Berita Viral

Kisah Rojai Lulusan Aliyah Petani Sukses di Cirebon, "Modal" Feses & Urine Sapi, Bangun Laboratorium

Begini kisah Rojai petani lulusan SMA yang kini sukses, modal feses dan urine sapi.

|
Kompas
Rojai menunjukan urin sapi di dalam gentong di kandang ternaknya di tengah area persawahan di Desa Tegalkarang Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon, Rabu (13/3/2024) siang. Kotoran urin sapi yang baru keluar ini akan difermentasi lalu dibuat pupuk organik cair.(MUHAMAD SYAHRI ROMDHON/ Kompas.com) 

"Banyak petani kelompok kami kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Sedangkan tanaman yang tidak dipupuk itu tidak berbuah."

"Dari situ saya diberi kesempatan Dinas Pertanian untuk mengikuti pelatihan mengolah limbah ternak," kata Rojai kepada Rabu (13/3/2024) siang, dikutip dari Kompas.com.

Meski hanya tamatan sekolah Aliyah -setingkat SMU-, dia belajar dengan banyak petani, instansi pemerintah, hingga profesor dalam berbagai pelatihan.

Baca juga: "Beri Saya Keadilan" Pilu Ibu di Bangkalan Soal Kepala Bayinya Tertinggal di Rahim saat Lahiran

Bangun laboratorium

Beberapa bulan lalu, Rojai yang merupakan Ketua Gapoktan Tani Makmur Desa Tegalkarang ini bekerjasama dengan tim Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kabupaten Indramayu.

Diketahui, mereka membangun laboratoirum Agen Pengendali Hayati (APH).

Rojai pun mulai membuat zat aktif untuk pengurai bakteri yang juga sekaligus pengusir hama.

Ia memelajari dan menghasilkan trichoderma, painibacillus, probiotik, dan lainnya, yang bermanfaat untuk mempercepat proses pembuatan pupuk dan juga pestisida pengusir hama. Di labolatorium ini juga, Rojai membuat cairan belerang, yang dipadukan dengan garam, soda api dan lainnya untuk membunuh hama tikus.

"Saya berusaha tidak bergantung pada pabrikan, untuk mengolah feses padat dan cair kan butuh fermentasi, fermentasi butuh probiotik."

"Alhamdulillah kami buat probiotik sendiri yang bahannya dari isi rumen, ditambahkan enzim bromelain dan enzim papain," ujar Rojai.

Pertanian berkelanjutan

Lebih lanjut, soal kelengkapan amunisi organik ini, Rojai berhasil memutuskan ketergantunganya dari bahan-bahan kimiawi pabrikan.

Pasalnya sejak tahun 2017 hingga hari ini, dia tidak lagi yang membeli pestisida kimia. Bahkan, pola ini membuat tanah hasil semaian pupuk organik kian subur.

Rojai menyebut konsep pupuk organik sebagai yang konsep pertanian yang berkelanjutan. "Hasil uji lab pupuk Indonesia tahun kemarin, tanah pupuk organik saya pH nya 7, N nya tinggi, P nya tinggi."

"Hanya kalium nya yang rendah karena jerami hasil panen padi saya ambil untuk pakan ternak, tidak ditebar di tanah, tapi saya ganti dengan lainnya," kata Rojai.

Sumber: Kompas
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved