BMKG Sebut Belum Ada Ilmuwan yang Bisa Prediksi Terjadinya Gempa Megathrust, Tapi Potensinya Ada

Potensi Megathrusht ini diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.

bmkg
Peta gempa bumi 5,2 Skala Magnitudo dini hari Kamis (15/06/2024) tepatnya pukul 00.50 42 yang mengguncang Sukabumi dan sekitarnya. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,70° LS ; 106,08° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 95 Km arah barat daya kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada kedalaman 25 km. 

Sebelum gempa dini hari tadi, pada Rabu (14/08/2024) pukul 22.54, terjadi gempa magnitude 4,1 di pantai Pangandaran Jawa Barat.

Bahkan pantuan Tribunjabar.id dari akun media sosial @bmkgwilaya2 Banten, update gempa susulan pantai Selatan Jawa hingga saat ini  masih terus terjadi meski dalam intensitas yang sangat kecil. 

Menurut Daryono, munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, sebenarnya tidak ada kaitan secara langsung dengan peristiwa gempa kuat M7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki Jepang. 

Baca juga: Struktur Kepengurusan YPPM Universitas Majalengka Dinilai Tidak Sah Diduga Langgar AD/ART

Namun menariknya, menurut Daryonogempa yang memicu tsunami kecil pada 8 Agustus 2024 beberapa hari lalu mampu menciptakan kekhawatiran bagi para ilmuwan, pejabat negara dan publik di Jepang akan potensi terjadinya gempa dahsyat di Megathrust Nankai

"Peristiwa semacam ini menjadi merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut," katanya.

Sejarah mencatat, gempa besar terakhir di Tunjaman Nankai terjadi pada 1946 (usia seismic gap 78 tahun), sedangkan gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada 1757 (usia seismic gap 267 tahun) dan gempa besar terakhir di Mentawai-Siberut terjadi pada 1797 (usia seismic gap 227 tahun). 

"Artinya kedua seismic gap kita periodisitasnya jauh lebih lama jika dibandingkan dengan seismic gap Nankai, sehingga mestinya kita jauh lebih sarus dalam menyiapkan upaya-upaya mitigasinya," tutup Daryono.(*) 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved