Deklarasi Anies Muhaimin
FAKTA Sejarah Hotel Majapahit Lokasi Deklarasi AMIN dari Charlie Chaplin sampai Insiden Hotel Yamato
Hotel Majapahit yang akan digunakan untuk deklarasi itu sendiri merupakan hotel bersejarah yang terletak di Jalan Tunjungan, Surabaya.
TRIBUNJABAR.ID, SURABAYA - Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar menerima pinangan Partai NasDem untuk diduetkan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024.
Pasangan Anies Baswedan-Cak Imin ini selanjutnya akan mendeklarasikan AMIN untuk bersaing di Pilpres 2024.
Rencananya, deklarasi AMIN akan dilakukan di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9/2023) sore ini.
Sebelum menggelar deklarasi, Cak Imin lebih dulu minta restu pada ibundanya, Nyai Hajah Muhassonah Hasbullah.
Setelah meminta restu ibunda, Cak Imin selanjutnya berziarah ke makam keluarga dan kakeknya yakni ulama besar sekaligus pejuang dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Bisri Syansuri atau Mbah Bisri di kompleks Ponpes Mambaul Maarif, Denanyar, Kabupaten Jombang, Jatim.
Sementara Anies Baswedan, tadi pagi dia masih berada di Tasikmalaya mengunjungi Pasar Cikurubuk.

Berita Anies di Pasar Cikurubuk bisa dibaca lewatlink ini.
Setelah dari Tasikmalaya, Anies Baswedan akan langsung ke Surabaya untuk menghadiri deklarasi AMIN.
Kepastian deklarasi AMIN akan digelar di Hotel Majapahit sudah dijawab oleh AKBP Toni Kasmiri selaku Kabag Ops Polrestabes Surabaya, di mana pihaknya telah menerima surat pemberitahuan yang dibuat Partai NasDem.
Baca juga: Pernyataan Capres Anies Baswedan Soal Situasi Panas Hari Ini, Dicaci, Tetap Jalan Terus
"Betul Sabtu ada deklarasi (Anies Baswedan dan Cak Imin) di Hotel Majapahit. Surat itu ada tanda tangan Ketua dan Sekretaris NasDem Jatim," kata AKBP Toni Kasmiri, Jumat (1/9/2023).
Toni membeberkan untuk mengamankan acara ada 117 personel polisi disiagakan di sekitar lokasi.
"Kalau gak salah akan dihadiri 500 orang," terangnya.
Sejarah Hotel Majapahit
Hotel Majapahit yang akan digunakan untuk deklarasi itu sendiri merupakan hotel bersejarah yang terletak di Jalan Tunjungan, Surabaya.
Hotel ini merupakan saksi perjuangan arek-arek Suroboyo melawan penjajah Belanda.

Awalnya hotel ini bernama LMS, merujuk pada pemiliknya yang orang Armenia yakni Lucas Martin Sarkies yang membangunnya pada 1 Juni 1910 di Jalan Tunjungan 65 Surabaya.
Bangunan itu dirancang oleh pria berkebangsaan Inggris yang bernama James Apfrey dengan langgam Art Noveau
Oleh Lucas Martin Sarkies dan suadaranya yang bernama John, bangunan tersebut kemudian dibuka secara resmi pada 1912 sebagai tempat penginapan bernama Hotel Oranje.
Pada tahun 1936, bagian pintu direnovasi dengan rancangan arsitek berkebangsaa Belanda yakni Prof Ir Charles Prosper Wolff Schoemaker yang menerapkan langgam Art Deco pada rancanganya.
Charles Prosper Wolff Schoemaker juga merupakan orang yang menjadi arsitek Gereja Katedral Bandung di Jalan Merdeka.
Dalam peresmian bangunan yang sudah direnovasi itu, hadir pelawak, sutradara sekaligus komposer film dari Inggris yang sangat terkenal, Charlie Chaplin.
Foto Charlie Chaplin berpesta di dalam aula kini diabadikan dan dipajang di depan pintu aula Hotel Majapahit.
Di bagian bawah aula dulunya dibuat tempat berdansa dan pertunjukan dan di bagian atas diperuntukan bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan pesta.
Di masa kependudukan Jepang pada tahun 1942, hotel tersebut berganti nama menjadi Hotel Yamato dan kini menjadi Hotel Majapahit.
Hotel Majapahit menjadi salah satu lokasi dalam kisah heroik peristiwa 10 November 1945.

Hotel yang berada di Jalan Tunjungan No. 65 Kecamatan Genteng tersebut begitu terkenal pada saat kembalinya pasukan inggris yang diboncengi kekuatan Belanda.
Suasana Surabaya yang memanas mengakibatkan konflik saat pihak Belanda dengan provokatif mengibarkan bendera Tri Warna di Hotel Yamato (nama lain Hotel Majapahit masa pendudukan Jepang).
Pengibaran bendera Belanda tersebut menyulut emosi arek-arek Surabaya.
Saat itu para siswa yang pulang sekolah melihat bendera Belanda yang bewarna merah-putih-biru berkibar.
Mereka pun berkumpul dengan warga kampung dan nekat mengambil bendera itu dengan cara memanjat menara Hotel Yamato dengan tangga.
Arek-arek Surabaya itu kemudian menyobek bagian biru dan bendera dikibarkan kembali dengan warna merah putih.
Kala itu mereka mengabaikan risiko tembakan dari tentara Jepang.
Pada tahun 1945, Belanda kembali menduduki hotel tersebut dan tahun 1946, hotel mewah itu kembali ke tangan keluarga Sarkies.
Belasan tahun setelah itu, sebuah grup pengusaha lokal membeli hotel ini dan mengubah nama hotel menjadi Majapahit.
Restorasi besar-besaran kemudian dilakukan oleh pemilik pada 1986 yang memakan waktu 2 tahun.
Hotel ini kembali dibuka dengan nama Mandarin Oriental Hotel Majapahit, Surabaya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.