Pengamat Politik Unpar soal Debat Cawaspres, Soroti Beberapa Isu yang Tidak Terjawab

Pengamat politik dari Unpar, Kristian Widya Wicaksono, menyoroti sejumlah topik yang tidak terjawab oleh masing-masing cawapres dalam debat.

|
Penulis: Nazmi Abdurrahman | Editor: Giri
KPU
Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD dalam debat cawapres yang berlangsung Jumat (22/12/2023) malam. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pengamat politik dari Unpar, Kristian Widya Wicaksono, menyoroti sejumlah topik yang tidak terjawab oleh masing-masing cawapres dalam debat yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Jumat (22/12/2023) malam. 

Dalam debat tersebut para cawaspres dihadapkan pada tema berkaitan dengan keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur, dan perkotaan.

"Debat calon wakil presiden cukup menarik, meskipun respons yang disampaikan oleh para calon terkadang tidak menjawab pertanyaan yang diajukan," ujar Kristian saat dihubungi, Jumat malam.

Kristian mencontoh soal ide cawapres nomor urut satu, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang akan membangun 40 kota setara Jakarta. 

Menurutnya, ide itu tidak diperinci dengan pembangunan kawasan kota yang terintegrasi untuk permukiman, pendidikan, convenience store dan perkantoran dalam satu wilayah yang memperpendek mobilitas warganya, sehingga dapat menekan penggunaan alat transportasi beremisi karbon. 

"Tidak disentuh juga misalnya isu pembangunan gedung ramah lingkungan yang hijau dan hemat energi. Artinya, memang isu city governance ini belum diadopsi secara utuh ke dalam program yang akan dikampanyekan oleh masing-masing cawapres," katanya. 

Baca juga: TKD Prabowo-Gibran Cianjur Yakin Keraguan Masyarakat Hilang Setelah Saksikan Debat Cawapres

Umumnya program yang diusulkan para calon ini, kata dia, masih bersifat operasional.

Misalnya, pembangunan 40 kota setara Jakarta dengan optimalisasi infrastruktur yang sudah tersedia. 

"Tentunya dalam lima tahun, hal ini tidak mudah untuk diwujudkan. Mungkin dalam lima tahun ini baru pada level perencanaan dan komunikasi rancangan program untuk memastikan dukungan publik saja," katanya. 

Terkait isu konsistensi penegakan hukum, Kristian menilai bahwa program itu hanya retorika. 

"Misalnya ide tentang political will untuk menegakkan hukum guna memerangi korupsi. Retorika seperti ini selalu berulang-ulang dari waktu ke waktu tetapi secara nyata kita bisa melihat bahwa tidak mudah memastikan penegakkan hukum bisa konsisten dalam pelaksanaannya," ucapnya. 

Kristian juga menyoroti gestur dan retorika dari para cawaspres, seperti cawaspres Nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka yang dianggap tampil percaya diri sebagai cawapres muda. 

"Cawapres nomor urut 2 tampil cukup percaya diri. Retorika yang disampaikan menyentuh kata kunci yang beragam sehingga tampak komprehensif dan holistik," katanya. 

Baca juga: Pendukung Nilai Mahfud MD yang Paling Piawai Saat Bertanya dan Menjawab Dalam Debat Cawapres

Bahkan, kata dia, anak sulung Presiden Joko Widodo ini pun menyampaikan pertanyaan yang dinilainya di luar dugaan. 

"Seperti bagaimana menciptakan regulasi mengenai pengurangan emisi gas karbon (carbon capture and storage) dan peningkatan indeks SGIE (state of the global islamic economy) yang belum bisa direspons secara optimal oleh cawapres yang lainnya," ucapnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved