Berita Viral

Kisah Warga Jakarta di Sumbawa, Teriak-teriak dan Depresi Berat Karena Tak Bisa Nyoblos, Masih di RS

Begini cerita seorang warga Jakarta berinisial L (42) yang mengalami depresi karena tidak bisa mencoblos pada Pemilu 2024.

Istimewa
Begini cerita seorang warga Jakarta berinisial L (42) yang mengalami depresi karena tidak bisa mencoblos pada Pemilu 2024. 

TRIBUNJABAR.ID - Begini cerita seorang warga Jakarta berinisial L (42) yang mengalami depresi karena tidak bisa mencoblos pada Pemilu 2024.

Diketahui, L warga Jakarta ini tinggal di Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

L mengaku kehilangan KTP sehingga tidak bisa menggunakan hak suaranya di Pemulu 2024 ini.

Baca juga: Respons KPU soal Foto Nyeleneh Komeng di Surat Suara Caleg DPD RI, Sempat Memastikan Berkali-kali

Psiaket RSUD Sumbawa, Komang Triana Arya mengatakan L teriak-teriak dan depresi berat.

"Iya, benar, L teriak dan depresi berat dipicu tidak bisa nyoblos di hari pemungutan suara 14 Februari lalu,” kata Triana Arya saat ditemui, Jumat (16/2/2024), dikutip dari Kompas.com.

Masuk Rumah Sakit H-1 Pemilu

Komang Triana mengatakan, gangguan jiwa yang dialami L sudah parah.

L pun sempat teriak-teriak pada hari pemungutan suara.

Saat satu hari sebelum hari pencoblosan, L sudah dirawat dan tidak bisa pulang ke Jakarta karena KTP hilang.

“Kami sudah rawat lebih dari 3 hari. Bukan stres lagi, sakit dan depresi berat. Pencetusnya itu tidak bisa nyoblos,” jelasnya.

Baca juga: Viral Video Diduga Timses Caleg Ngamuk, Minta Kembalikan Uang Serangan Fajar, Bawaslu Buka Suara

Dikatakan, kondisi L berangsur membaik setelah mendapatkan perawatan intensif. Namun, dia belum bisa pulang.

Ia menyebutkan pelayanan kejiwaan terus mengalami peningkatan apalagi kondisi pasca-hari pemungutan suara.

Apabila ada caleg gagal, atau warga lainnya mengalami gangguan kesehatan mental, RSUD Sumbwa siap dilayani.

“Kami buka layanan 24 jam, silakan datang ada psikolog maupun psikiater, profesional siap melayani,” ujar dokter Komang.

Komang menambahkan, gangguan mental atau kejiwaan tidak boleh dibiarkan dan harus segera diobati.

Adapun dampaknya jika tidak ditangani segera bisa meningkat hingga gangguan jiwa berat psikotik seperti ada bisikan dan berhalusinasi.

“Ketika gangguan jiwa berat, pasien tidak bisa bedakan kenyataan dan imajinasi (khayalan),” tegasnya.

Ia memaparkan, pasien yang mengalami gangguan jiwa di RSUD Sumbawa cenderung meningkat. Hal itu bisa semakin bertambah pasca-pemilu 2024.

“Dalam satu bulan bisa ratusan pasien kami tangani. Kami juga belum tahu apakah ada peningkatan pas momen pemilu ini pasien karena hari pencoblosan baru dua hari selesai, tapi kemungkinan besar alami peningkatan,” pungkasnya.

Baca berita Tribun Jabar lainnya di GoogleNews.

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved