Kisah Jatuh Bangun Cucu Kholid Kembangkan Usaha Gurilem Edun: Hidup Bukan Sekadar Cari Uang . . .
Usaha Gurilem Edun, yang telah berdiri sejak 1979, masih terus bertahan meskipun dalam proses produksinya masih menggunakan alat-alat konvensional.
Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Hermawan Aksan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - "Ketika mulai usaha, pasti selalu ada kekurangan, kesalahan, dan kegagalan. Itu yang menjadi ilmu. Ketika ada masalah pun tetap semangat, jangan menyerah."
Itulah kalimat yang diungkapkan oleh Cucu Kholid, pemilik usaha Gurilem Edun yang berada di Cihamerang, Banjaran Wetan, Kabupaten Bandung.
Usaha Gurilem Edun, yang telah berdiri sejak tahun 1979, masih terus bertahan meskipun dalam proses produksinya masih menggunakan alat-alat konvensional.
Dalam memulai usaha ini, Cucu pun mengalami proses jatuh bangun dan tidak instan untuk bisa dikenal dan bertahan.

Di usia senjanya sekarang, ia justru menikmati setiap proses yang ia lalui dan merasa senang bisa membantu warga sekitar.
"Namanya usaha pasti ada kesulitan dan ilmu itu didapatkan berangkat dari kesulitan tersebut," ucapnya.
Ketika mulai usaha, banyak orang yang berpikir untuk bisa mendapatkan modal yang cukup banyak sehingga memudahkan usahanya.
Namun berbeda dengan Cucu Kholid yang justru mulai usaha dengan modal seadanya.
"Permodalan harus lepas dari bank. Saya bisa zakat Rp 10 juta per bulan dan ini berkat permodalan enggak pakai bank sampai sekarang," kata Cucu.
Menjelang Hari Raya Idulfitri, produksi gurilem pun kian digenjot untuk memenuhi permintaan yang cukup tinggi.
Cucu pemilik Gurilem Edun, Izhari, mengatakan, saat Ramadan, pembelian gurilem memang tidak ramai, berbeda halnya menjelang Lebaran.
“Jelang lebaran, kami menyetok barang banyak karena biasanya penjualan justru membeludak,” kata Izhari saat ditemui di pabrik gurilem, Jumat (5/4/2024).
Izhari mengatakan, saat lebaran justru pembeli ramai berdatangan ke pabrik untuk membeli gurilem secara langsung.
Biasanya gurilem ini juga banyak dibeli oleh masyarakat sebagai oleh-oleh di kampung halamannya.
“Banyak orang sini yang merantau, pas pulang kampung bawa oleh-oleh kerupuk gurilem untuk dibawa,” kata Izhari.
Untuk memenuhi permintaan konsumen, Izhari mengatakan proses produksi oun ditingkatkan 40-50 persen.
Dalam proses produksinya, Gurilem Edun ini membutuhkan hingga 1 ton tepung tapioka untuk membuat gurilem ini.
Izhari menjelaskan gurilem ini dimasak menggunakan pasir, sehingga kualitas rasa kerupuknya lebih gurih.
“Dari adonan tepung tapioka ini dikeringkan dahulu, lalu disangrai menggunakan alat, lalu diberi bumbu dan dikemas dalam plastik kecil,” kata Izhari.
Sejak awal berdiri, proses membuat gurilem ini sudah menggunakan metode memasak dengan pasir.
Uniknya lagi untuk harganya pun tidak berubah yaitu Rp 500 dalam bentuk kemasan plastik kecil.
Dari usaha ini, Izhari mengatakan jika sang kakek selalu berpesan untuk bisa terus menghidupi warga sekitar.
"Hidup itu bukan hanya sebatas mencari uang dan bisnis. Tapi harus ingat ini ikhtiar kakek yang harus dilanjutkan dalam menghidupi banyak orang," ucapnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.