El Nino Sebabkan Kemarau Panjang, Peneliti BRIN Sarankan Petani Ganti Tanaman Padi dengan Ini

Efek El Nino bagi dinamika atmosfer Indonesia, salah satunya hujan yakni memang secara tak langsung berdampak pada terjadinya musim kemarau panjang

cikwan suwandi/tribunjabar
Sawah terdampak kekeringan akibat rusaknya saluran tersiser di wilayah Tempuran, Karawang, Kamis (24/8/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Peneliti ahli utama pusat riset iklim dan atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan menyarankan petani untuk mengantisipasi dampak El Nino dalam sektor pangan.

Eddy menyebut petani mesti mengganti tanaman padi ke pajale (padi ganti jagung dan kedelai), karena tanaman itu tak memerlukan banyak pasokan air.

"El Nino yang cukup panjang sampai akhir tahun ini kita mesti waspada atau yang harus diperhatikan ialah daerah monsunal, di mana daerah yang mengalami curah basah dan kemarau, sehingga pandai-pandai penghematan pemakaian air," katanya, Minggu (10/9/2023) dari keterangan tertulis BRIN.

Dia menambahkan, efek El Nino bagi dinamika atmosfer Indonesia, salah satunya hujan yakni memang secara tak langsung berdampak pada terjadinya musim kemarau yang cukup panjang dari kondisi yang normalnya.

Baca juga: Balai Besar Pengujian Padi Subang Siapkan Bibit Tahan Cuaca, Perkuat Ketahanan Pangan Saat El Nino

Tetapi, ada pula kebaikannya, yakni penurunan suhu permukaan laut sebagaimana la nina.

"El Nino itu indikasi atau tanda naiknya suhu permukaan laut dikenal dengan sebutan sea surface temperature, tepatnya berada di center Samudera Pasifik yang sebabkan kawasan itu menjadi pusat konveksi yang sangat kuat dan menjadi pusat tekanan rendah," ujarnya.

Fenomena El Nino, katanya, pernah terjadi pada 1962, 1963, 1972, 1973, 1982, 1983, 1997, 1998, 2015, dan 2016. El Nino berdampak pada musim kemarau yang panjang dari kondisi normalnya.

"Dengan adanya el nino otomatis kawasan pusat dari lautan pasifik itu menjadi pusat tekanan rendah, konsekuensinya adalah awan-awan yang ada di benua maritim Indonesia itu yang mengakibatkan juga kumpulan awan-awan yang berada di Samudera Hindia yang terbentuk," ujarnya.

Eddy menjelaskan, dengan hadirnya el nino awan-awan tadi hanya menumpang lewat saja, sehingga tidak terjadi hujan dan akan kekurangan curah hujan yang dikenal sebagai kemarau. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved