Bumbu Rujak Ambu, Resep Warisan Emak Asli Bandung, Modal Rp 200 Ribu Kini Bisa Rekrut Para Tetangga

Bumbu Rujak Ambu, produk UMKM yang ditekuni Siti Jamilah kini digemari konsumen Bandung hingga luar negeri. Bumbu Rujak Ambu berdayakan para tetangga.

|
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Kisdiantoro
Dok Bumbu Rujak Ambu
Bumbu Rujak Ambu, produk UMKM yang ditekuni Siti Jamilah kini digemari konsumen Bandung hingga luar negeri. Bumbu Rujak Ambu berdayakan para tetangga. Produk ini juga dipasarkan di Pasar Kreatif Badung dengan menggunakan QRIS BRI sebagai alat pembayaran nontunai. 

Menjadi pelaku Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) dia jajal karena dia tak ingin selamanya menjadi seorang pegawai. Dia juga memiliki mimpi besar agar bisa membangun ekonomi keluarga mejadi lebih baik, dan anak-anak bisa mendapatkan pendidikan layak hingga ke perguruan tinggi.

Pada 2013, Siti bersama ibu-ibu rombongan pengajian hendak berwisata religi ke Masjid Kubah Emas Depok, Jawa Barat.

Siti teringat ibunya, Imas Ratnawati (59) di Soreang yang berjualan rujak. Dia kemudian membawa rujak yang dikemas dalam kemasan gelas, layaknya minuman.

"Momennya mungkin pas. Lagi panas, makan rujak (buah), wah seger. Mereka bilang bumbunya enak. Sejak saat itu banyak yang pesan bumbu rujak," ujarnya.

Sepualang dari wisata religi, Siti bermimpi bisa jualan bumbu rujak yang bisa dititipkan ke supermarket atau toko online.

Sejak saat itu, dia mulai memikirkan nama dan mengurus sertifikat pangan industri rumah tangga (PIRT) dan sertifikat halal.

Mengapa menggunakan brand "Bumbu Rujak Ambu"? Siti menjelaskan, resep bumbu rujaknya itu adalah resep dari ibunya. Maka untuk mengingatnya, dia memakai nama "Bumbu Rujak Ambu."

Nama itu membawa berkah. Sebab, peminatnya semakin bertambah. Komen-komennya pun positif. Tentu Siti tak menolak jika ada kritik demi produknya semakin baik dan diterima pasar.

Berbarengan dengan mengurus PIRT dan sertifikat halal, Siti juga blusukan kepada para petani. Tujuannya agar dia mendapatkan bahan-bahan dengan grade nomor satu atau sesuai dengan standar Siti.

Dia bekerjasama dengan petani untuk menanam kecombrang sebagai bahan khas Bumbu Rujak Ambu.

Siti juga mendatangi para petani gula aren di Cianjur Selatan. Dari tiga jenis gula aren, kuring, merah, dan hitam, Siti memakai gula aren merah.

"Alhamdulillah untuk bahan-bahan sudah ada pemasoknya dan barangnya bagus," ujarnya.

Sebelum itu, Siti pernah tertipu. Seorang pemasok gula aren menawarkan barang dengan kulitas bagus. Namun begitu datang, barang tak sesuai sampel. Barangnya buruk. Kiriman gula aren sebanyak satu kwintal itu akhirnya dipakai untuk ekoensime.

Kerja keras Siti Jamilah dibantu suaminya, Cecep Moch Fitriadi (44), yang rela mondar mandir mengirim pesanan di tengah kesibukan sebagai pegawai perusahaan swasta, membuahkan hasil. Usaha Bumbu Rujak Ambu yang semula bermodalkan uang Rp 200 ribu, kini dalam sebulan bisa beromzet hingga 25 juta, bahkan bisa sampai Rp 80 juta jika sedang ramai pesanan.

Bumbu Rujak Ambu, produk UMKM yang ditekuni Siti Jamilah kini digemari konsumen Bandung hingga luar negeri. Bumbu Rujak Ambu berdayakan para tetangga. Produk ini juga dipasarkan di Pasar Kreatif Badung dan memanfaatkan QRIS BRI sebagai alat pembayaran.
Bumbu Rujak Ambu, produk UMKM yang ditekuni Siti Jamilah (kanan) kini digemari konsumen Bandung hingga luar negeri. Bumbu Rujak Ambu berdayakan para tetangga. Produk ini juga dipasarkan di Pasar Kreatif Badung dan memanfaatkan QRIS BRI sebagai alat pembayaran. (Dok Bumbu Rujak Ambu)

Belajar di Rumah BUMN dan Manfaatkan QRIS BRI

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved