Pegiat Geowisata Sebut Ada Kesamaan Batuan di Gunung Padang Cianjur dengan Paraga Stone Tasikmalaya

Pegiat Geowisata, Deni Sugandi, mengatakan dalam ilmu kebumian, struktur batu seperti itu bernama Kekar Kolom yang juga ada di Gunung Padang.

Penulis: Aldi M Perdana | Editor: Kemal Setia Permana
Tribun Jabar/ Aldi M Perdana
Salah satu spot menarik di kawasan wisata Paraga Stone yang menawarkan keindahan struktur batuan unik di bantaran Sungai Cimedang. 

"Itu mulai dari Ciletuh, Sukabumi sampai ke Nusakambangan. Jadi, kalau kita melewati Ranca Buaya, Karang Tawulan, sampai ke Pangandaran, kita bisa menemukan batuan dari sisa kegiatan gunung api yang umurnya sekira 30-20 juta tahun yang lalu," jelasnya.

Menurut Deni, bentuk batuan Kekar Kolom di Paraga Stone sendiri menuai cerita rakyat Sangkuriang.

"Di sana itu ada cerita rakyat, karena bentuknya seperti struktur bangunan, jadi masyarakat setempat (secara turun-temurun) menafsirkan, bahwa dulu Sangkuriang hendak membuat bendungan. Nah dibendungnya tuh di lokasi Paraga Stone itu," terangnya.

Terkait arti kata Paraga sendiri, melalui penelusuran Deni, terdapat 2 pengertian.

"Pertama, bahwa Paraga artinya pelakon atau lakon atau pemain utama kalau dalam cerita atau dalam dongeng. Itu diambil dari Bahasa Jawa," ucapnya.

"Kedua, saya belum tahu, barangkali di lokal itu ada artian tersendiri, karena dalam Bahasa Sunda itu ada artikel 'Pa-'. Nah, apakah kata dasarnya itu dari 'Raga' yang artinya tubuh. Jika dari situ, asumsi saya, bisa diartikan Paraga itu adalah pembuat tubuh atau apa, tapi saya juga belum tahu ya," pungkasnya.

Kisah Legenda Sangkuriang

Terpisah, salah satu warga setempat, Anung (45) mengatakan, folklor yang beredar di masyarakat lokal, bahwa Paraga Stone merupakan pembangunan bendungan yang dibuat oleh Sangkuriang namun mangkrak.

"Awalnya itu 'kan Sangkuriang diminta untuk membuat perahu sama danau oleh Dayang Sumbi sebagai syarat supaya bisa menikahinya," tuturnya mulai mejelaskan saat ditemui oleh TribunPriangan.com di lokasi, Rabu (14/8/2024).

Baca juga: Dugaan Perselingkuhan Azizah Salsha dan Salim Dibongkar Rachel Vennya: Si Arhan Nelfonin Aku

Akan tetapi, Dayang Sumbi terlanjur mengetahui, bahwa Sangkuriang merupakan anaknya yang bertahun-tahun lalu pernah melarikan diri dari rumah.

Saat itu, karena Sangkuriang kecil secara tidak sengaja membunuh bapaknya sendiri, maka Dayang Sumbi memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi hingga meninggalkan luka di kepalanya.

Dok. Pengunjung di Cagar Budaya Situs Megalitikum Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, Rabu (4/5/2022).
Dok. Pengunjung di Cagar Budaya Situs Megalitikum Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, Rabu (4/5/2022). (Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin)

"Karena sama Dayang Sumbi ketahuan ada luka yang sama (dengan luka yang dimiliki anaknya dulu), 'kan jadi ketahuan, kalau Sangkuriang itu anaknya yang sudah tumbuh besar," terang Anung.

Dengan demikian, Dayang Sumbi bersiasat untuk membuat syarat pinangan yang tidak mungkin bisa dilakukan Sangkuriang, yakni membuatkan perahu dan danau hanya dalam waktu satu malam.

"Nah, karena untuk membuat danau itu 'kan perlu membendung sungai, terus berhubung Sangkuriang tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu, jadi perahunya ditendang jadi Tangkuban Parahu, nah, bendungannya yang belum jadi itu ya Paraga Stone ini," tutur Anung berkisah.

Menurutnya, kisah terkait pembangunan bendungan Sangkuriang yang mangkrak itu diceritakan secara turun-temurun di sana.

Sedang hal tersebut pun dibenarkan oleh beberapa orang yang ditemui TribunPriangan.com di sekitar lokasi.

"Memang ya begitulah mitosnya di sini mah. Pernah sih, ada beberapa mahasiswa dari Bandung penelitian ke sini, tapi saya enggak tahu dari kampus mana," pungkasnya. (*)
 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved