kata Waenah.

Dalam suasana haru itu, Tarsinah hanya mampu menatap kosong, seolah tak percaya bahwa ia benar-benar telah kembali ke rumahnya.

"Setelah pulang, bahagia berjumpa dengan keluarga, pokoknya banyak-banyak bahagia,” ujar Tarsinah, singkat.

Kepulangan Tarsinah tidak lepas dari peran berbagai pihak, termasuk pemerintah desa.

"Kami sangat berterima kasih kepada Pak Kuwu dan seluruh pihak yang membantu proses kepulangan kakak saya," ucap Waenah.

Kisah ini menjadi bukti kekuatan doa dan keyakinan keluarga.

Setelah 23 tahun dalam ketidakpastian, Desa Gebang Ilir menjadi saksi nyata dari sebuah keajaiban yang dirayakan penuh sukacita.(*)

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto 

 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved