Cegah Plagiasi dan Tembus Pasar Eropa, Pengrajin Mebel Cirebon Desak Regulasi Perlindungan Desain

Perlindungan hak cipta desain produk lokal harus menjadi perhatian utama. Namun banyak perusahaan mebel di Cirebon belum miliki perlindungan.

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Kemal Setia Permana
Tribun Cirebon/ Ahmad Imam Baehaqi
Ilustrasi pengrajin industri rotan di Cirebon. 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto 

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON- Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di bidang mebel di Cirebon menyuarakan kekhawatiran terkait ancaman peniruan atau palgiasi desain lokal di tengah ketatnya persaingan global.

Mereka pun lantas menekankan pentingnya regulasi untuk melindungi keunikan dan daya saing produk mebel serta kerajinan tangan asal Cirebon.

Salah satu pelaku UMKM yang juga Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komisi Daerah (Komda) Cirebon, Vladimir Dicky Santoso, mengatakan bahwa desain adalah elemen krusial yang harus dilindungi, terutama jika ingin menembus pasar global seperti Eropa.

Baca juga: Termasuk Cirebon, Pengrajin Rotan Jabar Jajaki Pasar Ekspor Asia Tenggara Hingga Timur Tengah

"Kalau kita ingin menjual mebel hingga ke Milan atau pasar Eropa lainnya, desainnya harus jelas dan terlindungi, Konsumen di sana sangat peduli dengan desain," ujar Dicky saat memberikan keterangan, Kamis (17/10/2024).

Menurut Dicky, perlindungan hak cipta desain produk lokal harus menjadi perhatian utama.

Namun, hingga saat ini, banyak perusahaan mebel di Cirebon belum memiliki perlindungan yang memadai.

Ia menilai seharusnya, persatuan desain Indonesia gencar melakukan sosialisasi agar hak cipta desain terjamin.

"Sayangnya, regulasi terkait ini masih sulit diterapkan," ucapnya.

Dicky menjelaskan bahwa desain bukan hanya sekadar tampilan, tetapi juga mencerminkan identitas dan nilai sebuah produk.

Desain yang unik dapat menjadi daya tarik di pasar internasional dan membedakan produk lokal dari kompetitor.

Selain perlindungan desain, Dicky juga mengungkapkan tantangan dalam persaingan produk rotan khas Cirebon, terutama produk keranjang rotan yang sering diproduksi massal dengan harga yang tidak wajar.

Baca juga: Silaturahmi ke Keraton Kanoman Cirebon, Ilham Habibie Diskusikan Industri Rotan & Bandara Kertajati

"Para produsen sudah perang harga. Padahal, hanya Cirebon yang punya produk khas seperti ini," jelas dia.

Sementara di sisi lain proses produksi yang masih bergantung pada keterampilan manual pekerja juga menjadi hambatan.

Dicky menyarankan sinergi antara tenaga kerja dan teknologi untuk meningkatkan efisiensi tanpa menghilangkan ciri khas kerajinan tangan.

"Kalau kualitas produksi bisa mendekati 70 persen akurasi mesin, kita bisa bersaing tanpa meninggalkan ciri khas kerajinan tangan," katanya yang memiliki pabrik rotan di wilayah Kabupaten Cirebon itu.

Kelangkaan bahan baku juga menjadi tantangan serius bagi industri mebel lokal.

Ekspor bahan mentah rotan ke luar negeri mengurangi pasokan bagi produsen di Cirebon.


"Kami berharap pemerintah bisa lebih mendukung, seperti yang dilakukan China. Mereka memfasilitasi industri lokal agar bisa berkembang maksimal," ujar pria berusia 25 tahun tersebut.


Pelaku UMKM Rotan lainnya, Shelly Ila Amalia, turut menyoroti kurangnya pameran berskala besar yang seharusnya menjadi sarana memperkenalkan produk lokal.


Menurut Shelly, pameran itu penting supaya produk pengrajin dikenal dan pekerja tidak kehilangan pekerjaan. 

Ia berharap pemerintah dan pihak terkait segera mengambil tindakan untuk melindungi desain dan mendukung fasilitas pameran.

Menurutnya, hal ini bukan hanya soal kelangsungan bisnis, tetapi juga masa depan ribuan pekerja di industri mebel dan kerajinan Cirebon.


"Dengan perlindungan desain dan dukungan yang tepat, kita bisa menjaga keunggulan produk lokal dan bersaing di pasar global."

"Ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga masa depan para pekerja kita," jelas dia.


Sebagai tambahan informasi, Asmindo Komda Cirebon baru saja mendapatkan ketua dan wakil ketua yang baru, yaitu Vladimir Dicky Santoso sebagai Ketua dan Shelly Ila Amalia sebagai Wakil Ketua.

Pemilihan ini dilakukan dalam Musyawarah Daerah (Musda) yang digelar di salah satu restoran di Jalan Raya Siliwangi, Kota Cirebon, Rabu kemarin. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved