Mengenal Kerbau Marongge asal Sumedang yang Sedang Diteliti Unpad sebagai Ternak Unggul
Kerbau Marongge sendiri merupakan kerbau yang hidup dan berpopulasi di Desa Marongge, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Ravianto
Kerbau mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan sapi, karena ternak ini mampu hidup di kawasan yang relatif ‘sulit’ terutama bila pakan yang tersedia berkualitas rendah.
Dalam kondisi kualitas pakan yang tersedia relatif kurang baik, setidaknya pertumbuhan kerbau dapat menyamai atau justru lebih baik dibandingkan sapi, dan masih dapat berkembangbiak dengan baik.
Kerbau Marongge
Di Desa Marongge Kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang populasi kerbau cukup banyak dan telah menyatu dengan kondisi alam, sosial dan budaya setempat.
Kerbau ini mampu hidup pada kawasan yang relatif sulit terutama bila pakan yang tersedia berkualitas sangat rendah.
Untuk menjaga kulaitas genetik Kerbau Marongge antara lain adalah dapat dilakukan program seleksi dalam bangsa yang dapat dilaksanakan dalam kelompok peternak dengan ternaknya secara sederhana di pedesaan, tanpa catatan dalam bentuk recording di atas kertas melainkan catatan berulang yang dicatat dalam bentuk cap bakar pada tubuh ternak induk dan anaknya.
Satu catatan yang diperlukan adalah bobot sapi atau bobot pada sekitar 6-7 bulan.
Jika tidak ada timbangan dapat dilakukan dengan mengukur lingkar dada. Ukuran lingkar dada tidak perlu diterjemahkan ke dalam taksiran bobot badan. Ukuran ini hanya dipakai untuk membandingkan satu anak ternak (kerbau) dari yang lain dalam kelompok umur dan daerah yang sama.
Anak kerbau yang merupakan 10-20 persen terbaik ditetapkan sebagai bibit pilihan dan diberi cap bakar A seterusnya kelompok B adalah yang merupakan sisa yang berukuran di atas rataan kelompoknya.
Induk dari anak kerbau kelas A diberi cap A pula. Selanjutnya bibit pilihan jantan dan betina dijadikan calon pejantan dan induk untuk menghasilkan generasi selanjutnya.
Pemuliaan ternak berkelanjutan diimplementasikan dalam kesinambungan program dan tujuan pemuliaan yang paripurna secara terus menerus sehingga dihasilkan ternak yang berkualitas genetik tinggi dan responsif terhadap teknologi.
Berdasar literatur, kata Dudi, kegiatan pemuliaan ternak bertujuan untuk meningkatkan produktivitasnya serta berkaitan erat dengan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan dengan memperhatikan kesempatan peningkatan kesejahteraan dari ternak yang dimilikinya.
"Maka, program pemuliaan ternak erat kaitannya dengan aspek kebijakan pemerintah; Peran peternak; Infrastruktur (sarana-prasarana); Dan, kesesuaian genotipe dengan lingkungan sehingga sumberdaya ternak yang tersedia cocok dengan lingkungannya," katanya.
Di negara berkembang agraris seperti Indonesia, kerbau lumpur umumnya digunakan sebagai ternak kerja pengolah lahan. Hal ini dikarenakan kerbau mempunyai kekuatan dan daya tahan yang baik dalam bekerja.
Kerbau lebih baik dibandingkan sapi pada kondisi basah atau terendam air ditempat berlumpur sehingga kerbau dapat menarik bajak di tanah berlumpur dan dalam kondisi tertentu cocok untuk ternak kerja.
"Tujuan pemuliaan yang mungkin dapat dirumuskan adalah mendapatkan kerbau lumpur yang unggul sebagai tenaga pengolah lahan pertanian," katanya.(*)
Laporan Kontributor TribunJabar.id, Kiki Andriana
Kemenkum Jabar Gelar Penyuluhan Hukum, Kenalkan Paralegal Justice Award dan Posbakum di Sumedang |
![]() |
---|
Sambut Hari Kemerdekaan, PLN UP3 Sumedang Pastikan Listrik Andal dan Aman |
![]() |
---|
Sinergi PLN UP3 Sumedang dan Pemkab, Tingkatkan PAD dan Kualitas Layanan untuk Masyarakat |
![]() |
---|
Jelang Hari Kemerdekaan, PLN dan Polres Sumedang Kolaborasi Amankan Jaringan Listrik |
![]() |
---|
Janji Dedi Mulyadi Buat Transportasi Publik Terintegrasi di Bandung hingga Sumedang, 2 Tahun Lagi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.