Gempa di Garut

Waspada, Gempa di Garut Jadi Peringatan Ada Sumber Gempa Lain yang Merusak, Tak hanya Megathrust

Gempa bumi yang berada di titik selatan Jawa Barat menjadi peringatan adanya karakteristik sumber gempa lain yang merusak selain megathurst

BMKG
Peta gempa yang terjadi di Garut, Sabtu (27/4/2024) malam. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung atau ITB, Prof Irwan Meilano menyebut gempa bumi yang berada di titik selatan Jawa Barat menjadi peringatan adanya karakteristik sumber gempa lain yang merusak selain megathurst yang berpotensi timbulkan tsunami.

Menurutnya, guncangan gempa selatan Jabar yang terjadi Sabtu (27/4/2024) hampir dini hari berlokasi di laut terasa di sejumlah wilayah Jabar dengan magnitudo 6,2 sampai terasa ke Jabodetabek.

"Sebelumnya kan telah ada gempa di lokasi yang mirip dengan lokasi bencana akhir pekan lalu itu, salahsatunya gempa pada 2 September 2009 dengan magnitudo 7,3. Gempa 27 April lalu terjadi di bagian dalam dari lempeng yang masuk, bukan di bidang atasnya. Dan, gempa di dalam lempeng memiliki beberapa karakteristik yang berbahaya, salah satunya lokasi lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar. Berbeda dengan megathrust yang lebih selatan (lebih jauh dari daratan)," ujarnya, Selasa (30/4/2024) dari keterangan tertulis.

Baca juga: Empat Rumah di Purwakarta Rusak Imbas Gunjangan Gempa Dahsyat di Garut

Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu pun menambahkan, hal ini menjadi peringatan penting bahwa ada karakteristik sumber gempa lain di selatan Jabar.

"Gempa yang kemarin itu merupakan sumber gempa lain dan memberikan dampak kerusakan yang signifikan," ucapnya.

Terkait durasi gempa yang terasa lama di sejumlah wilayah Kota Bandung, Irwan menjelaskan, salah satu faktornya karena lapisan tanahnya yang lunak.

"Ini karakteristik yang khas dari Kota Bandung karena dibangun dari sedimen, ada sedimen danau dan sungai yang menambah durasi dari goncangan. Kalau belajar dari gempa 2009, bahkan ada beberapa kerusakan yang terjadi di bagian utara Kota Bandung. Gempanya di selatan, di selatan Bandung tidak terdampak tapi di utara Bandung yang seharusnya lebih jauh justru mengalami dampak. Itu karena karakteristik lokal yang ada di beberapa wilayah Kota Bandung," katanya.

Saat ini, lanjutnya, di Indonesia ada dua teknologi pendeteksi tsunami. Pertama, berbasiskan deteksi gempa bumi. Kedua, melalui verifikasi kenaikan muka air laut.

"Kalau kedua instrumentasi tersebut berjalan realtime, maka bisa mendeteksi tsunami dengan sangat baik," ujarnya.

Dia pun menyampaikan, terkait potensi gempa di Indonesia, masyarakat perlu untuk memahami kondisi rumah apakah rumah sudah cukup baik untuk menahan goncangan gempa atau belum. Pasalnya, di beberapa daerah, kualitas bangunannya kurang dipersiapkan untuk itu.

"Tidak perlu panik. Kita harus tetap menyadari bahwa sangat mungkin di waktu yang tidak diketahui kita akan mengalami gempa. Masyarakat perlu untuk memahami potensi resiko goncangan di lingkungan sekitar dan evakuasinya. Evakuasi baru bisa dilakukan setelah goncangan selesai. Jika diperlukan evakuasi, seperti kalau ada bagian rumah yang rusak, maka harus tahu lokasi evakuasi," katanya.

Baca juga: "Clear, Tak Ada yang Mengungsi" Kata Kapolsek Bantarujeg tentang Dampak Gempa Garut di Majalengka

Pemerintah perlu untuk meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat dengan program-program yang relevan. Pemerintah pun harus konsisten menerapkan perencanaan pembangunan yang mulai mengatur potensi bencana, seperti membuat zona-zona kebencanaan secara khusus.(*)

#TribunBreakingNews

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved