Berita Viral
Kisah Siswa Nyebrang Laut Tiap Hari Demi Sekolah, Tak Ada SMA di Desanya, Bayar Ongkos Perahu Rp2000
Kisah perjuangan para siswa nyebrang laut tiap hari untuk sekolah, bayar ongkos 2 ribu
TRIBUNJABAR.ID - Tak semua para pelajar di Indonesia beruntung bisa sekolah dengan berbagai fasilitas seperti di kota-kota.
Hal itulah yang dirasakan para siswa di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara ini yang harus berjuang dulu untuk berangkat ke sekolah.
Para siswa ini nyebrang laut tiap hari untuk sekolah.
Kisah para siswa nyebrang laut untuk sekolah ini viral di media sosial.
Perjuangan mereka menempuh pendidikan ini bisa menjadi pemicu semangat sekaligus inspirasi.
Baca juga: Kisah Pilu Wiga Guru Honorer di Banyuwangi Ikhlas Digaji Rp200 Ribu Per Bulan, SPP Murid Rp5 Ribu
Jika air pasang, para siswa ini tak jarang melepas sepatu supaya tidak basah ketika menaiki perahu.
Para siswa harus membayar ongkos perahu untuk nyebrang laut sebesar Rp2000 tiap harinya.
Kisah inspiratif ini datang dari anak-anak di pulau Bontu-Bontu, Kecamatan Towea, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Mereka menempuh perjalanan yang tidak mudah untuk mencapai SMA Negeri 1 Napabalano di Kabupaten Muna.
Setiap hari, puluhan siswa dari pulau ini harus menyeberangi lautan dengan menaiki perahu.
“Ya, setiap hari kami, anak-anak di sini (pulau Bontu-Bontu), kalau pergi sekolah harus naik perahu. Setiap hari menyeberangi laut, baik pergi sekolah maupun pulang sekolah,” ungkap Ali Sahar, seorang pelajar asal pulau Bontu-Bontu, saat ditemui di rumahnya, Kamis (10/10/2024), dikutip dari Kompas.com.
Sebelum menaiki perahu, Ali dan teman-temannya berkumpul terlebih dahulu.
Namun, jika air surut, mereka harus melepas sepatu, dan para siswa laki-laki harus membuka celana mereka.
“Ini karena air surut. Kalau air surut, harus lepas sepatu dan celana supaya tidak basah. Lebih suka kalau air laut sedang pasang,” kata Ali.
Setelah melewati pasir, mereka melangkah ke laut dengan air setinggi lutut.
Setelah itu, Ali dan teman-temannya menaiki perahu yang disewa dengan harga sekitar Rp 2.000 per siswa.
Perjalanan menyeberangi lautan memakan waktu sekitar 20 menit hingga mereka tiba di pelabuhan Tampo, Kabupaten Muna.
“Kalau ombaknya keras, kami semua masuk ke dalam tenda perahu. Kalau musim hujan, biasanya kami tidak bisa pergi ke sekolah karena basah,” kata Ali, menggambarkan tantangan yang mereka hadapi dalam perjalanan.
Setelah tiba di pelabuhan, para siswa ini harus berjalan kaki sekitar 300 meter menuju sekolah mereka.
Meskipun perjalanan yang mereka tempuh sangat berat, semangat untuk bersekolah tetap tinggi.
Ali juga berharap agar pemerintah dapat membangun sekolah SMA di desa tempat tinggalnya.
“Saya harap kepada pemerintah supaya dapat membangun sekolah SMA Negeri di desa tempat tinggal saya,” ujarnya, mencerminkan harapan yang besar bagi kemajuan pendidikan di daerahnya.
Kisah perjuangan siswa-siswa ini bukan hanya sekadar tentang perjalanan fisik.
Akan tetapi juga tentang semangat dan tekad untuk meraih cita-cita mereka meskipun harus menghadapi rintangan yang cukup berat.
Sementara itu kisah lainnya, jembatan gantung di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat ambruk hingga membuat sejumlah siswa SD terjatuh.
Ambruknya jembatan itu terjadi pada, Jumat (4/10/2024).
Diketahui, sejumlah siswa SD itu sedang melalui jembatan gantung.
Namun jembatan itu malah ambruk.
Hingga akhirnya mereka berjatuhan ke sungai yang cukup deras.
Kejadian tersebut diketahui setelah sebuah akun Facebook bernama Ningsih Rahayu mengunggah sebuah jembatan gantung penghubung desa di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, ambruk, kemarin.
Dalam video tersebut, tampak sejumlah siswa SD menangis ketakutan usai jatuh.
Video tersebut mendapat banyak respon warganet.
Mereka prihatin dengan kondisi tersebut.
Terlihat dalam video, salah satu siswi mengenakan seragam olahraga, menangis ketakutan di ujung jembatan roboh tersebut.
Baca juga: Kasus Siswa SMA Rudapaksa Pelajar SMP di Kelas di Demak, Perekam Ternyata Anak SD, Pelaku Ditangkap
Dalam keterangan video menjelaskan, peristiwa itu terjadi di Desa Tadisi, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Jumat (4/10/2024) kemarin.
"Hallow pemerintah desa tadisi....masih tertutupkah mata anda melihat kekadian hari ini? Masih mau memprioritaskan perintisan jalan dibandingkan nyawa yang notabene sudah berumur 21 tahun dan sudah bertahun tahun kondisinya tidak layak tapi tak pernah sekalipun engkau meliriknya mungkinkah karena tak akan banyak keuntungan yang akan kalian dapatkan jika merehab jembatan atau anda terlalu sibuk dengan para elit di sana hingga melupakan wargamu, atau.... ahkk sudahla," demikian keterngan caption dalam vidio siaran langsung tersebut.
Video inipun viral hingga mendapat ratusan komentar pengguna Facebook di Kabupaten Mamasa.
Petrus Sada, salah satu warga Dusun Minanga, Desa Tadisi, membenarkan insiden tersebut.
Petrus menjelaskan, saat kejadian ada sejumlah siswa melintas di atas jembatan tersebut.
Sehingga siswa yang melintas itu terjatuh ke Sungai.
"Ada kurang lebih 10 siswa korban, tapi semua selamat," katanya.
Dari jumlah korban tersebut dua harus dilarikan ke Puskesmas.
"Sudah keluar tapi sempat di bawah ke Puskesmas karena ketakutan," ungkapnya saat ditemui di lokasi kejadian, Sabtu (5/10/2024).
Beruntung tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Tak Ada SMA di Desanya, Siswa Nyebrang Laut Tiap Hari Demi Sekolah, Bayar Ongkos Perahu Rp2000
Viral, Sumpah Serapah Istri Sah ke Suami yang Selingkuh Kepergok Mesra Bareng Pelakor di Balikpapan |
![]() |
---|
Sosok Ajudan Prabowo Turun Tangan di Kasus Walikot Prabumulih dan Kapala Sekolah yang Diduga Dicopot |
![]() |
---|
Viral Video Pegawai Shell Jualan Kopi di Pinggir Jalan di Tengah Isu PHK dan Stok BBM Kosong |
![]() |
---|
Viral Polisi di PALI Pecahkan Kaca Truk karena Curigai Angkut BBM Ilegal, Ternyata Bawa Semangka |
![]() |
---|
Rekam Jejak Wali Kota Prabumulih Pernah Viral Bawa 4 Istri saat Kampanye, Intip Harta Kekayaannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.