Pariwisata Kepri Aman

Wisata Budaya: Keunikan Sejarah Pulau Dendun di Bintan, Dulu Bernama Dandan

Sejarah pemberian nama tersebut diberikan oleh sekelompok pelaut yang kebetulan singgah di pulau tersebut pada waktu itu memasak menggunakan dandang

|
Editor: Hilda Rubiah
tribunbatam/Endra Kaputra
Desa Dendun, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan. 

Tok Ibrahim memimpin pulau Dendun dari tahun 1945 sampai tahun 1960

Pada tahun 1960 dengan pergantian kepemimpinan berganti juga nama kepemimpinan yang tadinya “Sadar Penghulu” menjadi “RK” (Rukun Kampung) yang ditunjuk langsung oleh Camat Bintan Timur. RK (Rukun Kampung) yang di tunjuk bernama Karim Yasin pada tahun 1961 sampai dengan tahun 1971

Pada tahun 1971 berakhir masa kepemimpinan RK (Rukun Kampung) Karim Yasin ditunjuk pengganti bernama Karim Saleh.

Dengan kepemimpinan RK Karim Saleh Pulau Dendun di mekarkan pada tanggal 22 September 2006 Karim Saleh memimpin Pulau Dendun dari Tahun 1971 sampai dengan tahun 2008.

Dengan pemekaran tersebut status pulau dendun menjadi Desa Dendun yang di pimpin oleh Plt Kepala Desa bernama Bapak Yan.

Pada tanggal 12 Juli 2008 Desa Dendun melaksanakan pemilihan kepala desa untuk yang pertama kalinya yang dipilih secara langsung oleh Masyarakat melalui Pilkades dengan jumlah calon saat itu sebanyak dua orang yaitu Bapak Azman dan Bapak Badrun.

Dalam pemilihan kepala desa tersebut di menangkan oleh Bapak Azman, yang kemudian dilantik oleh Bupati Bintan pada tanggal 14 Agustus 2008 untuk menjadi Kepala Desa Dendun secara definitive.

Hingga sampailah saat ini Kepala Desanya dijabat oleh seorang perempuan bernama Eva.

Kades Eva yang merupakan putri asli kelahiran Dendun ini menyebutkan, status pekerjaan warganya mayoritas nelayan.

“Kalau yang pegawai negeri ada hanya sebagai guru saja. Sisanya sebagai wiraswasta dan Ibu rumah tangga,” ujarnya.

Desa Dendun hanya memiliki dua sekolah saja. Taman Kanak-kanak bernama Negeri Pembina dan SD Negeri 002.

Untuk melanjutkan jenjang SMP dan SMA, harus menyebarang ke Mantang atau Kijang.

“Ada juga yang SMP atau SMA hingga kuliah memilih di Tanjungpinang. Bisanya anak anak memilih ngekos. Pas waktu libur baru pulang ke sini lagi,” ucap wanita kelahiran 1983 itu.

Sumber: Tribun Batam
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved