Pertamina Bantu Wujudkan Mimpi Disabilitas Tunarungu di Indramayu Dapat Pekerjaan Layak
Sekilas, Nur (32) tidak ada bedanya dengan kebanyakan orang. Namun, Nur yang merupakan barista di Teman Istimewa Coffee, tidak bisa mendengar.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR,ID, INDRAMAYU - Sekilas, Nur (32) tidak ada bedanya dengan kebanyakan orang. Namun, Nur yang merupakan barista di Teman Istimewa Coffee memiliki keterbatasan tidak bisa mendengar alias tunarungu.
Nur bekerja di kafe yang berlokasi di Jalan Istiqomah Nomor 21 Kelurahan Lemahmekar, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Belakangan diketahui bahwa tempat tersebut adalah surga kecil bagi masyarakat inklusi. Tidak ada diskriminasi, tidak yang memandang rendah. Semua saling menghargai satu sama lain di sini.
Sabtu (7/9/2024) sore, Nur kebagian sif untuk bekerja. Ia datang menaiki sepeda motor Honda Supra X dari rumahnya di Desa Pawidean, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu.
Sebelum ke Kafe, Nur terlebih dahulu mengantar suaminya ke tempat kerja di tempat cukur yang ada di Kota Indramayu.
Maklum, motor Honda Supra X yang dibeli dalam keadaan bekas itu satu-satunya harta karun yang ia dan suaminya miliki.
Ini pula yang membuat suami Nur sangat apik merawatnya. Motor yang biasa diisi pertalite Rp 20 ribu setiap dua hari sekali di SPBU itu dituntut harus selalu prima.
Lokasi bekerja Nur dan suaminya memang tidak dekat, ada 30 kilometer dari rumah. Sangat sayang jika harus berpergian naik kendaraan umum yang mesti mengeluarkan biaya lebih karena harus naik turun angkot.
Motor Supra X itu pun kembali melanjutkan perjalanannya. Kali ini Nur yang mengendarai seorang diri. Tujuan selanjutnya Kafe Teman Istimewa Coffee.
Sesampainya di kafe, ia langsung membereskan apapun yang bisa dikerjakan. Mulai dari mengelap meja, membereskan dapur, mengepel, dan lain sebagainya.
Setiap bekerja, Nur pasti memakai kaus lengan panjang cokelat. Di sisi kanan kaus itu tertulis ‘Teman Istimewa’, sedangkan di sisi kirinya ‘Kilang Pertamina Internasional’.
Bangga sekali Nur dengan seragam tersebut.
Saat ada tamu datang, ia pun dengan ramah menyapa. Nur menyatukan telapak tangan di dada, memberikan salam selamat datang. Maklum ia tidak bisa berbicara maupun mendengar.
Tamu yang datang sebagian sudah paham dengan kondisi karyawan di kafe ini, sebagian lagi yang baru pertama kali datang memang sempat kebingungan.
Nur pun mencoba berkomunikasi dengan bahasa isyarat, cara itu gagal total, tamu masih kikuk, mereka kebingungan untuk memesan menu.
Sejurus kemudian, Nur menunjukkan menu, tidak lupa ia juga menulis di kertas ‘silakan pesan, tinggal tunjuk saja’.
Cara itu efektif, tamu yang datang mengangguk lalu menunjuk pesanannya di papan menu. Ia memesan es kopi hazelnut, air mineral, dan mi bakso.
Setelah selesai, Nur tidak lupa mengucap terima kasih dengan bahasa isyarat, kira-kira katanya “Terima kasih, pesanan segera dibuat, silakan menunggu”.
Tamu itu kembali mengangguk, tersenyum, seolah-olah mengerti lalu menuju meja yang masih kosong.

Program Perintis
Kafe Teman Istimewa Coffee ini berdiri pada 2023. Kafe tersebut hadir lewat program Perintis atau Pemberdayaan Inklusi Teman Istimewa oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Reginery Unit (RU) VI Balongan.
Nama Teman Istimewa terlahir dari panggilan sayang kepada teman-teman disabilitas. Sedangkan ide kopi terealisasi dengan alasan bahwa kopi mampu menjadi media diskusi, mencairkan komunikasi, dan sumber inspirasi.
"Melalui Teman Istimewa Coffee, kami berharap tempat ini mampu menjadi ruang dan saksi bersama atas hak setara tanpa kesenjangan".
Kalimat itu yang terpajang dalam bingkai di satu dinding kafe.
Pantauan Tribun, di sana memang ada banyak sekali bingkai yang terpajang. Bingkai-bingkai itu menjelaskan perjalanan singkat dari kafe unik satu ini.
Dari bingkai-bingkai tersebut, pengunjung dapat mengetahui perjalanan program Perintis yang menjadi cikal bakal lahirnya Teman Istimewa Coffee.
Semua berawal pada 2021, tepatnya diawali dengan memberdayakan teman disabilitas melalui pemenuhan sarana prasarana sekolah dan juga peningkatan kapasitas teman disabilitas dalam kegiatan vokasi sekolah berupa pelatihan tata boga, IT, sablon, dan juga handcraft.
Baru pada Agustus 2023, kafe ini akhirnya lahir. Melalui segelas kopi racikannya, para disabilitas diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk bekerja dan berkarya.
Pada bingkai lainnya juga tertulis harapan besar dari keberadaan kafe tersebut.
“Perbaikan demi perbaikan terus kami upayakan. Cita-cita menjadikan tempat ini sebagai ruang inklusif yang nyaman dan setara tidak akan bisa terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Kami percaya, kamu yang hadir di tempat ini akan menjadi saksi dan bagian dari upaya kesetaraan itu.”
Selain itu, ada banyak pula doa-doa dari para tamu kafe yang juga ikut menitipkan pesan. “Tetaplah istimewa, seistimewa tatkala engkau bertakhta di hati kami,” tulis seorang pengunjung. Orang yang menulis pesan itu juga turut membubuhkan tanda love.
Kisah Hidup Nur
Saat senggang, Nur sedikit bercerita soal kehidupannya. Keterbatasan mendengar dan berbicara ternyata sudah ia derita sejak lahir.
Masih dengan menggunakan bahasa isyarat, Nur juga mengakui sejak kecil dirinya kerap dikucilkan, kondisi tersebut terus berulang bahkan sampai ia dewasa.
Olok-olok hingga dijahili, kata dia sudah menjadi sarapan sehari-hari. Nur tersenyum kecil, ia memahami betul rasanya menjadi kaum minoritas yang kerap dipandang sebelah mata.
Cerita Nur berlanjut saat ia beranjak dewasa. Nur sempat menikah, tapi bahtera rumah tangganya hancur. Ia tidak bercerita lebih lanjut soal mantan suaminya, mungkin karena terlalu sakit untuk dikenang.
Tapi ia bercerita, dari pernikahan pertamanya, ia belum dikaruniai anak. Setelah ditinggalkan suaminya, Nur pun resmi menyandang status sebagai seorang janda.
Beberapa tahun kemudian, Nur bertemu dengan cinta sejati yang kini jadi suaminya. Pernikahan Nur kali ini cukup unik, suaminya terlampau lebih muda karena baru berusia 25 tahun, namanya Rasmadi.
Kata Nur, kurang lebih mereka dipertemukan oleh takdir karena Rasmadi juga sama-sama disabilitas tunarungu. Takdir lainnya, Rasmadi juga seorang duda tapi punya satu orang anak.
Rasmadi juga sosok suami yang pekerja keras. Dia sering ikut melaut menjadi anak buah kapal (ABK). Namun untuk saat ini, ia diterima bekerja di sebuah tempat cukur.
Nur mengaku menemukan kebahagiaan di pernikahannya kali ini. Selang beberapa waktu setelah menikah, Nur hamil anak pertamanya.
Setelah sembilan bulan mengandung, anak Nur lahir ke dunia, ia pun akhirnya bisa merasakan bagaimana menjadi seorang ibu.
Hanya saja, kebahagiaan yang ia rasakan hanya berlangsung sesaat. Bayi Nur meninggal dunia saat menginjak usia enam bulan. Kata Nur, anaknya itu sakit, badannya demam tinggi.

Sebagai seorang ibu, kondisi tersebut tentu membuat Nur sangat terpukul. Andai saja punya uang lebih, kata Nur, ia saat itu ingin sekali membawa anaknya berobat ke rumah sakit dengan fasilitas terbaik.
Wanita 32 tahun itu masih berusaha terlihat tegar, walau sedih, ia masih memiliki anak sambung dari suaminya. Namanya Atin, usianya 13 tahun dan kini duduk di bangku SMP.
Walau bukan anak kandung, Nur sangat menyayangi Atin. Ia berharap kelak saat dewasa anak sambungnya itu bisa menjadi orang yang sukses dan jadi kebanggaan orang tua.
Cerita Nur kembali berlanjut, kali ini soal ekonomi. Nur rupanya sosok wanita tangguh yang tidak kenal menyerah.
Nur sempat membuka warung usaha jajanan di rumahnya pada 2009. Usaha itu menyesuaikan hobinya yang gemar memasak.
Awalnya Nur mencoba berjualan cimplo makanan khas Indramayu, tapi tidak laku. Kemudian beralih jualan seblak, beralih lagi jualan es dan jajanan lainnya. Tapi hasil yang didapat Nur tetap sama, warungnya selalu sepi.
Ia bercerita, bahkan pernah ada anak-anak yang mampir untuk jajan di warungnya. Anak itu malah kabur saat tahu Nur tidak bisa bicara. Ada juga anak-anak yang datang ke warung Nur hanya untuk mengejek dirinya.
Nur tidak menampik, kondisi itu membuatnya sedih. Tapi, ia juga sadar soal keterbatasan yang dimilikinya.
Jika putus asa menuntun beberapa orang untuk menyilet tangan atau memaki di status media sosial, putus asa justru menuntun Nur untuk tidak mudah menyerah.
Di Kafe Teman Istimewa Coffee sendiri, Nur terbilang karyawan yang paling baru, terhitung baru empat bulan ia bekerja sana.
Nur awalnya mengenal Winanda, barista tunarungu yang sudah lebih dahulu bekerja di Kafe Teman Istimewa Coffee. Winanda pun merekomendasikan Nur, kebetulan juga saat itu pihak kafe memang tengah butuh karyawan baru.
Ini kali pertamanya Nur bekerja. Bagi Nur kesempatan tersebut adalah momen yang sangat luar biasa, selayaknya mimpi yang menjadi kenyataan.
Apalagi Nur yang memang hobi memasak. Ia punya cita-cita ingin menjadi juru masak. Nur pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
“Senang kerja di sini, kalau di sini ramai, pelanggannya banyak,” ujar dia.
Barista Tunarungu
Total ada delapan barista yang bekerja di Kafe Teman Istimewa Coffee. Mereka adalah Arida, Santi, Carnoto, Saefudin, Wulan, Wulandari, Winanda, dan Nur.
Semuanya memiliki kendala yang sama, yakni tidak bisa mendengar dan berbicara.
Dalam bekerja, Nur dan kawan-kawan itu didampingi oleh Sespri Maulana, pemuda berusia 33 tahun itu ditunjuk oleh PT KPI RU VI Balongan untuk menjadi pendamping teknis sekaligus mengelola Kafe Teman Istimewa Coffee.
Sore itu, Sespri tampak cekatan membantu karyawan-karyawannya membuat pesanan pelanggan. Ia juga mengajarkan mereka cara berinteraksi yang baik dengan tamu.
Saat senggang, Sespri turut bercerita soal pendampingan yang dilakukannya tersebut. Menurutnya, Teman Istimewa Coffee adalah rumah bagi para disabilitas khususnya penyandang tunarungu.
Di sana mereka bisa mendapat penghasilan, tidak peduli meskipun punya keterbatasan tidak bisa mendengar dan tidak bisa berbicara.
Nama Teman Istimewa pun terinspirasi dari kondisi para tunarungu tersebut yang saling menguatkan satu sama lain dan tidak menyerah demi melangkah menjadi lebih baik.
“Kita di sini punya tagline, Mendengarkan dengan Hati, Memaknai dengan Rasa," ujar Sespri soal kafe tersebut.
Secara pribadi, Sespri mengaku sangat memahami kondisi para penyandang tunarungu. Salah satu saudaranya juga menderita kekurangan yang sama.
Menurutnya, mereka butuh uluran tangan untuk membantunya mandiri agar tidak terus merasa dimanja. Ia yakin, dengan terbiasa bekerja keras, disabilitas seperti Nur dan kawan-kawannya bisa memiliki kehidupan yang layak seperti masyarakat umum lainnya.
Di sisi lain, kata Sespri, beragam keluh kesah pun sudah sering ia dengar seputar golongan masyarakat satu ini, keluh kesah juga datang dari orang tua mereka.
Mayoritas mengeluh karena mereka tidak percaya diri, sehingga setelah lulus dari Sekolah Luar Biasa (SLB) banyak penyandang disabilitas tunarungu hanya menghabiskan waktu berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun.
Menurut Sespri, hal tersebut karena pola didik yang salah. Apalagi sebagian besar orang tua penyandang disabilitas ini memang terlalu memanjakan anaknya.
Sikap senang dimanja ini kemudian menular hingga mereka menginjak usia dewasa. Hasilnya, mereka tidak bisa hidup tanpa ulur tangan orang tua maupun saudara.
"Mereka ini sebenarnya hanya tidak bisa mendengar dan bicara, tapi secata fisik mereka sempurna," ujar dia.
Di Kafe Teman Istimewa Coffee, para disabilitas yang bekerja juga diajarkan soal mimpi.
Sespri berharap setelah berhenti bekerja di Teman Istimewa Coffee, mereka bisa menggapai cita-cita yang mereka impikan dan kelak memiliki kehidupan yang layak.
Progres yang Luar Biasa
Sejak dibuka pada Agustus 2023, Kafe Teman Istimewa Coffee rupanya menunjukkan progres yang sangat luar biasa. Pengunjung kafe ini selalu banyak.
Sespri bercerita, banyak tamu yang mengaku menjadi pelanggan tetap karena kagum dengan semangat bekerja yang ditunjukkan oleh teman-teman barista tunarungu.
“Dibanding ngopi di tempat lain, mending di sini, katanya. Mereka juga ingin ikut bantu biar teman-teman di sini punya penghasilan,” ujar Sespri.
Peningkatan pembeli ini juga berdampak pada tampilan kafe yang sudah banyak berubah.
Dari yang awalnya hanya kafe sederhana, kini Teman Istimewa Coffee sudah memiliki ruang VIP lengkap dengan monitor yang bisa juga digunakan untuk meeting.
Setiap sudut kafe itu kini juga dipenuhi oleh karya fotografi. Kata Sespri, foto-foto itu merupakan jepretan dari teman sesama disabilitas tunarungu. Ada foto yang memperlihatkan kebudayaan Indramayu, aktivitas masyarakat lokal, dan lain sebagainya.
Di sana juga terdapat ornamen-ornamen penunjang lainnya sebagai penghias untuk menambah kenyamanan kafe.
Teman Istimewa Coffee sekarang juga memiliki workshop kreatif untuk pelatihan handcaft.
Termasuk beragam menu yang lebih bervariatif untuk ditawarkan kepada tamu yang datang.
Bagi para pecinta kopi, ada menu best seller Kopi Susu Istimewa, Vietnam Drip, V60, dan varian kopi lainnya. Bisa dipesan dingin maupun panas, harganya pun dibandrol mulai dari Rp 15-20 ribu.
Ada pula varian menu nonkopi yang harganya antara Rp 10 ribu hingga Rp 18 ribu, seperti matcha, chocholate, dan susu hazelnut.
Untuk makanannya juga beragam, ada nasi telur gimbal yang cuma Rp 12 ribu, nasi goreng kampung Rp 15 ribu, nasi ayam serundeng Rp 20 ribu.
Termasuk menu bakso kuah, bakso siomay, bakso ikan. Khusus menu ini sengaja diambil dari UMKM yang ada di sekitaran kafe agar masyarakat setempat juga bisa ikut terbantu dengan keberadaan Teman Istimewa Coffee.
Sespri mengatakan, omzet yang didapat Teman Istimewa Coffee sekarang ini bisa mencapai Rp 2,5 juta per hari.
Dari omzet yang didapat itu, nantinya akan digunakan untuk operasional kafe, gaji karyawan, hingga tabungan serta jaminan sosial untuk mereka.
Teman Istimewa Coffee sendiri buka setiap hari dengan sistem kerja sif. Sif pertama pukul 10.00-16.00 WIB dan sif pukul 16.00-22.00 WIB.
Dalam satu sif, kata Sespri, ada dua hingga tiga barista tunarungu yang bekerja.
Gaji yang diterima Nur dan kawan-kawannya pun bervariatif, tergantung jam mereka bekerja. Dengan kisaran rata-rata Rp 1,5 juta per bulan.
“Jadi tidak setiap hari, ganti-gantian. Dalam seminggu ada yang kebagian tiga hari, ada yang empat hari. Semakin banyak jam kerja makin banyak gaji yang diterima,” ujar dia.
Sejalan dengan Program Pemerintah
Bekerjanya para barista tunarungu di Kafe Teman Istimewa Coffee ini sejalan dengan program pemerintah soal kelangsungan hidup setiap warga negara.
Penyandang disabilitas juga mempunyai kedudukan hukum dan memiliki hak asasi manusia yang sama sebagai warga negara.
Menurut data dari Kemenko PMK, jumlah penduduk penyandang disabilitas di Indonesia mencapai sekitar 22,97 juta jiwa pada tahun 2023 atau sekitar 8,5 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Di Kabupaten Indramayu sendiri pada 2023, menurut data dari BPS Jabar, ada 739 penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas sendiri diketahui adalah kaum yang rentan. Mereka mengalami risiko sosial ekonomi, keterbatasan akses informasi, akses lapangan pekerjaan, akses kesehatan, akses pendidikan, dan akses-akses lainnya.
Untuk menangani problematika ini, pemerintah sudah mengambil langkah serius dengan menerbitkan Undang Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas untuk menjamin pemenuhan kesamaan dan kesempatan penyandang disabilitas dalam segala aspek penyelenggaraan negara.
Pemenuhan hak penyandang disabilitas sendiri memiliki tujuan untuk mewujudkan taraf kehidupan kaum disabilitas agar lebih berkualitas, adil, sejahtera lahir dan batin.
PT KPI RU VI Balongan mencoba ambil bagian dalam menjalankan amanat Undang Undang tersebut. Kafe Teman Istimewa Coffee hadir sebagai program layanan inklusif.
Menurut Area Manager Communication Relation & CSR RU VI Balongan, Mohamad Zulkifli, dilihat dari progres sekarang, Teman Istimewa Coffee menunjukkan progres yang luar biasa dan kini sudah mandiri.
Dari penghasilan kafe tersebut, sekarang ini sudah bisa memenuhi berbagai kebutuhan operasional, bahkan menyediakan jaminan sosial untuk karyawan apabila ada yang sakit, dan lain sebagainya.
Pada kesempatan itu, Mohamad Zulkifli turut menceritakan soal ide awal didirikannya kafe unik satu ini. PT KPI RU VI Balongan kala itu mencoba mencari konsep CSR yang benar-benar bermanfaat dan menyentuh masyarakat yang membutuhkan.
"Ada banyak sisi yang diambil di sini, satu pengembangan ekonomi masyarakat. Kemudian dari sisi teman-teman yang jarang dilirik oleh pasar kerja karena keterbatasan fisik," ujar dia.
Mohamad Zulkifli mengatakan, teman-teman disabilitas tunarungu itu pun tidak tiba-tiba langsung direkrut. Mereka harus menjalani pelatihan dahulu lewat program magang selama dua bulan di kedai kopi sungguhan yang sudah menjalin kerja sama dengan Pertamina.
Mereka belajar cara meracik kopi, melayani pesanan, cara menghadapi pelanggan, dan pelatihan-pelatihan dasar lain sebagai barista kopi.
Bagi pelanggan yang ingin memesan dan tak mengerti bahasa isyarat pun tak perlu khawatir, cukup dengan menunjuk pesanan pada papan menu, barista yang sedang bekerja akan langsung mengerti dan melayani pesanan tersebut.
“Di Kafe Teman Istimewa Coffee ini, pelanggan juga bisa belajar bahasa isyarat yang diajari langsung oleh para penyandang disabilitas tunarungu,” ujar dia.
Tidak hanya itu, disampaikan Mohamad Zulkifli, karyawan juga diajarkan digitalisasi melalui penerapan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
Ini untuk memfasilitasi apabila ada pelanggan yang melakukan pembayaran non-tunai. Ini juga sekaligus upaya agar Nur dan kawan-kawannya bisa beradaptasi dengan tren digital yang semakin berkembang.
Menurut Mohamad Zulkifli, pelatihan yang dilakukan kepada Nur dan teman-temannya ini juga sejalan dengan konsep program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang coba diterapkan Pertamina.
Mulai dari pematangan ide, kemudian dibantu pelatihan, termasuk dibantu untuk permodalan, perizinan, mendatangkan pelanggan, sampai akhirnya penyandang tunarungu ini bisa mandiri.
Mohamad Zulkifli juga tidak menampik, apabila ada tamu dinas yang datang, ia pasti akan mengarahkan tamu tersebut untuk pertemuan di kafe.
Semua itu, kata Mohamad Zulkifli menjadi implementasi dari tanggungjawab Pertamina tehadap sosial dan lingkungan.
"Kopi ini hanya salah satu dan masih banyak lagi program-program untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat lainnya," ujar dia.
PT KPI RU VI Balongan berharap, layanan inklusif ini bisa dijadikan percontohan agar semakin banyak lagi instansi yang peduli kepada kaum penyandang disabilitas, dengan harapan mereka bisa hidup layak seperti masyarakat pada umumnya.
Apalagi, kaum disabilitas seperti Nur dan teman-temannya mayoritas berasal dari keluarga yang kurang mampu.
"Semoga ini menjadi contoh, menjadi obor. Saat nyalanya sudah terang kita harapkan juga bisa menular dicontoh oleh instansi-instansi lain," ujar dia. (*)
Pastikan Kesiapan Keadaan Darurat : Pertamina Patra Niaga Regional JBB Gelar OKD Level 1 di SHAFTHI |
![]() |
---|
UMKM Pertamina Patra Niaga Regional JBB Berpartisipasi Dalam Pameran Kerajinan INACRAFT 2025 |
![]() |
---|
Daftar Harga BBM Pertamina Hari Ini Jumat 3 Oktober 2025 Se-Indonesia, Pertamax hingga Pertalite |
![]() |
---|
Pertamina Patra Niaga Terima Kunjungan Universitas Padjajaran, Kenalkan Industri Migas Lebih Dalam |
![]() |
---|
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat Luncurkan BIOGATOR untuk Rehabilitasi Mangrove |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.