Dulu Sering Banjir dan Banyak Sampah, Kini Desa Jatihurip Jadi Tempat Edukasi Budidaya Ikan

Saat ini Desa Jatihurip tidak lagi diteror banjir. Irigasi serta tanggul-tanggul yang berada di Sungai Cidadap sudah kokoh dan mampu mengalirkan air.

tribunpriangan.com / Aldi M Perdana
Irigasi dan tanggul di Desa Jatihurip, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat tampak bersih setelah diperbaiki. 

Kendati demikian, dirinya bersama warga di sana terus mencoba untuk melakukan pengembangan hingga mempelajari cara-cara budidaya ikan ke beberapa tempat, salah satunya di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Semula, mereka mengembangkan budidaya ikan air deras, mulai dari satu kolam menjadi enam kolam, lalu terus berkembang hingga menjadi kolam bioflok sampai saat ini.

Namun, upaya tersebut selalu terkendala oleh permasalahan banjir serta air sungai yang tidak baik untuk ikan-ikan.

"Nah, kebetulan pada 2017 lalu, saya dilantik menjadi Kades Jatihurip. Saat itu, saya berupaya membuka komunikasi dengan pihak BRI Unit Cisayong, karena pernah mendengar ada program Desa BRILian," papar dia.

Barulah pada 2020, Dadang secara resmi mendaftarkan Desa Jatihurip sebagai Desa BRILian. Mengingat saat itu banyak sekali desa yang mendaftarkan diri untuk bergabung dengan program Desa BRILian, namun desa yang dikepalainya masuk peringkat 10 besar.

"Waktu itu, kami berdialog dengan pimpinan BRI untuk berkolaborasi, sambil menyambut program Presiden waktu itu Perpres tentang Ketahanan Pangan (red: Perpres Nomor 104 Tahun 2021)," ujarnya.

Kemudian, lanjut Dadang, dialog antara dirinya bersama pimpinan BRI saat itu juga membahas terkait kebersihan lingkungan di Desa Jatihurip. Dengan demikian, desa yang bergabung dengan program Desa BRILian tersebut mulai dibangun dengan dana Corporate Social Responsibility (CSR) BRI.

Sejumlah sarana dan prasarana pun dibangun untuk mendukung kemajuan budidaya ikan di sana, salah satunya perbaikan irigasi supaya banjir tidak lagi mengganggu kolam-kolam milik pembudidaya ikan.

"Di samping manfaatnya untuk perairan (red: banjir), karena budidaya ikan di sini 'kan airnya dari sungai itu dan harus bersih, masyarakat juga akan malu untuk membuang sampah ke sungai, karena saluran airnya sudah diperbaiki dengan sangat baik," ucap Dadang.

Lokasi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)
Lokasi Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) yang menjadi solusi lingkungan bagi Desa BRILian Jatihurip sebagai desa edukasi budidaya ikan.

BRI juga diketahui membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di sana untuk pemilahan sampah. Bahkan, sampah dapur dari warga Desa Jatihurip pun diangkut setiap harinya.

Sejak saat itu, tak hanya lepas dari teror banjir, desa tersebut juga bersih dari masalah pengelolaan sampah, termasuk juga sampah-sampah di Sungai Cidadap yang menjadi jantung mereka sebagai pembudidaya ikan.

"Kami juga diberi bantuan mesin pembuat pakan ikan melalui program Desa BRILian ini. Dengan mesin itu, kami bisa memangkas biaya untuk belanja pakan ikan," tuturnya.

Selain sarana dan prasarana, pembudidaya ikan juga didorong untuk terus berkembang dengan KUR dan Ultra Mikro (UMi).

"Sampai saat ini, termasuk saya juga, pembudidaya ikan di sini dapat bantuan modal KUR, bahkan ada yang sampai Rp 500 juta. Ada juga yang dapat bantuan modal UMi yang dibayar per panen," lengkap Dadang.

Monumen Desa Wisata Kampung Ikan Jatihurip di bantaran Sungai Cidadap.
Monumen Desa Wisata Kampung Ikan Jatihurip di bantaran Sungai Cidadap.

Dengan program Desa BRILian, KUR, serta UMi, pengembangan ikan di Desa Jatihurip terus maju. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya sendiri telah membangun Pasar Ikan Jatihurip tepat di samping jalan utama untuk mendorong penjualan ikan tersebut.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved