Tupperware Alami Kebangkrutan, Berjaya Selama 80 Tahun Kini Tanggung Utang Rp12 Triliun

Tupperware berencana untuk mendapatkan perlindungan pengadilan setelah tidak mampu memenuhi syarat utangnya serta meminta bantuan dari penasihat hukum

SHUTTERSTOCK/TAMER ADIL SOLIMAN
Ilustrasi wadah Tupperware. 

TRIBUNJABAR.ID - Para penggemar perlengkapan rumah tangga Tupperware bersiap patah hati.

Pasalnya Tupperware dikabarkan sedang bersiap untuk mengajukan kepailitan.

Paling cepat, kepailitan itu terjadi dalam pekan ini.

Tupperware adalah produk rumah tangga yang berada di bawahperusahaan multinasional yang berbasis di Amerika Serikat, Tupperware Brand Corporation.

Baca juga: Prediksi Susunan Pemain Persib vs Port FC Nanti Malam, Dimas Drajad Jadi Ujung Tombak

Perusahaan yang menciptakan produk penyimpanan plastik dengan segel kedap udara ini didirikan oleh seorang ahli kimia, Earl S. Tupper pada 1946 di Massachusetts.

Tupperware berencana untuk mendapatkan perlindungan pengadilan setelah tidak mampu memenuhi syarat utangnya serta meminta bantuan dari penasihat hukum dan keuangan, dikutip dari Reuters, 

Persiapan kebangkrutan tersebut menyusul negosiasi yang berlarut-larut antara Tupperware dan pemberi pinjamannya mengenai cara mengelola utang lebih dari US$ 700 juta atau setara dengan Rp 10,85 triliun.

Saham perusahaan anjlok 15,8 persen menjadi 43 sen setelah bel penutupan, menyusul kabar kebangkrutan tersebut.

Lebih jauh lagi, saham perusahaan produsen wadah makanan ikonik asal Amerika Serikat (AS) ini anjlok signifikan sejak tahun lalu.

Baca juga: PROFIL Ipda Mohammad Harapansyah, Polisi Ganteng yang Jadi Kapolsek Termuda, Dikenal Baik Hati

Saham Tupperware telah kehilangan kapitalisasi pasar hingga 95 persen dalam tiga tahun.

Kinerja buruk ini salah satunya diperparah setelah awal tahun lalu perusahaan memberi tahu investor bahwa ada "keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya".

Dalam pengungkapan terbaru kepada regulator bursa AS, Securities and Exchange Commission atau Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat, manajemen Tupperware menyampaikan perusahaan belum mampu melaporkan kinerja keuangan kuartalan terbaru pada tanggal jatuh tempo yang ditentukan.

Tupperware juga mengaku tidak akan mampu untuk menyelesaikan dan mengajukan laporan tahunan 2023.

Sebagai informasi, Tupperware terakhir kali menyetor kinerja keuangannya pada kuartal ketiga tahun lalu atau untuk periode keuangan hingga akhir September 2023.

Dalam keterbukaan tersebut, Tupperware mengaku perusahaan terus mengalami tantangan likuiditas yang signifikan, dan masih mempunyai keraguan besar mengenai kemampuannya untuk mempertahankan kelangsungan usaha.

"Selain itu, departemen akuntansi Perusahaan terus mengalami, penurunan kinerja yang signifikan, termasuk kepergian Chief Financial Officer baru-baru ini, yang mengakibatkan kesenjangan sumber daya dan keahlian, keterbatasan sumber daya, dan hilangnya kesinambungan pengetahuan," ungkap manajemen Tupperware, dikutip dari CNBC.

Dengan kondisi tersebut, Tupperware menyebut perusahaan terus memfokuskan upayanya atas dua hal utama.

Pertama, diskusi dengan calon investor dan mitra pembiayaan untuk mendapatkan pembiayaan jembatan jangka pendek.

Kedua, melaksanakan rencana perubahan haluan bisnis strategis.

Baca juga: Bocah 13 Tahun di Bekasi Ditemukan Tewas Gantung Diri, 2 Saksi Sudah Diperiksa Polisi

Sebagai catatan, hingga akhir September 2023, total utang Tupperware mencapai US$ 777 juta atau setara Rp 12 triliun.

Tupperware mendapat keuntungan dari ledakan permintaan selama pandemi karena orang-orang tinggal di rumah.

Perusahaan itu mulai memperoleh tantangan usai pandemi mereda.

Bursa saham New York juga mengatakan Tupperware dalam bahaya dihapuskan dari pasar saham karena kala itu terlambat mengajukan laporan tahunannya.

Tupperware mengatakan awal pekan ini bahwa mereka telah tertekan oleh biaya bunga yang lebih tinggi serta kondisi bisnis internal dan eksternal yang menantang yang membatasi aksesnya ke uang tunai.

Merek wadah dapur itu telah mengalami penurunan penjualan dalam beberapa tahun terakhir.

Penjualan turun 18 persen menjadi sekitar US$ 1,3 miliar pada tahun 2022 dari tahun 2021.

Perusahaan, yang mendistribusikan produknya di lebih dari 70 negara yang dibangun di atas tenaga penjualan konsumen setia yang menjajakan produk ke teman dan kenalan, telah berupaya mendigitalkan bisnis penjualan langsungnya, namun masih belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Tupperware di Ambang Kebangkrutan, Saham Makin Anjlok 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved