Harga Kedelai Meroket Tak Terkendali, Perajin Tempe di Purwakarta Terpaksa Perkecil Ukuran Tempe

Pedagang terpaksa menyiasati produksi mereka dengan cara mengurangi ukuran tempe yang akan didistribusikan ke pasar. 

|
Penulis: Deanza Falevi | Editor: Kemal Setia Permana
Tribun Jabar/Deanza Falevi
Sujoyo (53), perajin tempe di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mengeluhkan tingginya harga kedelai yang meroket. 

Laporan Wartawan Tribunjabar.id, Deanza Falevi

TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Perajin tempe di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, tetap melanjutkan kegiatan produksi meski harga kedelai kini meroket.

Pedagang terpaksa menyiasati produksi mereka dengan cara mengurangi ukuran tempe yang akan didistribusikan ke pasar. 

Salah seorang perajin tempe, Sujoyo (53), menyebutkan bahwa di Purwakarta harga kedelai memang mengalami lonjakan tinggi dimana kini harganya sudah menyentuh Rp13.000 per kg.

"Sebelumnya bisa di harga Rp10.500, sekarang naik hampir jadi Rp13.000 per kg atau Rp130 ribu per kuintal," ujar Sujoyo ditemui di tempat produksinya di Jalan Kampung Lodaya, Kelurahan Nagri Kidul, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Selasa (14/11/2023).

Menurut Sujoyo, kondisi ini menyebabkan pendapatannya mengalami penurunan meskipun tetap memilih untuk melanjutkan produksi tempe.

Ia mengaku pernah mogok produksi, namun hal itu seperti tak berguna karena tidak ada yang peduli.

"Pemerintah pun tidak memberikan solusi atau bantuan. Jadi kami rugi sendiri. Yah, sekarang mending dilanjutkan produksi aja, hanya dikurangi sedikit ukuran tempe yang dipasarkan nanti," katanya.

Adapun ukuran tempe yang dikurangi, menurut Sujoyo, yakni ukuran berat dan panjang.

"Ada berat yang 10 kg, kami kurangi jadi 9,5 kg. Lalu panjang juga yang tadinya 10 cm, jadi 8 cm. Kalau harga tempe dinaikkan, banyak konsumen yang engga mau, jadi lebih baik mengurangi ukuran tempenya saja," katanya.

Sujoyo yang sudah jadi perajin tempe sejak tahun 1997, berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi gejolak kenaikan harga kedelai impor agar dapat kembali stabil.

Sebab menurutnya masih ada karyawan yang harus ia pekerjakan dan dibayar.

"Karena mereka kan juga perlu menafkahi keluarga," ujar Sujoyo. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved