Keseruan Lomba Rajang Tembakau di Sumedang, Eye Sangat Senang Juara pada Penampilan Pertama

Puluhan pasangan perajang tembakau bertarung dalam Lomba Rajang Tembakau di Alun-alun Sumedang, Jumat (19/7/2024).

Penulis: Kiki Andriana | Editor: Giri
Tribun Jabar/Kiki Andriana
Kartika (56) petani asal Jatigede, Sumedang, tengah mengikuti lomba merajang tembakau pada acara Aroma Sendja Festival: Merayakan Kejayaan Tembakau Jawa Barat di Alun-alun Sumedang, Jumat (19/7/2024).  

Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana 

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Puluhan pasangan perajang dan "pangicis" tembakau bertarung dalam Lomba Rajang Tembakau, bagian dari acara Aroma Sendja Festival: Merayakan Kejayaan Tembakau Jawa Barat, yang berlangsung di Alun-alun Sumedang, Jumat-Sabtu (19-20/7/2024). 

Perajang bertugas mengiris daun-daun tembakau menjadi irisan tipis sesuai kategori lomba.

Pangicis, atau perempuan yang menemani perajang, bertugas untuk merapikan tembakau yang sudah diiris ke atas seseg atau tampah bambu berbentuk persegi panjang. 

Jika telah rapi, setelah melalui tahapan icis, tembakau dijemur di bawah terik matahari. Namun, karena ini lomba, proses jemur tidak dinilai. 

Pada Jumat sore, tujuh pasangan dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat mengikuti lomba rajang kategori "semi mole", yaitu merajang tembakau dengan irisan di atas ukuran helai rambut, atau sekitar 1-2 milimeter. 

Tampak mereka sangat serius. Yang perempuan menyiapkan tembakau dengan cara membua daunnya agar tidak ada terlipat, kemudian ditumpuk hingga setebal kepalan tangan.

Oleh perajang, tembakau yang rapi itu digulung, kemudian dijepit pada bingkai rajang, ujung gulungan tembakau diiris dengan pisau rajang yang tipis namun tajam.

Baca juga: Kebupaten Sumedang Jadi Patron Industri Tembakau di Jawa Barat

Ketua Asosiasi Petanni Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat, Suryana, mengatakan ada tiga kategori lomba rajang: mole, semi mole, dan keretek atau shag tobacoo. 

"Jumlah peserta ini 48 orang, terbagi pada tiga bidang. Mole ada 32 pasang, Semi Mole 7 pasang, dan nanti Rajang Keretek. Mole seperti rambut, Semi Mole 1-2 milimeter, dan tembakau shag atau keretek 2 milimeter-0,5 cm," kata Suryana kepada Tribun Jabar.id.

Peserta lomba rajang berasal dari 8 kabupaten di Jawa Barat, yaitu dari Pangandaran, Garut, Tasikmalaya, Majalengka, Sumedang, Subang, Bandung Barat, dan Kabupaten Bandung. 

"Setiap peserta diberi 10 kilogram daun yang harus dikerjakan dalam sejam. Ini lebih antusias dari tahun kemarin. Bahkan dari Jawa Timur juga ingin ikut serta, tapi lomba ini kan khusus lokal Jawa Barat," katanya. 

Suryana berharap semoga ada pengakuan bahwa tembakau di Jawa Barat eksis dan banyak.

"Diakui atau tidak petani tembakau adalah pahlawan devisa, karena mereka membayar pajak dan cukai ke negara," katanya. 

Mamah (47) petani tembakau asal Kecamatan Jatinunggal ikut dalam lomba. Dia mengaku baru pertama kali ikut.  

"Seru ya, baru sekarang ini," katanya.

Baca juga: Labolatorium Tembakau di Sumedang Diharapkan Picu Produk Turunan yang Beragam 

Eye (60), perajang tembakau asal Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, juara dalam lomba rajang tembakau kategori mole. 

Eye baru tahun ini terlibat dalam lomba itu.

"Baru tahun ini langsung juara, alhamdulillah mengembangkan bakat," katanya. 

Dia ditemani istrinya dalam lomba itu.

Dia merajang, istrinya menjadi pangicis. Namun, suasana lomba dengan banyak orang yang menyaksikan sedikit membuatnya tegang. Suasana itu berbeda dengan ia bekerja merajang tembakau sendiri di rumah. 

"Di rumah sepi, enak. Di sini tegang, tambah diwaktu," katanya. 

Eye bukan kemarin sore belajar merajang. Merajang tembakau memang sulit untuk dipelajari autodidak. Itu harus diwariskan. 

"Dapat ilmu dari orang tua. Mulai belajar merajang dari umur 12 tahun," kata Eye.  

Eye masih merajang tembakau hingga usianya kini. Di rumahnya, jika ada daun yang harus dirajang, dalam semalam, harus terajang 50 kilogram tembakau

"Maksakeun (memaksakan diri) sampai siang. Dari jam 12 malam sampai jam 11 siang. Ngeureut (rajang) sendiri, bojo (istri) ngicis," katanya.

Kepala UPTD Agribisnis Tembakau Sumedang, Dadi Runadi, mengatakan ada tiga lomba yang digelar dalam Aroma Sendja Festival. 

Selain lomba rajang tembakau juga ada lomba meramu tembakau dan lomba melinting tembakau.

Lomba Rajang dilaksanakan pada hari pertama festival, yakni Jumat (9/7/2023). Dua lomba lain dilaksanakan pada Sabtu, hari terakhir festival. 

Baca juga: Festival Tembakau "Aroma Sendja" digelar di Alun-alun Sumedang Dua Hari

"Lomba meramu itu, nanti diberi tembakau beragam jenis kemudian diramu. Yang dinilai adalah rasanya. Kemudian lomba linting (tingwe), nanti diberi tembakau dari panitia, kemudian diberi alat linting, lomba dimulai dengan batas waktu," kata Dadi.

Semua lomba ada hadiahnya. Namun, esensi dari lomba-lomba itu bukan hadiah, melainkan edukasi untuk umum, khususnya pelaku usaha tembakau

"Merajang ini workshop edukasi untuk petani. Output-nya bagaimana standar kualitas bahan baku yang baik. Sebab, itu jadi bahan baku untuk industri. Para petani memang setiap hari merajang, tapi standar merajang yang baik bisa dilihat di sini, ini jadi edukasi buat petani pengolah di Sumedang, umumnya di Jawa Barat," katanya. 

Menurutnya, tembakau bukan saja urusan budi daya (perkebunan) melainkkan juga pengolahan. Jika budi daya bagus tapi rajangan kurang bagus, hasilnya kurang bagus juga sebagai produk tembakau. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved