ITB Bakal Bangun Teleskop Radio VGOS Pertama di Indonesia, Ternyata Ini Manfaatnya
Teleskop radio canggih itu pun bakal menjadi tonggak sejarah baru bagi astronomi nasional dan membuka peluang riset lebih luas.
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Institut Teknologi Bandung (ITB) bakal membangun teleskop radio very long baseline interferometry (VLBI) global observing system atau VGOS di Observatorium Bosscha.
Pembangunan fasilitas ini sebagai komitmen ITB dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia, khusus bidang astronomi.
Dalam pengerjaannya, ITB bekerjasama dengan Shanghai Astronomical Observatory-Chinese Academy of Sciences (SHAO-CAS).
Teleskop radio canggih itu pun bakal menjadi tonggak sejarah baru bagi astronomi nasional dan membuka peluang riset lebih luas.
Baca juga: Kisah Zaky Anak Pedagang Plastik Penerima Beasiswa KIP, Raih IPK 3,99 di ITB, Prestasinya Mentereng
Terlebih, fungsinya tak sekedar untuk astronomi, melainkan geodesi, sains data, telekomunikasi, rekayasa perangkat lunak, dan lain-lain.
"Teleskop ini akan bekerja dalam jaringan yang akan bergabung dengan banyak teleskop radio lainnya di dunia. Sejauh ini, VLBI masih terpusat di belahan bumi bagian utara. Adapun di daerah ekuator masih jarang dan di beberapa negara sekitar masih dalam tahap pembangunan.
Keberadaan teleskop radio di ekuator sangat dibutuhkan mengingat hanya ada satu stasiun teleskop radio di sekitar ekuator, yakni di Brazil," kata Kepala Biro Kemitraan ITB, Prof Taufiq Hidayat, Selasa (30/7/2024).
Posisi Indonesia, lanjutnya, diharapkan bisa mengisi kekosongan daerah ekuator untuk regional AOV (Asia-Oceania VLBI group for Geodesy and Astrometry) yang merupakan subgrup dari IVS (International VLBI service for Astrometry and Geodesy).
"Indonesia dengan pembangunan teleskop radio VGOS ini berperan dalam menjembatani baseline belahan bumi utara dan selatan, sehingga Indonesia berkesempatan berkontribusi dalam jejaring teleskop radio Internasional dan membuka berbagai kolaborasi multidisiplin pada masa depan," katanya.
Prof Taufiq menambahkan, VGOS sebagai sebuah jaringan teleskop radio global yang beroperasi secara sinkron guna mengamati sumber radio kosmik dengan presisi tinggi.
Dengan menggabungkan data dari beberapa teleskop yang tersebar di seluruh dunia, maka tercipta pengukuran yang presisi terkait jarak dari satu titik teleskop dengan teleskop lainnya.
"Salah satu implementasinya untuk mengukur pergerakan benua. Kecepatan pergerakan dalam jangka waktu tertentu hingga perubahan jarak dari benua itu bisa diketahui dengan presisi. Jadi, kami dapat menentukan apakah sebuah wilayah memiliki potensi yang berbahaya atau tidak,” ujarnya.
Baca juga: ITB International Triathlon 2024 Akan Kembali Berlangsung di Waduk Jatiluhur Purwakarta
Selain dapat mengukur pegerakan titik-titik di permukaan bumi yang bergerak, katanya, teleskop itu dapat digunakan untuk membuat kerangka acuan dengan sangat akurat, standar waktu yang presisi, dan memantau potensi dari perubahan iklim.
"Pembangunan teleskop radio VGOS di Observatorium Bosscha merupakan investasi jangka panjang bagi Indonesia dalam berbagai bidang. Teleskop ini akan menjadi aset berharga bagi dunia pendidikan, penelitian, dan inovasi, serta memperkuat posisi Indonesia di peta astronomi global," ucapnya.(*)
Sesar Lembang Sebabkan Rentetan Gempa Bumi, Pakar ITB Dorong Pemerintah Beri Perhatian Serius |
![]() |
---|
Pakar ITB: Pembangunan Jalan Lingkar Padalarang Sulit Karena Kontur dan Batuan Kapur |
![]() |
---|
14 Titik Banjir Kepung Kota Bandung, Pakar ITB Soroti Pentingnya Kolam Retensi di Hulu |
![]() |
---|
Kisah 2 Anak Tukang Sepuh Emas Masuk ITB, Sang Ibu Nangis Didatangi Rektor: Tulang Punggung Keluarga |
![]() |
---|
Sosok Bram Patria Yoshugi, Art Director di Bandung yang Ciptakan Logo HUT ke-80 RI, Alumni ITB |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.