4 Nama Disebut Iswara Layak Gantikan Erwan Setiawan Bertarung pada Pilkada Sumedang

Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana dari Sumedang

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Sekretaris DPD Golkar Jawa Barat, MQ Iswara, menyebut banyak sosok yang bisa menggantikan Erwan Setiawan, putra sulung Umuh Muchtar pada Pilkada Sumedang 2024.

Sebelumnya, Erwan yang merupakan wakil bupati Sumedang periode 2018-2023 diusung Golkar untuk bertarung memperebutkan kursi Sumedang 1.

Belakangan, Erwan justru ditarik untuk mendampingi Dedi Mulyadi, kader Gerindra, pada Pilkada Jawa Barat.

"Banyak kader yang potensial (di Sumedang), banyak figur yang pantas untuk menjadi pimpinan di eksekutif, selain Pak Erwan sendiri yang pernah menjadi wakil bupati," kata Iswara saat dihubungi TribunJabar.id, dari Sumedang, Sabtu (24/8/2024). 

Dia mengatakan, ada Taufiq Gunawansyah yang pernah menjadi wakil bupati Sumedang; Erni Sumarni, anggota DPD RI; Asep Kurnia, anggota DPRD Sumedang sekaligus mantan Ketua KPU; dan Ketua DPD Golkar Sumedang, Jafar Sidik.

Baca juga: Golkar Pastikan Erwan Setiawan Dampingi Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar 2024, Iswara: Sudah Disepakati

 "Dan banyak lagi. Tetapi nama-nama itu yang sudah diinvertarisasi, dan dalam waktu dekat akan kita umumkan," kata Iswara. 

Iswara mengatakan, sejauh ini komunikasi dengan koalisi dilakukan. Di antaranya dengan Gerindra dan PKS. 

Meski tanpa Erwan di Sumedang, Golkar sejauh ini tetap menargetkan kursi bupati.

"Sepeti apa finalnya kita ketemu dulu dengan rekan-rekan koalisi," katanya. 

Mengenai apakah dinamika yang serba mendadak ini akan berpengaruh kepada Golkar mengingat pendaftaran Pilkada tinggal menghitung hari, Iswara menegaskan partai berlambang beringin ini sudah dewasa. 

Baca juga: Umuh Muchtar Telah Restui Erwan Setiawan Jika Berduet dengan Dedi Mulyadi di Pilgub Jabar 2024

"Pendaftaran baru tanggal 27 (Agustus) kan, dan teman-teman di Golkar sudah dewasa dan pengalaman, sudah biasa dengan dinamika, kalau kondisi sekarang. Kita pernah alami yang lebih berat," ucapnya.

Dia mencontohkan kejadian waktu reformasi 1998.

"Kemudian waktu ketua kami Pak Akbar Tanjung memimpin di balik jeruji, kita masih pemenang nomor dua," katanya. (*)