Sosok Joel Kojo, Pahlawan Idonesia, Berkat Golnya Gendong Justin Hubner Cs ke Babak 16 Besar

"Kamu goat bro makasih ya bang lu keren parah gua ngefans sama lu sejak kecil bang," tulis netizen lain.

Saking banyaknya komentar di akun Instagramnya, Joel Kojo sampai memilih untuk membatasinya.

Bukan hanya komentar saja yang mewarnai akun Instagram Joel Kojo, akun yang belum bercentang biru itu kini mendapat tambahan puluhan ribu pengikut.

Semula, pada Jumat dinihari Instagram Joel Kojo diikuti sekitar 22 ribu pengikut. Namun pada pagi harinya, per pukul 09.00 WIB, pengikutnya naik signifikan menjadi 92 ribu pengikut.

Pada unggahan terbarunya, ia mendapat lebih dari 63 like dari pengguna Instagram.

Pemain Kirgizstan ini mengaku gol yang ia cetak tak lepas dari bantuan dari rekan-rekannya di lapangan.

Ia tetap merendah dan mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukungnya.

"Semua puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, staf pelatih, para pemain, dan para penggemar untuk semua momen ini. Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada kalian semua Alga Kyrgyzstan Siiuuuuuuu Vamos," tulis Joel Kojo.

Sebelumnya, Joel Kojo mendapat penghargaan pemain terbaik pada laga melawan Oman.

Meski menjadi satu-satunya pemain yang mencetak gol untuk Kyrgyztan, di satu sisi ia juga mengungkapkan kesedihannya karena timnya tidak lolos ke babak 16 besar.

"Kami berusaha untuk menang dan lolos, tapi sayangnya itu tidak terjadi. Kami kekurangan banyak pemain karena cedera dan beberapa dari mereka tersingkir di pertandingan sebelumnya."

"Kami mencoba untuk memberikan yang terbaik, namun keadaan tidak berjalan sesuai keinginan. Saya berharap agar Kirgizstan bisa kembali kuat di kompetisi mendatang," pungkasnya, dikutip dari Qatar News Agency.

Sosok Joel Kojo Sang Pahlawan

Kojo adalah pemain hasil naturalisasi. Ia menjadi warga negara Kyrgyzstan setelah merumput di Kyrgyzstan Premier League selama lebih dari lima tahun

Aslinya, Kojo berasal dari Ghana. Penyerang dengan tinggi badan 174 sentimeter ini lahir di Accra, 21 Agustus 1988.