Berita Viral

Kisah Pasutri Gantikan Anaknya yang Meninggal Kuliah di UGM, Sosok dan Tabiat Sang Putri Disoroti

Kisah orang tua yang menggantikan anaknya yang meninggal dunia tengah menjadi perbincangan. 

(KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA)
Sebastian Hutabarat dan Imelda Tiurniari Napitupulu serta putri sulungnya saat duduk di ruangan kelas mengikuti perkulihaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) untuk mewakili putrinya Marchia R.M. Hutabarat yang telah berpulang pada 17 Juni 2024 silam. (Foto Dokumentasi Humas FEB UGM) 

TRIBUNJABAR.ID - Kisah orang tua yang menggantikan anaknya yang meninggal dunia tengah menjadi perbincangan. 

Kedua orang tua itu menggantikan anaknya kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM).

Suasana haru pun menyeruak, ketika Sebastian Hutabarat dan Imelda Tiurniari Napitulu, serta putri sulungnya hadir dalam perkuliahan tersebut. 

Pasangan suami istri ini mengikuti awal perkuliahaan mewakili putri kesayangan mereka, Marchia R.M Hutabarat yang telah berpulang pada 17 Juni 2024 lalu. 

Diketahui, gadis asal Sangkar Nihuta, Balige, Toba, Sumatera Utara ini meninggal dunia akibat sakit. 

Baca juga: Sosok Wendra Pemuda di Padang, Bertahan 15 Tahun Sakit Langka, Jalan dengan Kedua Tangan dan Kaki

Ia pun belum sempat merasakan hiruk pikuk kegiataan penerimaan mahasiswa baru. 

Suasana haru semakin menyeruak ketika Sebastian Hutabarat diberikan kesempatan untuk membagikan kisah putri tercinta. 

Suaranya bergetar, ia memulai dengan memperkenalkan keluarganya.

Tangannya pun terlihat beberapa kali menyeka air matanya.

Sembari mengatur nafasnya, Sebastian membayangkan putrinya duduk mengikuti perkuliahan. 

"Saya membayangkan Marchia ada duduk di tengah-tengah kalian," ujar Sebastian Hutabarat seperti dalam keterangan tertulis Humas FEB UGM, Kamis (15/08/2024), dikutip dari Kompas.com.

Putrinya juga anak yang mempunyai tekad untuk meraih impiannya, termasuk masuk ke UGM.

Hingga berkat tekad dan ketekunannya, Marchia pun lolos dan diterima masuk UGM melalui kalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Ia tercatat sebagai mahasiswa yang baru diterima pada Program Sarjana di Program Studio (Prodi) Manajemen angkatan 2024.

Ketika mengetahui anaknya meninggal dunia, Sebastian kaget bukan main.

"Saat itu saya ditelepon istri. Dia mengawali dengan bilang jangan kaget, Marchia meninggal. Sontak perasaan saya berkecamuk saat itu karena posisi jauh di Balige, sementara Marchia di Yogyakarta," tuturnya.

Ia tidak menyangka akan berpisah secepat ini dengan putrinya. 

Sebagai ayah, dirinya merasakan kehilangan yang mendalam. 

Lebih-lebih belum bisa selalu ada dalam setiap momen kehidupan Marchia.

Rasa kehilangan yang mendalam juga dirasakan oleh sang istri Imelda Tiurniari Napitupulu. Sembari menahan isak tangis, Imelda mengungkapkan moment-moment bersama sang buah hati.

Imelda mengatakan sejak bulan Juni 2024, dirinya bersama Marchia dan putri sulungnya sudah berada di Yogyakarta.

Imelda bersama dua putrinya di Yogyakarta untuk mempersiapkan menjelang perkuliahaan, termasuk mencari kost putri sulungnya, Nada yang berkulaih di ISI Yogyakarta.

Ketika di Yogyakarta, mereka pun menyempatkan diri berkunjung dan melihat suasana kampus FEB UGM.

Imelda mengatakan ketika di kampus putrinya Marchia bahkan sempat foto di depan gedung Pertamina Tower.

"Marchia sempat foto di depan Gedung Pertamina Tower. Dia bilang kampusnya keren dan sempat merasa minder," ucapnya. Kemudian Imelda menceritakan mengajak sang putri untuk berwisata di Nepal Van Java Magelang untuk merayakan keberhasilan diterima di UGM.

Ketika itu semua terlihat baik-baik saja. Marchia pun tidak mengeluhkan apapun. 

"Saat tiba di penginapan, Marchia bilang akan mandi. Setelah 30 menit lebih kok tidak keluar-keluar, saya ketuk-ketuk tidak ada sahutan dan akhirnya pintu saya buka, Marchia sudah dalam kondisi pingsan," urainya.

Awalnya, Imelda mengira putrinya hanya bercanda.

Baca juga: Sosok Rida Bocah Viral di Bogor Tiap Hari Ikut Ayah Jualan Siomay Meski Katarak, Ibunya Kabur

Akan tetapi ketika dibangungkan tidak merespons, sontak Imelda melakukan pertolongan pertama dan segera mungkin membawa ke fasilitas kesehatan terdekat yang berjarak 15 kilometer dari penginapan.

"Waktu itu yang terdekat Puskesmas, itu pun kondisi sepi karena libur Idul Adha. Saat tiba disana saya sudah merasa kalau Marchia sudah enggak ada dan ternyata benar," tuturnya. 

Meski berat ia harus menerima kenyataan itu. 

Ia tetap merasa bersyukur bisa mendampingi putrinya hingga detik-detik akhir hidupnya.

Lebih lanjut, Sebastian pun bercerita lagi soal putrinya, Marchia mempunyai kebiasaan belajar hingga larut malam. 

Bahkan terkadang kurang memperhatikan pola makan sehingga mengidap asam lambung.

Sebastian Hutabarat kemudian berpesan kepada mahasiswa baru yang mengikuti awal perkuliahaan, agar tetap menjaga hidup sehat. 

"Jadikan pengalaman dari Marchia ini lebih bersyukur dan peduli. Harapannya ini bisa jadi bahan perenungan, kalian memanfaatkan waktu dengan baik dan jangan menyepelekan soal makan dan lakukan pola hidup sehat," ucapnya.

Sebagian mahasiswa baru yang mengikuti perkuliahan pun menitikan air mata mendengar Sebastian Hutabarat dan Imelda Tiurniari Napitupulu menceritakan tentang Marchia. 

Dosen pengampu kelas, Rina Herani pun tak kuasa menahan air matanya. Sembari meneteskan air mata, Rina menyampaikan, cerita Marchia ini menjadi pengingat bagi mahasiswa untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik. 

"Jangan sia-siakan waktu kalian selama kuliah. Kalian bisa kuliah disini itu privilege yang luar biasa karena tidak semua bisa merasakannya, jadi jangan sia-siakan kesempatan yang ada," ujarnya.

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

 

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved