Jelang Ramadhan Warga Ciomas Panjalu Gelar Tradisi Nyepuh Untuk Membersihkan Diri dan Doakan Leluhur

Tradisi turun temurun yang diwariskan oleh para pendahulu, warga Tatar Galuh Ciamis memiliki banyak tradisi yang dilakukan khusus menjelang bulan Rama

Penulis: Ai Sani Nuraini | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNPRIANGAN.COM/AI SANI NURAINI
Melestarikan tradisi turun temurun sebelum Ramadhan, warga Ciomas Panjalu menggelar Tradisi Nyepuh, Jumat (8/3/2024) 

Laporan Wartawan TribunPriangan.com, Ai Sani Nuraini

TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS - Tradisi turun temurun yang diwariskan oleh para pendahulu, warga Tatar Galuh Kabupaten Ciamis memiliki banyak tradisi yang dilakukan khusus menjelang bulan Ramadan.

Nyepuh salah satunya.

Tradisi ini dilakukan dengan berziarah ke makam leluhur, menanam pohon, makan bersama hingga mengikat lidi yang dibawa ratusan warga.

Ha ini sebagai simbol untuk merekatkan persatuan dan persaudaraan menjelang bulan suci Ramadan.

Warga Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis ini masih sangat kuat dalam melestarikan budaya dan tradisi leluhur tersebut.

Ada beberapa prosesi yang dilakukan dalam kegiatan Nyepuh.

Pertama prosesi nyimpayan mengawali tradisi nyepuh, dimana ratusan batang lidi yang dibawa warga dikumpulkan untuk diikat menjadi satu, sebagai simbol merekatkan persatuan dan persaudaraan.

Nantinya, sapu lidi dari proses nyimpayan itu digunakan saat berziarah untuk membersihkan area makam dari dedaunan yang jatuh dari pohon.

Ratusan warga dari berbagai daerah di Kecamatan Panjalu ini kemudian berjalan kaki, berziarah ke makam Kyai Haji Panghulu Gusti yang dahulu menyebarkan agama Islam di tanah Sunda.

Setelah melaksanakan doa bersama dan bertawasul untuk kelancaran menjalankan ibadah puasa, secara bergantian pejabat, kepala desa dan warga Ciomas menaburkan bunga dan menyiramkan air dari sumber mata air geger emas.

Kepala Desa Ciomas, Devi Yulviana mengatakan, tradisi nyepuh mengandung makna membersihkan diri dan juga mendoakan leluhur.

"Tradisi tersebut juga telah turun temurun dan biasa dilaksanakan warga Ciomas setelah nisfu syaban atau menjelang bulan suci ramadan. Sebagaimana kita menyambut bulan suci Ramadan dalam hal mempererat silaturahmi khususnya warga Desa Ciomas. Nyepuh sendiri banyak yang mengartikan sebagai 'nyaangan, eunteung pikeun urang hirup' atau menerangkan, berkaca selama kita hidup," ujar Devi Yulviana melalui sambungan telepon, Jumat (8/3/2024).

Setelah prosesi tersebut, ratusan warga juga membawa berbagai jenis makanan yang disuguhkan dalam tradisi dengan syarat sumber atau asal-usul makanan tersebut harus jelas untuk pedoman perilaku yang baik dalam menjalani bulan suci Ramadan.

"Mereka atau para warga ini membawa makanan yang nantinya akan dimakan bersama-sama setelah kegiatan ini selesai. Makanan ini juga harus jelas asal usulnya darimana, nilai kandungan gizinya yang baik," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved